News

Ikan Air Tawar Terbesar Sedunia Ditemukan Nelayan di Kamboja

Ikan pari air tawar terbesar sedunia ditemukan nelayan Kamboja

Seorang nelayan di Kamboja tak sengaja menangkap ikan air tawar terbesar di dunia pada awal pekan lalu, Senin (13/6/2022). Ditemukan di Sungai Mekong, ikan raksasa itu adalah ikan pari seberat 300 kilogram, yang ukurannya hampir 4 meter dari moncong ke ekor. Orang yang menangkap segera melaporkan temuannya kepada para ilmuwan yang mendalami keanekaragaman hayati di Kamboja.

Para peneliti memasang tanda pada ikan yang diberi nama “Boramy”, berarti bulan purnama dalam bahasa Khmer, sebelum melepaskannya kembali ke habitat aslinya. Tanda tersebut akan membantu peneliti memantau perilaku ikan di kedalaman Sungai Mekong yang keruh, yang hasilnya dapat digunakan sebagai upaya konservasi.

Videos by VICE

Pada 20 Juni, tim Wonders of the Mekong, proyek konservasi yang didanai Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), menyebut itu peristiwa bersejarah, dan menyoroti pentingnya meningkatkan pemahaman terhadap “misteri seputar spesies ini dan bentangan sungai yang menjadi habitatnya.”

Sungai terpanjang se-Asia Tenggara itu merupakan rumah bagi beberapa spesies ikan raksasa, sehingga penemuannya juga berfungsi sebagai pengingat akan keanekaragaman hayati dan megafauna unik yang keberadaannya semakin terancam oleh aktivitas manusia dan pembangunan berskala besar.

“Ini peristiwa menakjubkan yang memiliki nilai signifikan secara global,” tutur Zeb Hogan, ahli biologi perikanan University of Nevada di Reno yang memimpin Wonders of the Mekong, saat dihubungi VICE World News.

Ikan pari raksasa merupakan satu dari sedikit spesies megafauna yang tersisa di Sungai Mekong. Sungai sepanjang 4.350 kilometer ini telah tercemar oleh limbah, dan permukaan airnya kian turun selama beberapa tahun terakhir akibat pembangunan bendungan di negara-negara hilir seperti Laos, Vietnam, Thailand dan Kamboja. Penangkapan ikan yang berlebihan juga mengancam ekosistem.

Para ahli menilai bendungan-bendungan ini turut menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan di daratan Asia Tenggara. 

Dalam laporan tahun 2010, organisasi World Wildlife Fund memperingatkan pembangunan bendungan yang tiada henti dapat memicu kepunahan megafauna air tawar di Sungai Mekong, sebab akan menghalangi ikan raksasa melakukan ruaya pemijahan (penentuan atau penyesuaian habitat yang mendukung keberlangsungan suatu makhluk hidup). Sebuah studi komprehensif yang dirilis sembilan tahun kemudian menemukan, populasi global megafauna air tawar telah menurun rata-rata 88 persen. Hasil penelitiannya menyebut situasi di Sungai Mekong sangat mengkhawatirkan.

Para peneliti menduga beberapa spesies megafauna air tawar di Sungai Mekong dan Yangtze di Tiongkok sudah punah, sedangkan populasi lainnya telah menurun 95-99 persen. Mereka melihat degradasi dan fragmentasi habitat akibat pembangunan bendungan sebagai faktor utama kepunahan.

Follow Gavin Butler di Twitter.