Josh Paler Lin adalah kreator konten asal Taiwan berpengikut 321 ribu di Instagram, 2,4 juta di Facebook, dan 3,4 juta di YouTube. Popularitas ini didapatnya dari membuat video-video prank sok asik. Satu contoh: prank yang pernah ia buat adalah menyelipkan kondom pada makanan. Konten para pencari perhatian sebenarnya bisa kita cuekin. Namun, pada 16 April 2021, Josh melakukan hal yang paling dikhawatirkan umat manusia saat ini: melibas kewajaran demi atensi internet.
Video bermasalah tersebut direkam di Bali. Tampak Josh bersama temannya, pemilik akun @lisha0902 (kita sebut saja Lisha), ditegur petugas keamanan sebuah swalayan karena Lisha tidak memakai masker. Keduanya lantas kembali ke mobil. Bukannya menggunakan masker atau titip si Josh beli masker di mana kek, keduanya malah mencoba mengelabui petugas dengan menggambar masker di wajah Lisha menggunakan make-up.
Videos by VICE
Karena emang banyak masker bergambar wajah di pasaran, Josh dan Lisha berhasil menipu petugas dengan masker bohongan dan diperbolehkan masuk ke toko. Lantas mereka haha-hihi merayakan keberhasilan itu di dalam toko. Merasa paling cerdik, Josh mengunggah video tersebut ke Facebooknya.
Konten ini segera memicu kemarahan netizen Indonesia. Akibatnya, kedua pelaku mengunci Instagram masing-masing, juga video kontroversial tersebut tak ada lagi di Facebook Josh.
Aktivis dan politikus Bali Niluh Djelantik merespons keras kelakuan turis yang menyepelekan pandemi dan menganggap aturan pemerintah Bali sebagai lelucon. Lewat Instagram, ia meminta Imigrasi Bali segera mendeportasi yang bersangkutan.
Menurut Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bali, opsi deportasi memang perlu demi menegakkan peraturan. Satpol PP emang berhak kesal sih, soalnya kelakuan turis asing yang menyepelekan aparat emang udah berulang kali terjadi.
“Ya, kalau ada yang mendapati hal-hal semacam ini, tindak saja oleh aparat setempat atau satgas gotong royong. Jangan sampai dianggapnya Bali tidak konsisten menegakkan dengan denda. Bahkan, bila perlu dideportasi saja oleh imigrasi,” kata Kepala Satpol PP Bali I Dewa Nyoman Rai Dharmadi, dilansir Detik. “Hal-hal semacam ini tentu sangat disayangkan bahwa masyarakat yang melihat atau lingkungan yang di mana mereka beraktivitas membiarkan ini terjadi.”
Semenjak pandemi, kelakuan turis asing emang jadi sorotan masyarakat Bali. Sepanjang 2020, Bali sudah mengusir 157 warga negara asing. Semakin menyebalkan karena ketidakpekaan ini dilakukan orang-orang berpengaruh di internet. Misalnya, pada Desember 2020 influencer Rusia Sergey Kosenko, berpengikut 5,1 juta di instagram, dideportasi dari Indonesia setelah ketahuan menggelar pesta tanpa masker dan social distancing di Bali.
Januari lalu, VICE pernah dicurhatin Kepala Satpol PP Badung I Gusti Agung Kerta Suryanegara soal turis asing yang enggak mau patuh prokes meski Peraturan Gubernur No. 46/2020 mewajibkan penggunaan masker.
“Kadang-kadang [petugas satpol PP di lapangan] sakit hati, sudah dihukum push-up, kerja sosial, mereka [turis asing] ketawa-ketawa senang aja. Gimana perasaan kita enggak tersinggung. Kan, harga denda Rp100 ribu itu rendah sekali di mata mereka,” kata Suryanegara kepada VICE. Ia menyebut mayoritas bule nakal berasal dari Eropa Timur seperti Rusia, Rumania, Ukraina, dan Ceko.
Peneliti pariwisata dari Universitas Bali Dwipa, Luh Micke Anggraini, menggarisbawahi bahwa influencer sekarang perlu punya empati. “Influencer asing sebetulnya sangat membantu pemulihan pariwisata Bali kelak ketika pandemi berakhir, tapi mereka butuh menunjukkan empati saat mengunggah konten di medsos, apalagi bila isinya bertentangan dengan keyakinan penduduk setempat,” kata Luh Micke kepada VICE.