Alam semesta menyimpan jutaan rahasia yang sulit diungkapkan dengan nalar manusia, terutama bagaimana Bumi menjadi satu-satunya planet yang menampung kehidupan. Misteri ini mengundang rasa penasaran, yang akhirnya membuat kita bertanya-tanya apakah benar tidak ada makhluk hidup di planet lain. Sayangnya, itu sulit dibuktikan karena keterbatasan data tentang kondisi di luar angkasa.
Fisikawan teoretis Brandon Carter mengusulkan pada 1970-an, hanya karena Bumi dilimpahi kehidupan, bukan berarti itu dapat dijadikan acuan atau bukti proses abiogenesis—teori yang mengemukakan kehidupan biologis berasal dari benda mati—juga terjadi di planet lain. Dia mengembangkan serangkaian argumen berdasarkan gagasan eksistensi kita di dunia merupakan hasil seleksi alam. Menurut pandangannya, sulit bagi manusia membuat kesimpulan objektif tentang potensi kehidupan di planet lain, salah satunya karena kita sendiri tidak tahu apakah Bumi memang jenis planet yang mampu menopang kehidupan. Karena alasan inilah, kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa Bumi satu-satunya planet berpenghuni di alam semesta.
Videos by VICE
Teori Carter merupakan yang paling masuk akal pada masanya, sehingga menjadi andalan komunitas ilmiah hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Tapi kini, seorang dosen matematika di Universitas Arkansas telah membantahnya. Dalam studi yang diterbitkan di International Journal of Astrobiology, Daniel Whitmire mengusulkan bahwa proses terjadinya abiogenesis di planet-planet mirip Bumi bukanlah hal langka.
Menurut pengakuannya di email, Whitmire termasuk ilmuwan yang memercayai teori Carter, sampai akhirnya ia menerima analogi dari seorang peninjau anonim tentang abiogenesis dan konsepsi manusia. Dari situlah, Whitmire mulai mempertanyakan asumsi yang telah ia ketahui selama ini.
Whitmire menjadikan keberadaan dirinya sebagai perbandingan untuk membuktikan benar tidaknya pernyataan Whitmire bahwa manusia tidak bisa menilai seberapa mudahnya abiogenesis terjadi di Bumi. Dia menekankan, terlepas mudah tidaknya proses hingga ia lahir ke Bumi, buktinya dia hidup sampai sekarang. Untuk keperluan eksperimen ini, anggap penciptaan manusia akan lebih “mudah” terjadi jika manusia tidak menggunakan alat kontrasepsii. Namun, bagi Whitmire, peluang kemunculan manusia bisa dihitung dengan rumus matematika, dan hasilnya menunjukkan proses penciptaan sebetulnya cukup mudah.
“Saya tidak bisa berhenti memikirkan analogi Konsepsi, dan akhirnya saya semakin yakin pendapat Carter salah,” tuturnya. “Tapi saya belum bisa menentukan di mana letak kesalahannya.”
Whitmire lalu mengembangkan argumen berbasis matematika yang dibangun di atas analogi tersebut. Dia menggunakan “masalah bukti lama” dalam Teori Konfirmasi Bayesian, yang menggabungkan data baru dengan hipotesis yang sudah ada, untuk mendukung teorinya.
Di saat Carter berpendapat bukti lama (kehidupan di Bumi) tidak memengaruhi kemungkinan adanya kehidupan di tempat lain, Whitmire berusaha menunjukkan “bukti lama” justru meningkatkan peluangnya. Berdasarkan kerangka kerja baru ini, proses abiogenesis di Bumi, serta konsepsi seperti yang diusulkan Whitmire, lebih mudah terjadi. Dengan demikian, mungkin bagi kita menemukan bentuk kehidupan di planet lain.
“Saya melihat kebanyakan ilmuwan memandang bentuk kehidupan di alam semesta dari sudut pandang politik atau psikologi,” ujar Whitmire. “Mereka akan merujuk pada argumen Carter atau yang lainnya, seperti ketidakmungkinan statistik abiogenesis, jika ingin membuktikan kehidupan itu langka.”
Begitu pula halnya dengan orang-orang yang ingin membuktikan ada kehidupan lain di alam semesta. Mereka dapat menjadikan studi-studi seperti yang ia kerjakan sebagai pendukung teori.
“Makalah saya mungkin bisa memberikan kepercayaan objektif pada keyakinan subjektif ini. Menurutku, argumen saya dan Carter sama-sama memiliki pengaruh, tapi tidak ada yang dominan karena tak satu pun dari argumen ini bersifat 100 persen. Diperlukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan mana yang benar.”
Seiring canggihnya teknologi saat ini, yang memfasilitasi berbagai misi eksplorasi luar angkasa, langkah kita menuju penemuan kehidupan alien juga semakin dekat. Teleskop Luar Angkasa James Webb, misalnya, mampu mendeteksi tanda-tanda kehidupan (atau tanda-tanda biologis) pada planet di sistem bintang lain. Seandainya misi-misi ini berhasil menunjukkan ada planet lain yang mampu menopang kehidupan biologis, maka teori Whitmire benar adanya. Proses abiogenesis juga bisa terjadi di tempat selain Bumi.
“Penemuan tanda kehidupan (atau kehidupan masa lalu) di tata surya akan semakin mendukung teori bahwa kehidupan sangat mudah tercipta dan alam semesta dilimpahi berbagai jenis kehidupan,” simpulnya. “Itulah mengapa banyak sekali misi yang diluncurkan ke Mars, dan nantinya Europa. Jika kehidupan benar mudah, maka ada kemungkinan teleskop James Webb akan menemukan tanda-tanda biologis di planet ekstrasurya.”