Stefanus Fendy Soesanto sedang tidak habis pikir. Warga Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta, ini kehilangan tanaman hias untuk kedua kalinya dalam kurun 60 hari saja. Meski udah pasang CCTV di depan rumah, maling masih aja berani menggasak tanamannya, berbekal masker sebagai penutup wajah. Apakah rumahnya emang se-maling-able itu?
Keluhan ini disampaikan Stefanus di grup Facebook Info Cegatan Jogja pada 7 September lalu, mendatangkan banyak respons dari anggota grup. Stefanus sendiri belum cerita detail tanaman hias jenis apa yang diambil dan akankah dia melapor polisi.
Videos by VICE
Dalam video yang viral, terlihat seseorang berjilbab hitam mondar-mandir mencurigakan di depan rumah Stefanus sebanyak dua kali. Pada putaran ketiga, ia masuk pekarangan dan mengambil paksa tanaman dari pot. Tanaman kemudian ia masukkan ke dalam kresek hitam yang ditentengnya.
Stefanus sejatinya baru melaporkan kecurian tanaman hias pada Juli lalu di grup yang sama. Berita kehilangan ini sampai masuk berita karena video pencurian memancing komentar banyak orang.
“Sebelumnya, karyawan saya memberi tahu tanaman yang dua minggu ditanam hilang satu. Padahal, sudah lama saya mengurus [tanaman tersebut] dan rencananya akan dibuat bibit, tapi malah hilang. Lalu, kami mencari lewat CCTV dan terlihat ada seorang wanita yang mengambil sengaja pakai kresek. Dia juga ditemani dua orang anak,” kata Stefanus menceritakan nasib sialnya kepada Suara, 7 Juni lalu.
Dalam rekaman tersebut, pencuri menggunakan modus memarkir motor depan rumah dan duduk-duduk di sana. Ada dua anak bersama sang pencuri, yang salah satunya menyadari keberadaan CCTV dan terlihat memperingatkan si pencuri. Tapi, tetap saja pencuri nekat mengambil. “Saya yakin orang dari luar [komplek Kampung Ketandan]. Tapi yang saya sayangkan dia mengambil tanpa izin dan diketahui anak-anaknya. Jika dia meminta, saya juga mau memberi. Namun, apakah untuk melaporkan ke polisi, masih kami urungkan niatan itu,” kata Stefanus.
Pencurian tanaman hias juga baru saja terjadi di Kemiling, Bandar Lampung, pada 3 September dini hari. “Yang hilang jenis pride Sumatera, red ancamani, dan aglonema lisptik. Kalau total [kerugian] bisa sekitar Rp1,5 juta. Jadi punya saya tiga buah, tetangga belakang rumah saya kena satu pot. Tetangga saya sempat melihat remaja ngendap-ngendap pakai senter. Sempat dikejar tapi kabur duluan, jadi maling ke rumah saya dulu, baru ke rumah tetangga,” kata Herdi, korban pencurian, kepada Lampung Post.
Dua minggu sebelumnya, tetangga Herdi juga kehilangan tanaman hias jenis sikas dan bonsai. Di samping berita tersebut, Lampung kelihatannya emang sedang marak diberitakan banyaknya pencurian aglonema.
Pindah ke Medan, Sumatera Utara, terekam pula dalam CCTV aksi pencurian tanaman hias, 12 Agustus lalu. Mariyah, orang tua korban pencurian, menceritakan yang hilang adalah tanaman hias jenis aglonema.
“Kejadiannya di rumah orang tua saya. Ada maling datang mencabuti bunga jenis aglonema sekitar 3 pcs. Bunganya aja yang dicabutin, potnya ditinggal,” ujar Mariyah kepada Detik. Sama kayak kasus di Lampung, tiga hari sebelum kejadian ini, tanaman hias milik tetangga Mariyah juga dicuri. “Cuma enggak tahu pencurinya sama atau enggak,” ungkap Maryah.
Aglonema sendiri sedang mengalami pelonjakan harga akibat pencarian dan permintaan yang tinggi. Akhir Juli, aglonema berukuran kecil dihargai Rp2 juta. Padahal, sebelumnya aglonema berukuran sedang hanya dibanderol Rp1 juta. Jenis lain bernama aglonema moonlight kini dihargai Rp400 ribu, sebelumnya hanya di kisaran Rp100 ribu. Dalam ukuran dan bentuk maksimal, aglonema moonlight bisa dihargai sampai Rp25 juta.
“Dari awal belanja dengan harga standar, sekarang harga bisa 100 persen naik. Karena orang banyak yang minta dan cepat juga kehabisan,” kata Syamsudin, salah seorang penjual aglonema, kepada CNN Indonesia.
Ledakan harga aglonema ini mengingatkan pada demam gelombang cinta (anthurium) yang pernah melanda Indonesia pada 2007. Kala itu, anthurium berkualitas bagus bisa dihargai ratusan juta hingga miliaran Rupiah. Pengamat bisnis tanaman hias menilai ada kartel pedagang yang berusaha mengerek harga gila-gilaan.
Alhasil, pencurian gelombang cinta jadi kejahatan yang marak terjadi sepanjang tahun sebelum akhirnya tren itu mati dengan sendirinya. Anthurium kini kembali jadi tanaman hias standar, dengan bibit seharga Rp120 ribuan saja, sekalipun yang sudah tumbuh bagus bisa dijual hingga Rp1 jutaan.