Inilah Trik Jitu untuk Menenangkan Diri Saat Pesawatmu Turbulensi

Ketika saya sedang dalam penerbangan menuju New York akhir pekan lalu, pesawat saya sempat mengalami turbulensi. Tidak beberapa lama setelah pesawat terguncang, ada pengumuman terdengar dari interkom. Pramugari yang sedang mengantarkan minuman untuk saya mulai mengerem troli dan berjongkok. Ia mengatakan kalau ini adalah protokol yang perlu mereka jalani saat turbulensi. Saya pun turut menggenggam salah satu sisinya dengan kedua tangan.

Turbulensi berlangsung selama satu jam. Mungkin bagi kalian yang sering naik pesawat atau tidak gampang panik mah biasa-biasa saja. Tapi bagi saya, kejadian ini membuat saya panik bukan kepalang.

Videos by VICE

Sepuluh menit setelah insiden troli minuman tadi, pilot meminta pramugari untuk duduk dan memasang sabuk pengaman. Saya keringat dingin. Seluruh tubuh saya bergetar. Saya juga berusaha untuk tetap tenang dengan teknik pernapasan dalam. Tapi hasilnya percuma saja. Saya tetap panik. Perasaan saya tidak keruan!

Sekitar 25 persen dari populasi manusia, baik mereka mudah cemas atau tidak, takut naik pesawat. Itu artinya saya tidak berlebihan dan ada orang yang mengalami hal serupa. Meskipun begitu, saya tetap butuh belajar teknik penenangan diri untuk mengatasi ini. Makanya saya memutuskan bertanya kepada psikolog apa yang sebaiknya kita lakukan untuk tetap tenang saat sedang turbulensi.

Luapkan Adrenalinmu

Curtis Reisinger, psikolog dan asisten dosen psikiatri di Hofstra’s Zucker School of Medicine, mengatakan bahwa adrenalin akan dilepaskan saat kita sedang mengalami stres. Pernyataannya mengingatkan saya pada orang-orang yang kuat mengangkat mobil untuk membebaskan orang yang terjebak. Reisinger menyarankan untuk melakukan relaksasi otot progresif. Caranya yaitu dengan menegangkan dan melemaskan setiap bagian tubuh, dimulai dari jari-jari kaki. Fokus pada pengencangan dan pernapasan. Setelah itu lemaskan otot-ototnya. “Selain bisa meluapkan adrenalin, kamu juga bisa lebih fokus pada gerakan tubuh yang bisa mengurangi panik,” katanya.

Alihkan Pikiran

“Kamu bisa mengatasinya dengan mendengarkan lagu atau memainkan games di ponsel,” saran Reisinger. Padahal ada Black Mirror di ponsel saya waktu itu, tapi tidak kepikiran sama sekali untuk nonton. Eh, Black Mirror juga enggak pas untuk ditonton pas turbulensi sih. Yang ada nanti malah tambah stres.

Jangan Minum Alkohol Sebelum Terbang

Mungkin kebanyakan orang seperti saya bakalan terpikir untuk minum buat menghilangkan panik. Tapi ternyata Reisinger menganggap itu bukan solusi yang baik. Emosi akan membuncah setelah mabuk. Kamu harus ingat-ingat ini kalau akan melakukan penerbangan waktu lama. “Banyak orang mabuk yang mukanya kusut saat sedang dalam pesawat. Minuman beralkohol bisa jadi bumerang,” tuturnya.

Akuilah Kalau Kamu Panik

Menutupi rasa cemas dan panik malah bisa memperparah. Jika terbang bersama seseorang, Reisinger menganjurkan untuk memberi tahu apa yang kamu rasakan atau menggenggam tangannya. Ini sangat efektif. “Seseorang bisa merasa tenang berada di sebelah orang yang mereka kenal—terutama pada situasi menegangkan,” ujar Reisinger. Kamu juga bisa memberi tahu orang asing yang duduk di sebelahmu jika mereka oke-oke saja untuk diajak berbicara.

Minum Obat Penenang

Beberapa terapis mengatakan kalau minum obat penenang tidak ada salahnya asal tidak berlebihan atau kecanduan. “Kamu pastinya tidak ingin bergantung pada obat penenang setiap kali naik pesawat,” kata Reisinger. Selain itu, efek obat penenang baru bereaksi setelah 15 menit. Bisa jadi turbulensi sudah keburu selesai saat efeknya mulai terasa. Jatuhnya malah jadi percuma.

Teruslah Berpikir Positif

Saya taruh ini paling terakhir karena biasanya orang tidak mampu berpikir positif saat mereka sedang panik. Tapi tidak ada salahnya mencoba. Kamu bisa membayangkan kalau pesawat yang terguncang belum tentu akan jatuh. Saya googling data kecelakaan pesawat dan menemukan kalau kemungkinan kecelakaan sangatlah kecil. Ini bisa banget menenangkan saya kalau ada turbulensi lagi. “Pikirkan hal-hal positif. Ini dasar terapi yang paling penting. Gunakan logikamu agar bisa berpikir positif,” tutupnya.