Sebagai salah satu elemen alam penting bagi Bumi, Bulan telah melalui banyak hal. Manusia pernah mencoba meledakkan nuklir ke satelit Bumi dan berusaha menjajahnya. Kita bahkan melepaskan “beruang air” ke permukaannya. Dan kini, ilmuwan tertarik mengirim jutaan sperma ke Bulan.
Sejumlah ilmuwan Universitas Arizona mempresentasikan laporan berjudul “Lunar Pits and Lava Tubes for a Modern Ark” dalam Konferensi Dirgantara Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) pada 20 Maret 2021. Premis utamanya, mereka mengusulkan untuk membangun gudang sel reproduksi di dasar permukaan Bulan.
Videos by VICE
Gudang ini berfungsi menyimpan sperma dan sel telur spesies Bumi untuk keperluan genting, seperti saat terjadi bencana yang secara drastis menurunkan jumlah populasi dunia.
Bank sperma di luar angkasa bukan konsep baru. Pada 2019, ilmuwan menyampaikan astronot perempuan dapat bereproduksi tanpa bantuan laki-laki di planet lain. Studi menunjukkan sampel sperma dari 10 donor yang telah dibekukan dan terpapar mikrogravitasi memiliki karakteristik yang mirip dengan sampel sperma yang disimpan di Bumi.
Tim ilmuwan Universitas Arizona berencana menyimpan sel reproduksi di dalam kawah Bulan. Ada 200 lubang dengan kedalaman 80-100 meter di sepanjang permukaan Bulan. Kawah-kawah yang dulunya dialiri oleh lahar, dapat melindungi sperma dan sel telur dari perubahan suhu drastis, benturan asteroid atau radiasi. NASA sebelumnya mengatakan ratusan lubang itu dapat berfungsi sebagai tempat berlindung astronot.
Peneliti utama Jekan Thanga menjabarkan sperma dan sel telur akan dibekukan hingga dibutuhkan, misalnya ketika populasi Bumi berkurang akibat “letusan gunung berapi super”, tabrakan asteroid, perang nuklir, pandemi atau bencana mematikan lainnya. Lift bisa dipasang di dalam kawah untuk mempermudah pengambilan dan pengujian sampel. “Kita bisa menyimpannya sampai ada kemajuan teknologi, baru kemudian memperkenalkan kembali spesies ini. Dengan kata lain, kita menyimpannya sebagai cadangan,” ujar Thanga.
Proses pengambilannya jelas membutuhkan robot karena gudang itu terlalu dingin. Permasalahannya adalah benda berbahan logam ini dapat membeku dan macet pada suhu dingin, sehingga diperlukan robot yang bergerak menggunakan levitasi kuantum. Dengan begitu, robot bisa memasuki gudang dingin tanpa menyentuh lantai.
Dua pertiga populasi satwa liar Bumi telah menurun dalam 50 tahun terakhir akibat perubahan iklim, kekeringan ekstrem dan kebakaran hutan besar-besaran. Umat manusia juga dihantui ancaman perang nuklir dan pandemi.
Skenario bencana yang diusulkan ilmuwan mungkin saja terjadi. Thanga menyebut bank sperma luar angkasa ini sebagai “jaminan modern” terhadap masa depan Bumi yang tak pasti.
Entah siapa yang akan mendonorkan spermanya, atau tim Thanga akan menerima donor atau tidak. Tapi suatu saat nanti, kita bisa memandangi Bulan dan berkata, “Wah, ada peju di atas sana!”
Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard