Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.
Kalian mungkin kadang kebingungan mencari rilisan musik anyar yang menarik. Karena itulah, tiap minggu tim redaksi Noisey menyusun daftar album, mixtape, atau EP yang bisa kamu putar seminggu penuh. Kalian juga bisa mencoba lagunya langsung lewat pemutar streaming di artikel ini. Kami sadar rekomendasi tersebut tidak mungkin bisa komprehensif menggambarkan yang sedang seru dari kancah musik global. Setidaknya kami berharap usulan kami membantu kalian menemukan musik yang menghibur. Jadi, silakan membaca daftarnya!
Videos by VICE
Rezzett: Rezzett
Duo asal London Rezzet sudah mengumpung katalog track-track techno yang bikin pusing sejak satu dekade lalu. Setidaknya, mereka berhasil merilis lima EP dan album live. Makanya, enggak aneh kalau mereka lumayan dihormati sebagai pelopor dance di kancah Britania. Dalam debut album panjangnya ini, Rezzet mengolah bunyi-bunyi statis dan distorsi sebagai material, yang mereka main di seputar beat-beat programming drum yang ganjil dan melodi yang menawan namun bikin pising. Di tangan Rezzet, perkakas atau sound musik electronic standar bisa jadi senjata untuk membuat komposisi abstrak indah dan menyentuh. — Colin Joyce
Charlotte Day: Stone Woman
Mayoritas materi dalam Stone Woman adalah hasil Charlotte Day mengakrabi rasa sakit dan menggambarkan sensasinya secara mendetail. Kualitas penulisan lagu dan lirik Charlotte Day Wilson sudah jauh berkembang dalam album ini. Sebelumnya, dia kelihatan banget agak malu-malu saat mengaku menyesali lagu-lagu yang dulu pernah pernah dia tulis (dia bilang, “menurutku, harusnya lagu-lagu itu lebih bermakna jika kalau ada arti mendalam di baliknya.”) semua lirik dan curahan pikirannya—yang dinukil dari pengalaman hidup pribadinya, seperti sudah lama digodok sebelum benar-benar ditulis: matang dan tak setengah-setengah. Inilah capaian paling cemerlang dalam kiprahnya. Stone Woman begitu lembut, namun tak menolak bercerita tentang manis dan pahitnya sebuah hubungan dan perihnya rasa kehilangan. — Sarah MacDonald
Starchild & the New Romantic: Language
Kendati tampaknya punya pengetahuan luas tentang musik pop selama beberapa dekade terakhir, pendekatan yang dipakai Bryndon saat menggarap album ini tak melulu membuatnya kelihatan pamer. Melalui part-part gitar yang renyah, suara falsetto yang dibikin sambil menutup mata, dan suara snare yang disetel sekaligus dipukul sekencang-kencangnya, Bryndon bercerita tentang segala macam kegalauan manusia. Dia mengulik kisah-kisah asrama nan pedih sudah diribuan kali diangkat oleh musisi boogie, funk dan R’N’ B. Tentu saja, menyandang nama karakter interstellar George Clinton, Bryndon tak puas hanya berkubang di masa lalu. Cerita-cerita cinta yang dia tawarkan sudah lebih dulu disesuaikan realitas abad telekomunikasi masa kini. — Colin Joyce
Towkio: World Wide .Wav
Rapper Chicago Towkio sudah terbiasa berpikir out of the box. Selama kurun keluarnya album debut Wav Theory hingga proyek terbarunya yang diberi judul World Wide .Wav, tiga kali sudah dia mempertaruhkan nyawanya: dua kali di Meksiko dan sekali di Hawaii. Di Meksiko, dia diperas preman, padahal dia baru saja mendatang perkakas studio senilai $60.000. Tak lama, dia beruntung bisa terbang hanya dua jam sebelum bencana gempa bumi paling dalam satu dekade melanda Meksiko. Di Hawaii, Towkio bergelantungan di mobil dengan hanya menyangkutkan kakinya saat bikin video “Drift.” Sekarang, Towkio cuma memikirkan segala macam makna ‘terbang’, sampai-sampai dia rela diikat pada balon helium saaat merilis World Wide .Wav, album hip-hop yang diproduseri Rick Rubin. — Kristin Corry
ADT: Insecurities
Stalker film karya Andrei Tarkovsky bertahan sebagai sebuah catatan budaya karena satu hal: mitos primitif yang disuguhkan film itu. Begini kira-kira bunyi mitosnya. Ada tempat yang bisa kita datangi agar semua keinginan mereka kita terkabul. Hanya saja, syaratnya berat sekali. Hal yang sama pernah saya dengar ketika mendalami jazz abstrak. Mitos tersebut mengatakan bahwa di luar melodi tradisonal musik barat dan bentuk ritme Jazz, terdapat kesempatan untuk melahirkan komposisi transenden. Sayangnya, komposisi tersebut bisa hancur atau acak-acakan setiap saat. ADT, band jazz ekspolaratif asal Chicago yang dibentuk oleh musisi eksperimentalis Ben Baker Billington, mungkin salah satu kolektif yang fasih bermain di zona ini. Melalui album mereka, Insecurities, Ben dkk berhasil mengabungkan melodi-melodi yang akrab di telinga bersama part-part aneh dan liar dengan kepercayaan diri. Setelah komposisi saksofon dan gitar yang saling membelit, sepertinya kita harus akui jika ADT berhasil membuktikan mitos Stalker itu benar adanya. — Colin Joyce
Che Lingo: Charisma
Setelah merilis mixtape Trillingo pada 2013, menyusulnya dengan album Risk Is Proof dua tahun setelahnya, serta EP Better Versions setahun lalu, Che semakin menyadari kekuatannya terletak pada kemampuannya buka kartu lewat lirik. Che jujur-juran tentang dirinya yang kerap merasa ringkih, ketertarikan akan hal-hal yan berbau geek, serta tentang arti hidup bagi seorang pemuda kulit berwarna di Inggris—semua hal deh pokoknya. Inilah sebagaian alasan kenapa EP terbarunya diberi judul Charisma. “Kalian bisa lihat kok kalau seorang seniman enggak jujur,” katanya. “Atau setidaknya, cuma melakukan yang apa kata orang “hal yang benar” alih-alih ngomongin hal yang benar-benar penting. Karisma seorang Che Lingo datang dari keberanian untuk bilang, “kebebasan itu bikin kita bertambah pengecut” atau, “aku ini orangnya rapuh,” atau “perempuan kulit hitam adalah perempuan yang paling dicemooh dan dipandang sebelah mata dalam masyarakat.”— Tshepo Mokoena
HoodRich Pablo Juan and Brodinski: The Matrix
Sejak dipercaya menggarap album Yeezus, produser asal Perancis, Brodinsky—yang naik namanya lantaran komposisi tekno berisiknya—makin mengakrabkan diri dengan rapper muda asal Atlanta. Dia pun terus menghasilkan komposisi-komposisi yang kental dengan tekstur trap. Brodinski sebelumnya sudah mengeluarkan tape bersama 21 Savege dan Young Nudy. Namun, Chemistry Brodinski paling terasa pas ketika berkolaborasi bersama HoodRich Pablo Juan, rapper bersuara muram dan penggemar musik psikedelia. EP terbaru mereka adalah lanjutan kolaborasi sebelumnya di “Weekend” dan “Dead People.” Tujuh track album ini menabalkan predikat Pablo Juan sebagai salah satu rapper paling besar mulut di kancah hip hop dunia kontemporer. Dia dengan sengak bilang, “I got ice on me / I got money on me / I got bitches on me / I got designer on me / I got my gun on me.” Pablo barangkali cuma ngebacot doang. Tapi terima saja, karena musiknya asik. — Colin Joyce
Turnstile: Time & Space
Teken kontrak dengan major label banyak bikin karir band hardcore tamat. Untungnya, tak seperti pendahulunya, Turnstile ogah merapihkan soundnya. Mereka malah terus menggeber hardcore dengan segala bumbu tambahan yang ganjil. Time and Space adalah album paling ambisius band asal Baltimore ini. Turnstile masih terus memamerkan semangat masa muda yang menggebu-gebu seakan umur anggotanya tak pernah bertambah sembari melempar influence-influence aneh yang bikin hater mereka makin keki. Berdurasi 25 menit lebih sekian detik, Time and Space pada dasarnya tetaplah album hardcore, hanya saja dengan hiasan interlude R&B, produksi Diplo di lagu “Right to Be,” part-part keyboard yang kentara dan bagian-bagian yang agak proggy di sana-sini. Trik-trik macam ini umumnya bakal bikin sebuah band hardcore diteriaki ketika manggung. Cuma, ini kan album Turnstile jadi kayaknya semua orang udah ikhlas deh. Misalnya, track kedua album ini “Big Smile” yang tiba-tiba berubah jadi psikedelik abis di bagian bridge dengan sound drum yang diimbuhi efek flanger dan spoken vocal yang juga sudah diberi efek habis-habisan. Begitu mendengar album ini, kalian bakal langsung tahu apakah kalian bakal jadi hater atau pemuja Turnstile. Dan rasa-rasanya, Turnstile sengaja banget melakukan ini.— David Anthony
Follow Noisey di Twitter.