Banyak aplikasi kencan online yang mencocokkan orang berdasarkan tingkat kesamaan mereka. Aplikasi-aplikasi ini berasumsi kalau dua orang yang kepribadiannya mirip bakalan lebih nyambung dan bahagia. Ini cukup masuk akal. Apabila kamu memiliki banyak kesamaan dengan pasangan, hubungan kalian pasti akan terasa lebih menyenangkan.
Tak sedikit penelitian yang mendukung gagasan ini. Lebih dari setengah abad yang lalu, psikolog sosial menulis bahwa kesamaan adalah salah satu faktor utama dalam daya tarik. Kita paling suka sama orang yang rasanya paling mirip dengan kita.
Videos by VICE
Namun, kenyataannya tak sesederhana itu. Walaupun berperan dalam menimbulkan daya tarik, kesamaan tidak selalu menjamin hubungan yang bahagia.
Para peneliti Universitas Negeri Michigan mengamati 2.578 pasangan dalam studi mereka yang diterbitkan di Journal of Research in Personality pada Februari lalu. Mereka menggunakan sampel individu dan keluarga di AS yang dilakukan sejak 1968 dan representatif secara nasional. Untuk studi ini, para peneliti berfokus pada sekelompok orang dalam hubungan heteroseksual yang rata-rata berusia 51 dan sudah 22 tahun menikah.
Mereka menganalisis kepuasan hubungan dan berbagai ukuran kesejahteraan psikologis (termasuk suasana hati baik dan buruk dan kepuasan hidup secara keseluruhan). Setelah itu, mereka mempertimbangkan bagaimana hal-hal itu terkait dengan kesamaan pasangan pada sifat kepribadian Model Lima Besar.
Sifat kepribadian Model Lima Besar mencakup: terbuka terhadap hal-hal baru, sifat berhati-hati, ekstraversi (bersikap terbuka dan mudah bergaul), mudah sepakat (memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap orang lain), dan neurotisme (sulit menangani stres dan suasana hati mudah berubah).
Lalu, apa yang mereka temukan? Pertama, mereka yang berhati-hati, terbuka, dan mudah sepakat—tapi neurotiknya kurang—cenderung lebih bahagia dengan hidup dan hubungannya. Demikian pula dengan orang-orang yang pasangannya dapat diandalkan dan kurang neurotik.
Tonton dokumenter VICE soal tren perempuan karir yang jomblo di Jepang lebih suka menyewa pacar:
Dengan kata lain, ketika dipertimbangkan secara terpisah, sifat kepribadian masing-masing orang sangat memengaruhi perasaan mereka tentang hubungan dan kehidupannya secara luas. Bagaimana dengan kepribadian mirip? Tidak terlalu berpengaruh. Efeknya kecil dan tidak konsisten. Perlu juga diingat bahwa pengaruh kesamaan jauh lebih kecil daripada kepribadiannya sendiri.
Temuan ini mirip dengan hasil penelitian lain tentang kesamaan dan kepuasan hubungan. Contohnya, penelitian terdahulu menemukan bahwa sifat kepribadian diri sendiri dan pasangan, serta kecocokan satu sama lain jauh lebih memengaruhi kepuasan dalam hubungan dan hidup. Pengaruh kesamaan dalam studi ini juga rendah.
Meta-analisis terbitan 2008, yang menganalisis lebih dari 300 penelitian tentang hubungan kesamaan dengan ketertarikan, menyimpulkan bahwa meskipun kesamaan memang ada kaitannya dengan daya tarik awal, pengaruhnya pada daya tarik dan kepuasan hubungan selanjutnya “tidak terdeteksi.”
Namun, ada satu informasi penting di sini: Kesamaan yang sesungguhnya mungkin tidak menjadi penentu penting dalam keberhasilan hubungan, tetapi kesamaan yang dirasakan justru memengaruhi suatu hubungan. Itu berarti orang cenderung lebih bahagia jika mereka mengira kepribadiannya cocok dengan pasangannya (walaupun perkiraannya belum tentu benar).
Selain itu, ada beberapa temuan yang menunjukkan bahwa perbedaan kepribadian (atau yang biasa disebut oleh psikolog sosial sebagai “pelengkap”) terkadang memprediksi kualitas hubungan. Khususnya, hal itu dapat dikaitkan ketika melihat sifat-sifat yang berkaitan dengan dominasi dan kepatuhan. Orang cenderung lebih bahagia ketika memiliki pasangan yang sifatnya berlawanan daripada yang sama. Sederhananya, “opposites attract” atau tertarik dengan orang yang sifatnya berbeda itu masuk akal.
Dengan begitu, tak ada salahnya kita meragukan aplikasi kencan yang menggunakan algoritma komputer untuk menemukan pasangan “ideal” berdasarkan kemiripannya saja. Pada kenyataannya, memiliki banyak kesamaan tampaknya tidak terlalu penting seperti memiliki sifat-sifat kepribadian tertentu (seperti rasa peduli yang tinggi dan kestabilan emosi).
Selain tidak efektif, proses menyatukan orang hanya dengan sifat kepribadiannya yang sama (termasuk sifat-sifat saling melengkapi seperti dominan-submisif) juga bisa menjadi kontraproduktif. Namun, ini bukan berarti aplikasi kencan tidak berguna sama sekali. Buktinya, banyak orang awalnya saling kenal dari internet dan hubungan mereka tetap langgeng sampai tua.
Akan tetapi, kamu sebaiknya tidak terlalu mengandalkan algoritma yang bergantung pada kesamaan dan kecocokan. Akuilah bahwa dunia percintaan itu tidak sempurna, dan kita tidak mudah memprediksi orang macam apa yang bisa membuat kita bahagia.
Justin Lehmiller merupakan peneliti The Kinsey Institute sekaligus penulis blog Sex and Psychology.
Artikel ini pertama kali tayang di Tonic