Nang Mwe San, dokter berusia 28 tahun asal Myanmar, mengeluhkan kebijakan ikatan dokter di negaranya yang mencabut izin praktiknya. Dia kena sanksi gara-gara “sering berpakaian seronok” di Facebook. Pada 3 Juni tahun lalu, surat pencabutan izin praktik itu dikirim oleh Konsil Kedokteran Myanmar pada Mwe San, disertai catatan bahwa pose foto-foto yang dia unggah ke medsos “tidak sesuai dengan adat-istiadat Myanmar.”
Mwe San menjalankan praktik sebagai dokter umum selama empat tahun, sebelum kemudian pada 2018 dia memutuskan nyambi menjadi model. Sebagaimana lazimnya model di manapun, Mwe San kerap mengunggah foto dirinya di medsos mengenakan baju ketat, lingerie, baju renang, atau baju-baju tradisional Myanmar sembari berpose seksi.
Videos by VICE
Masalahnya, Ikatan Dokter Myanmar menganggap tindakan Mwe San memberi citra buruk pada pelaku profesi kesehatan lantaran menyalahi norma-norma yang lazim. Lembaga tersebut mengaku sudah memberi peringatan pada Mwe San sejak Januari 2019 agar dia berhenti mengunggah foto seksi, tapi tidak diindahkan. Alhasil, izin praktiknya sebagai dokter dicabut.
“Aku sangat terkejut dan sedih sekali. Untuk akhirnya bisa menjadi dokter padahal aku berjuang lama dan mati-matian,”kata Mwe San, saat diwawancarai Reuters. “Apakah aku menangani pasien sambil memakai pakaian seksi? Kan tidak. Profesionalitasku tak ada hubungannya dengan foto di medsos sebagai model.”
Postingan Mwe San soal surat pencabutan izin praktik dari Ikatan Dokter Myanmar itu lantas viral, mengundang komentar lebih dari 5.800 orang. Sebagian mendukung pencabutan izin tersebut, lalu menyalahkan Mwe San agar serius memilih mau jadi dokter atau lanjut sebagai model. Sementara sebagian netizen mendukung Mwe San, menilai foto seksi tak ada hubungannya dengan penanganan pasien. Malah, ada netizen menduga isu viral Mwe San adalah upaya pengalihan isu dari tragedi genosida muslim Rohingya yang tak kunjung selesai di Myanmar.
“Insiden ini berakar dari seksisme yang mengakar kuat dalam budaya orang Birma,” kata Shunn Lei, pendiri majalah feminis lokal Rainfall, kepada Reuters. “Masyarakat patriarkis di negara kami mengandaikan bahwa melindungi budaya asli Myanmar sebagai tugas utama perempuan.”
Mwe San sendiri akan menggugat balik pencabutan izin praktik tersebut. Dia yakin bisa memenangkan upaya banding atas keputusan ikatan dokter Myanmar. “Ada banyak isu kesehatan yang mendesak direspons dan lebih penting dibanding keputusan saya terjun ke dunia modelling,” ujarnya. “Apapun yang terjadi kelak, saya tidak mau berhenti melakoni modelling sambil tetap menjadi dokter.”
Follow Shamani Joshi di Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.