Diblokir tetap lantang, ditangkap tidak tumbang. Tokoh kunci di balik awetnya perjalanan bisnis investasi bodong aplikasi binary trading ilegal paling terkenal di Indonesia, Binomo, masih juga belum terkuak.
Ditetapkannya influencer pendukung Binomo seperti Indra “Kenz” Kesuma dan Doni Salmanan sebagai tersangka oleh kepolisian sempat diyakini bakal membuka tabir sosok mastermind aplikasi tersebut. Nyatanya, setidaknya sampai artikel ini dilansir, polisi masih kesulitan menelusuri asal-muasal perusahaan trading tersebut.
Videos by VICE
Malah, menurut keterangan kepolisian, Indra Kenz disebut tidak kooperatif selama penyidikan dan diduga menghilangkan barang bukti.
Ponsel Indra yang digadang-gadang bakal memberikan petunjuk lanjutan terkait pendiri Binomo ternyata tak menyimpan memori apapun karena memang baru dibeli. Indra mengaku ponsel lamanya sudah hilang sehingga ia terpaksa beli. Penyidik tak percaya begitu saja.
“Dia [Indra] menghilangkan barang buktinya lah. Mau diambil [barang buktinya] hilang katanya, tidak ada handphone-nya. Komputernya hilang lah. Kalau handphone-nya ada kan bisa kelihat tuh,” ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri Whisnu Hermawan, dilansir dari CNN Indonesia.
Whisnu menduga ada sosok yang mengajari Indra untuk melakukan tindakan preventif apabila tertangkap. Kecurigaan ini didasari nominal uang di rekening Indra yang minim. Artinya, Indra dan tim sempat memindahkan harta yang mereka punya ke jenis aset lain. Bareskrim akhirnya meminta PPATK untuk melacak aliran uang Indra yang belum sempat disita aparat.
“Pada saat kita mau sita [asetnya], dia kan rekeningnya sudah sedikit. Sudah ada yang [mindah] tuh. Cuma Rp1,8 miliar rekeningnya tuh,” tandas Whisnu.
Dalam upayanya membongkar sindikat Binomo, penyidik turut memanggil saksi-saksi yang diduga pernah menerima aliran dana para tersangka untuk dimintai keterangan. Sebagian adalah pesohor. Mulai dari kekasih Indra bernama Vanessa Khong, YouTuber Reza Arap, hingga solois pria Rizky Febian yang pernah menerima Rp400 juta dari Doni lewat sebuah acara lelang.
Selama penyidikan, polisi menyatakan Indra menolak disebut sebagai afiliator Binomo seperti yang selama ini disangkakan. Menurut Indra, ia hanya pemain biasa di aplikasi tersebut dan tidak mengenal siapapun pendiri ataupun dari mana perusahaan berasal.
Selain Indra dan Doni Salmanan, polisi mengaku mengantungi nama 10 afiliator trading binary besar di Indonesia, yang praktiknya tak kalah problematis dibanding Binomo dan Quotex. Dua aplikasi tersebut yang banyak memakan korban kerugian investasi bagi masyarakat awam.
Selain sulitnya menemukan pemilik Binomo, pemerintah juga terlihat kesulitan melakukan pemblokiran aplikasi ini sejak tahun lalu. Berkali-kali Binomo muncul dengan domain baru dan terus memasang iklan di media sosial. Agustus tahun lalu, VICE pernah menanyakan alasan di balik “kenekatan” Binomo dan aplikasi binary lainnya yang bisa-bisanya terus bermunculan kepada Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira.
“Memang Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) bisa lakukan pemblokiran terhadap perusahaan yang terlibat perdagangan fiktif atau ilegal. Tapi, proses pemblokiran harus ada persetujuan Kemenkominfo. Begitu juga misalnya ditemukan aplikasi investasi ilegal, butuh koordinasi panjang hingga meminta Play Store atau Apple Store untuk lakukan blokir,” ujar Bhima saat dihubungi VICE.
Hal akan semakin rumit kalau pelaku menggunakan domain luar negeri sehingga proses pemblokiran membutuhkan kerja sama regulator siber secara internasional. Proses yang kelamaan membuat pelaku punya cukup waktu mengganti deskripsi aplikasi dan nama perusahaannya untuk lolos dari pemblokiran. “Diblokir satu, besoknya [pelaku] buat aplikasi lagi dengan nama berbeda. Tapi, model bisnisnya sama,” urai Bhima.
Sebenarnya sudah ada beberapa teori di internet tentang asal muasal Binomo. Dua yang paling populer adalah dugaan yang menyebut aplikasi berasal dari negara bernama Saint Vincent Grenadines dan Barbados, negara surga pajak di Kepulauan Karibia yang kerap jadi wahana tindak pencucian uang.
Namun, penyidik punya teori sendiri bahwa pemilik Binomo sebetulnya ada di negara ini, bukan sedang bersantai di surga pajak. “Bahwa kami duga ada di Indonesia. Pemilik ada di Indonesia. Kami masih dalami,” kata Whisnu.
Sudah coba cek ke Garut, Pak? Mungkin saja pemilik Binomo sedang ziarah ke makam “Adolf Hitler”.