Apple Music

Ini Lho Cara Mengakses Daftar Lagu Yang Kamu 'Sukai' di Apple Music

Aku mencoba mengakses lagu-lagu kesukaanku di Apple Music. Satu minggu, dua file Zip, dan sebuah spreadsheet kemudian, aku sukses mengaksesnya. Emang rada ribet, tapi justru nostalgik.
An iPhone displays Apple Music. It's very hard to find out how to access your favorite songs on the service.

Saat diluncurkan pada 2015, layanan streaming Apple Music dianggap lambat dan berantakan. Lagipula, Spotify yang dirilis tujuh tahun sebelum Apple Music menyediakan layanan luas dan (lumayan) gratis, lengkap dengan fitur-fitur media sosial yang tidak ditawarkan Apple Music.

Kini, empat tahun kemudian, Apple Music tak lagi menjadi sasaran bahan meme. Menurut Statista, 8 persen konsumen AS memilih berlangganan Apple Music yang sudah mencapai 60 juta pelanggan global.

Iklan

Seperti sebagian besar pecinta musik, kalau aku menyukai suatu lagu dan ingin mendengarkan musik serupa melalui algoritma Apple Music, aku mengetuk tombol “hati”. Namun, selama bertahun-tahun, aku menjadi kebiasaan “menyukai” ratusan lagu. Pasti enak kalau aku bisa melihat semua lagu kesayanganku di satu tempat, seperti layanan-layanan streaming lainnya. Di Twitter, kalau kamu nge- like sebuah tweet, kamu bisa menemukannya di daftar tweet yang kamu sukai. Di Spotify, setiap lagu yang kamu sukai dimasukkan secara otomatis ke sebuah playlist.

Seharusnya begitu juga dengan Apple Music, kan? Sayangnya, proses mengakses daftar lagu kesayanganmu di layanan streaming Apple ternyata sulit dan memakan banyak waktu.

Berdasarkan penelusuran Google yang kulakukan, ternyata tidak ada cara mudah menemukan lagu-lagu yang kamu “like”. Herannya, lagu-lagu tersebut tidak dimasukkan secara otomatis ke dalam sebuah playlist dan tidak dapat dikompilasi dalam sebuah surel dan dikirim ke kamu oleh Apple. Sebenarnya, lagu kesukaanmu bahkan sama sekali tidak disimpan di aplikasinya. Lantas, bagaimana caranya melihat lagu favoritmu di Apple Music?

Awalnya aku cuman iseng mencari solusinya, tapi akhirnya aku mendalami forum-forum online terkait topik ini. Salah satu solusinya: Ciptakan “Smart Playlist” di aplikasi iTunes desktop yang hanya mengandung lagu yang kamu like. Sayangnya, ini tidak bisa dilakukan di aplikasi ponsel. Pas aku coba membangun sebuah playlist di aplikasi ponsel, hanya muncul lima lagu “disukai” di dalam playlist.

Iklan

Untungnya, ada cara lain:

  • Pertama, kunjungi https://privacy.apple.com dan masuk dengan ID Apple-mu.
  • Masukkan kode otentikasi dua faktor yang muncul di layar ponsel atau komputer (untuk mengkonfirmasi identitasmu).
  • Ketuk “Request a copy of your data” di bawah tajuk “Get a copy of your data.”

  • Pilih opsi pertama berjudul “Apple Media Services information” (yang melingkup segala hal yang kamu lakukan di Apple Music).
  • Pilih ukuran file 1GB, yang memungkinkanmu mengunduh jumlah data paling besar, lalu ketuk “Complete request”.
  • Tunggu seminggu.
  • Kamu akan menerima surel konfirmasi dari Apple Music, yang akan merujuk kamu untuk mengakses halaman privasi lagi untuk mengunduh file .Zip.
  • File .Zip ini berjudul “Apple Media Services Information” akan mengandung tiga file mirip. Ketuk file berjudul “Apple_Media_Services.”
  • Ketuk “Apple Music Activity” - yang akan menampilkan file-file .csv. Ketuk file berjudul “Apple Music Likes and Dislikes.csv.”

Akhirnya muncul daftar yang sudah lama kamu nantikan:

Gitu doang, kok. Antarmukanya sederhana, berupa spreadsheet untuk menavigasi sebuah aplikasi yang terasa seperti video game buruk. Aku mencoba menghubungi Apple, tetapi tidak menerima balasan. Proses ini cukup ganjil karena tidak mudah diakses sebagian besar pengguna layanan ini, meskipun Apple cenderung berusaha menyediakan fitur-fitur user-friendly. Apple mulai menawarkan informasi ini usai penerapan GDPR, sebuah undang-undang Eropa yang mengizinkan konsumen mengakses data yang dikumpulkan perusahaan tentang mereka.

Meskipun aku agak kesel, aku lega bisa melihat daftar lagu-lagu kesukaanku dan teringat akan masa laluku. Ternyata, perusahaan teknologi besar seperti Apple tidak bisa mengantisipasi kebutuhan penggunanya dan menyesuaikan aplikasinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Buktinya, hasil kerja kerasku hanya berupa sebuah spreadsheet yang harus digali dari pedalaman internet.

Proses ini juga mengingatkanku akan zaman iTunes dan layanan torrent layaknya LimeWire dan Kazaa. Layanan-layanan tersebut memaksa kita memantau kecepatan torrent selama berjam-jam, sama kayak masa menunggu seminggu untuk lagu kesukaanmu di Apple Music. Tapi dulu, kalau kamu mengunduh sebuah album melalui torrent, ada kemungkinan kamu malahan mendapatkan episode acara TV Rusia.

Proses pemulihan spreadsheet lagu disukai merupakan peringatan: seberapapun cepatnya sebuah perusahaan teknologi berusaha memenuhi kebutuhan pelanggannya, pasti akan ada yang kurang. Kekurangan tersebut membawa kenyamanan nostalgik dan mengingatkan kita semua bahwa tak semua proses bisa diotomasi dan dikirim ke inboxmu dalam semenit.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.