Tata surya kita diselimuti gelembung raksasa yang terbentuk akibat ledakan bintang dahsyat atau supernova. Struktur yang diberi nama Gelembung Lokal ini lebarnya sekitar 1.000 tahun cahaya.
Para ilmuwan telah berhasil memetakan geometrinya secara tiga dimensi. Permukaan Gelembung Lokal juga diketahui lokasi aktif lahirnya bintang-bintang baru. Namun, seperti apa tepatnya bentuk dan evolusi gelembung ini masih menjadi misteri.
Videos by VICE
Baru-baru ini, ahli astronomi di Amerika Serikat mengungkap fakta menarik lain tentang perannya yang besar dalam pembentukan bintang. Temuan ini didapat setelah mereka memetakan medan magnet gelembung raksasa tersebut.
Diketuai oleh Theo O’Neill, tim peneliti dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) menyajikan peta 3D ciptaan mereka secara detail pada pertemuan tahunan American Astronomical Society yang ke-241 pada Rabu (11/1) waktu setempat. Peta itu disebut-sebut yang “pertama kali memperlihatkan penampakan medan magnet gelembung super”.
“Kami berpikir seluruh medium antarbintang dipenuhi gelembung yang didorong oleh berbagai bentuk umpan balik dari bintang-bintang masif, yang melepaskan energi ke luar angkasa,” terang O’Neill saat dihubungi bersama dosen pembimbing dan rekan penelitinya, Alyssa Goodman. O’Neill baru saja lulus kuliah S1 di jurusan astronomi-fisika dan statistik University of Virginia.
Goodman menambahkan, dikarenakan medan magnet di luar tata surya sulit dipetakan secara 3D, maka peta buatan mereka masih perlu disempurnakan dalam penelitian selanjutnya.
“Tebakan Theo [O’Neill] soal lokasi medan magnet di permukaan Gelembung Lokal sangat bagus,” tuturnya. “Temuannya sangat menarik karena baru kali ini ada yang berhasil memperkirakan penampakan medan magnet di luar tata surya secara 3D.”
Tim O’Neill mengandalkan hasil pengamatan dua misi Badan Antariksa Eropa selama pembuatan peta. Misi pertama, Gaia, saat ini sedang menciptakan peta Bima Sakti yang paling detail. Selanjutnya ada Planck, yang mengungkap cahaya tertua yang menyinari alam semesta sebelum berhenti beroperasi pada 2013. Kedua misi tersebut memperlihatkan penyebaran debu luar angkasa di galaksi dengan sangat mendetail.
Para peneliti secara saksama mencari pola spesifik cahaya yang menyinari debu guna mengungkapkan dimensi dan orientasi gaya magnet yang mendasari gelembung. Dalam upaya mengaplikasikan pengamatan medan magnet dua dimensi pada model tiga dimensi, mereka berasumsi sebagian besar debu dan aktivitas magnet yang diamati terletak di permukaan gelembung yang melebar. Asumsi itu sejalan dengan teorinya, tapi Goodman yakin observasi di masa depan akan menambah kompleksitas peta ciptaan mereka.
O’Neill dan rekan-rekan berharap bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gelembung-gelembung raksasa yang tersebar di Bima Sakti. Mereka percaya Gelembung Lokal bukan satu-satunya yang ada di luar angkasa.
“Matahari bukan satu-satunya bintang di alam semesta, sehingga bukan hanya suatu kebetulan tata surya kita dibungkus Gelembung Lokal,” ujar O’Neill. “Medium antarbintang penuh dengan gelembung semacam ini, yang banyak di antaranya berada di dekat Gelombang Lokal.”
“Penelitian selanjutnya bisa mencari gelembung-gelembung umpan balik lainnya di sekitar Gelembung Lokal,” pungkas para peneliti. “Kita bisa mempelajari apa yang akan terjadi jika gelembung bersentuhan, bagaimana dorongan itu memulai pembentukan secara umum, dan seperti apa evolusi struktur galaksi secara keseluruhan dalam jangka panjang.”