Durian memecah belah umat manusia. Sebagian ketagihan makan dan menyebutnya “raja buah” di Asia Tenggara, sedangkan yang lain tidak tahan dengan baunya. Banyak hotel dan transportasi umum di dunia yang melarang durian karena alasan bau. Mendiang Anthony Bourdain bahkan pernah mengatakan bau napas setelah makan durian kayak “habis French kiss sama nenek-nenek yang sudah meninggal”. Entah seperti apa maksudnya.
Namun, tahukah kalian kalau buah dengan aroma paling menyengat sedunia punya manfaat selain untuk dimakan?
Videos by VICE
Berdasarkan laporan Popular Mechanics, penelitian terbaru dari University of Sydney menemukan durian mengandung kualitas yang dibutuhkan untuk mengisi daya secepat kilat.
Vincent Gomes dan rekan mengungkapkan proses pengubahan durian dan nangka menjadi superkapasitor yang mampu menyimpan daya listrik dalam jumlah besar.
Dalam studinya, mereka mengatakan produsen mulai mengembangkan perangkat penyimpanan energi bernama superkapasitor akibat perubahan iklim dan penipisan bahan bakar fosil yang cepat.
Superkapasitor memiliki kepadatan energi tinggi dan dapat “meningkatkan penangkapan dan pengiriman energi”. Baterai ponsel akan cepat terisi dengan alat ini.
Durian adalah “calon penyimpanan energi ideal” yang memiliki kemampuan unggul dalam mempertahankan kehidupan baterai. Itu berarti buahnya dapat mengisi superkapasitor yang nantinya digunakan untuk mengecas perangkat medis portabel hingga baterai kendaraan.
Superkapasitor terbentuk dari dua foil logam yang dilapisi bahan elektroda, seperti karbon aktif. Para peneliti menciptakan aerogel karbon dari durian. Aerogel karbon mirip silika gel yang biasa ditemukan dalam kemasan makanan atau kotak sepatu. Lapisan semacam ini sebenarnya pernah dibuat dari kulit semangka dan jeruk bali (pomelo) di masa lalu, tapi durian dan nangka masih paling unggul.
Para peneliti menerangkan jika dibandingkan dengan buah-buahan keras dan padat, limbah organik durian menjadi pilihan terbaik karena “berserat dan tebal penuh daging”.
Tim Gomes berpendapat pendekatan baru ini dapat “membawa berkah bagi lingkungan” jika produsen mengadopsinya.
“Selain meningkatkan perekonomian, mengubah limbah makanan menjadi produk bernilai tambah dapat mengurangi pencemaran lingkungan,” tuturnya.
Follow Lia di Twitter dan Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.