November lalu, lukisan yang diyakini sebagai karya Leonardo da Vinci yang hilang dilelang di Christie’s, New York. Lukisan “Salvator Mundi” menggambarkan Yesus Kristus yang tangan kirinya memegang bola kristal dan memberkati orang dengan tangan kanannya. Lukisannya pertama kali ditawar sebesar US$100 juta (Rp1,4 triliun), dan 19 menit kemudian berhasil terjual seharga $450.312.500 atau setara dengan Rp6,5 triliun. Salvator Mundi resmi menjadi lukisan termahal yang pernah ada.
Salvator Mundi secara harfiah berarti “Savior of the World” atau “Penyelamat Dunia”, dan diyakini sebagai salah satu dari 20 lukisan da Vinci yang ada. Meskipun sejumlah ilmuwan telah menguji keasliannya, tak semua orang percaya kalau itu adalah lukisan Leonardo.
Videos by VICE
Salah satu orang yang tak memercayai keasliannya adalah Jerry Saltz, kritikus seni di New York Magazine dan Vulture. Dia mengklaim bahwa gaya lukisannya sangat tidak masuk akal, jika dilihat dari konteks historis lukisan itu dibuat. Saltz menilai bahwa Da Vinci pastinya akan sangat malu terhadap Michaelangelo dan Bottacelli kalau membuat lukisan yang kembali ke era Byzantium kuno pada masa kejayaannya. Dia lalu mengatakan kalau Salvator Mundi mungkin saja dibuat oleh anak didik da Vinci.
“Saya tahu kalau Salvator Mundi bukan lukisannya setelah melihat langsung,” kata Saltz kepada VICE News. “Selama masa hidupnya, Leonardo tidak pernah melukis siapa pun secara langsung dengan arah dada seperti ini.” Lukisannya juga memiliki latar belakang yang berantakan.
Salvator Mundi tiba-tiba muncul pada 1958 setelah menghilang selama 150 tahun. Lukisan ini dibeli dengan harga US$60 (Rp869 ribu) dari Christie’s. Ketika itu, lukisannya diyakini sebagai karya Giovanni Boltraffio, pelukis di studio Leonardo. Alexander Parish, penjual barang kesenian asal New York, membelinya pada 2005. Para pakar menyatakan kalau ini lukisan asli da Vinci pada 2008. Mereka membuktikannya dengan menggunakan sejumlah metode ilmiah.
Simak tulisan lain di VICE yang membahas tentang seni rupa
Pada 2013, lukisan tersebut dijual di Paris sekitar $75-80 juta (Rp1,08-1,1 triliun) oleh Yves Bouvier. Dia lalu menjualnya kembali sebesar $127,5 juta (Rp1,8 triliun) kepada miliarder asal Rusia bernama Dimitry Rybololev, yang menjualnya dengan harga $450 juta (Rp6,5 triliun) pada 2017. Salvator Mundi dijual ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi.
Setelah beberapa pengeksposan yang terencana, Lourve Abu Dhabi menolak untuk menampilkan dan mengonfirmasikan keberadaan Salvator Mundi.
Jerry Saltz menyampaikan pendapatnya kepada VICE News seputar kenapa kita tidak pernah melihat lukisan mahal tersebut.