Instagram: Pemicu Ongkos Pernikahan di Indonesia Makin Gila-Gilaan

Anggapan ini harus diingat para calon pengantin: pesta pernikahan tidak ditujukan buat menyenangkan kedua mempelai. Pesta pernikahan sesungguhnya dibuat untuk orang lain. Kita melakoni segala tetek bengek pernikahan demi menyenangkan orang tua. Pesta pernikahan? Yang ini khusus buat teman-teman yang kita undang.

Kalaupun memang untuk menyenangkan diri sendiri, bukan dari pesta itu sendiri. Bagi mereka yang bikin pesta pernikahan mewah dan indah, tujuannya kini cuma satu: biar punya stok foto nikahan yang cihuy lalu diunggah ke Instragram.

Videos by VICE

Instagram dua tahun belakangan memicu persaingan resepsi mewah-mewah atau keren-kerenan. Levelnya sudah tingkat yang bikin pusing kepala. Dulu, barisan yang harus kita bikin senang jika sudah berhubungan dengan pernikahan, paling banter cuma anggota keluarga, kawan-kawan, mantan, rekan kerja, tetangga, teman anggota keluarga, politisi yang kebetulan kenal dengan ayah atau ibu, dokter kandungan yang dulu membantu mbrojol ke dunia, bos kita saat ini, dan bos perusahaan sebelah yang sedang kita incar, dan seterusnya.

Daftar tamu undangan resepsi oldschool itu aja sudah panjang. Setidaknya, mereka semua adalah orang yang sedikit banyak masih bersinggungan dengan kita. Sementara sekarang? Kita seakan punya kewajiban membikin kagum orang asing yang tak sengaja nemu tatanan bunga di pelaminan dan kue pernikahanmu 12 tingkat yang kita pesan.

“Tren pernikahan di Instragam membuat batasan pernikahan yang wah makin tinggi saja,” kata Kevin Mintaraga, CEO Bridestory—marketplace online untuk keperluan pernikahan terbesar di Asia Tenggara. “Orang kini melihat foto pernikahan glamor dari teman, saudara atau influencer media sosial. setelah itu, mereka ingin pesta pernikahan serupa atau malah jauh lebih wah dari itu.”

Internet, dalam hal ini vendor online, informasi dari Google, dan, tentu saja, media sosial, bertanggung jawab atas 40 persen keputusan yang diambil oleh sepasangan calong pengantin, demikian kesimpulan dalam riset yang dilakukan Bridestory.

“Industri pesta pernikahan di Indonesia kini sudah sepenuhnya masuk ranah digital,” kata Kevin pada VICE. “Temuan penelitian kami menunjukkan bahwa ponsel pintar menjadi pendikte tren pesta pernikahan di Indonesia.”

Saking gampangnya nemu foto-foto pernikahan di Instagram, perusahaan pengelola pesta pernikahan sekarang tak perlu mengeluarkan dana untuk memasarkan diri. Media sosial secara tidak langsung membuat dapur wedding organizer, fotografer kawinan, hingga MC spesialis pesta pernikahan ngebul sepanjang hari.

“Tahun ini kita hampir enggak keluar sama sekali untuk (biaya) marketing,” kata Aris co-founder wedding planner Wymm Organiser. “Pictures do the talking. Kalau orang-orang lihat instagram wedding yang bagus gitu mereka bisa tanya, itu bikinnya gimana, trus hubungi vendornya sendiri. Meski gak spend di marketing kita ga kekurangan klien, tetep aja ada yang datang. Social media makes jobs easier for us.”

Penasaran sebesar apa industri pesta pernikahan di Indonesia? Jawabannya: besar sekali! Saban tahun, lebih dari dua juta orang menikah di Indonesia. Rata-rata undangan dalam setiap pesta pernikahan ada di kisaran 500 orang. Sedangkan dana yang diperlukan kira-kira Rp300 juta—hampir lima kali jumlah rata-rata pendapatanan tahunan orang Indonesia. Tapi, 500 undangan itu bukanlah angka yang tinggi. Biasa saja untuk ukuran Indonesia. Beberapa adat pernikahan tradisional sudah biasa mengundang ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari berturut-turut.

Secara keseluruhan, jumlah uang berputar dalam industri pesta pernikahan di Indonesia diperkirakan mencapai angka Rp93 miliar per tahun. Sebagai perbandingan, industri pernikahan di Amerika Serikat menghasilkan Rp146 miliar pertahun atau cuma lebih tinggi Rp50 miliar per tahun. Padahal rata-rata penghasilan tahunan penduduk AS 16 kali lebih tinggi dari rata-rata penghasilan tahunan orang Indonesia. Penghasilan boleh kalah, tapi pesta kita tak kalah mewah dari resepsi kawinannya orang Amrik.

Tak ayal, mahalnya pernikahan di Indonesia memaksa calon pengantin menabung jauh-jauh hari. Beberapa orang sampai terjebak hutang lantaran meminjam uang ke kanan dan ke kiri, pada kawan, serta anggota keluarga guna membiayai pernikahan mewah yang mereka idam-idamkan.

Pertanyaannya kemudian: segila apa sih upaya mempelai mempersiapkan postingan foto pernikahan di negara kita? VICE Indonesia mengirim saya menghadiri gelaran Bridestory Market 2017. Sebelumnya, VICE pernah menerbitkan artikel tentang obsesi orang Indonesia terhadap pernikahan dan segala peraturan aneh yang melingkupinya. Artikel itu tak menghalangi saya untuk tetap terperangah melihat segala kegilaan yang rela dilakukan para wedding planner dalam rangka menciptakan “pesta pernikahan yang cocok banget buat diposting di Instagram!”

Kinsky, direktur pemasaran AxiooPhotography and Cinematography, mengatakan pada saya kalau perusahan mereka berani menawarkan paket tur ‘transcontinental photography’. Intinya, mereka akan mengantar pasangan mempelai mengambil foto pre-wedding di tempat yang paling eksotis, paling indah, dan paling romantis di berbagai penjuru dunia. Sepintas, ini mirip perjalanan bulan madu pre-wedding kelas jet set menuju tempat-tempat keren seperti London, Paris, dan Swiss.

“Pre-wedding photography sudah jadi tren besar di Indoensia,” kata Kinsky. “Momen ini jadi kesempatan bagi cari pengantin untuk melakoni hidup bak model fesyen dan melancong ke tempat yang luar biasa indah demi untuk mengambil foto instagram yang bikin orang lain tercengang.”

Jangan lupa, itu baru persiapan soal foto pre-wed. Tentu saja masih ada tetek bengek pernikahan itu sendiri. Salah satu wedding planner bercerita tentang pesta pernikahan yang menampilkan biduan Bollywood sebagai hiburan para tamu. Beberapa pesta yang pernah dia urus menyediakan infuse water untuk mengusir hangover, meja pijat, serta tempat rias dan penata rambut yang siap sedia kala agar para tamu undangan berpesta beberapa hari berturut-turut.

Wedding planner lain yang saya temui mengaku pernah mengurus sebuah pernikahan di Palembang, Sumatra Selatan. Besar-besaran kurang memadai untuk menggambarkan pesta tersebut. Sampai-sampai pengelola gedung yang disewa calon pengantin memotong beberapa pohon guna membangun ruangan baru yang bisa menampung semua tamu undangan. Gila!

“Setelah hajatan selesai, mereka merubuhkan bangunan baru itu dan kembali menanam pohon yang mereka tebang,” kata Mickey E.P. Adams, dari Mitra Kreasi Indonesia. “Pokoknya edan lah.”

Lalu, berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan foto instagram pesta pernikahan yang bikin banyak orang iri?

“Klien kami pernah menghabiskan Rp934 juta cuma buat bunga doang,” kata Mickey. “Itu hitungannya masih budget minimum untuk membuat dekor yang enggak malu-maluin untuk kalangan elit Indonesia. Kami sampai harus mengimpor bunga segar langsung dari Eropa dan Afrika.”

Makin banyak cerita hampir tak masuk akal ini saya dengar dari vendor dan wedding planner selama pameran. Dalam sekejap, Bridestory Market menjelma menjadi negeri dongeng di mana setiap pesta pernikahan berhias berlian, tiap kue pernikahan haram bertingkat di bawah sepuluh, dan setiap sisi tempat pesta pernikahan adalah tempat paling ideal berswafoto. Tapi beneran deh, ngapain sih orang ini membakar uang sebanyak itu cuma buat latar belakang foto Instragram?

Ini contoh lainnya. Beneran itu kue bisa dimakan?

Lihat saja kue raksasa ini, bikin segan. Foto oleh penulis.

Aage Hansen, Direktur Deutsche Messe Venue Operations yang mengelola Indonesian Convention Exhibition (ICE), tempat pameran ini diselenggarakan, berulang kali memuji besarnya industri pesta pernikahan di Indonesia.

“Kami sangat senang berpartner dengan Bridestory. Kami melihat perkembangan yang sangat pesat dalam segmen pernikahan.”

Saya terus berkeliling dalam pameran dan tersesat dalam dunia yang isinya segala sesuatu yang mewah sampai saya tak sengaja bertemu seorang kawan lama yang sedang merencanakan pernikahan. Jeanice Lie, teman saya itu, sekarang masuk kategori sosialita Jakarta dan seorang social media influencer/entrepreneur. Sebagai sosok yang berpengaruh di sosmed, apakah dia merasakan beban untuk mengadakan pesta pernikahan yang sesuai dengan reputasinya? Apakah dia harus keluar uang ratusan juta demi satu postingan di Instagram seperti banyak pasangan pengantin di Indonesia beberapa tahun belakangan?

“Enggak juga,” ujarnya diiringi tawa. “Setidaknya, aku enggak mau mengekor orang. Aku nyaman dan yakin dengan selera dan gayaku. Namun karena reputasiku di media sosial, aku punya semacam standar tentang bagaimana pesta pernikahan yang aku inginkan.”

“Lagipula, itu kan hari istimewa buatku,” imbuhnya. “Jadi wajar kalau aku ingin punya foto-foto yang indah. Kalau memang kita punya budget untuk mewujudkan pernikahan idaman kita, kenapa engga?”