FYI.

This story is over 5 years old.

Google

Google Translate Tiba-Tiba Menerjemahkan Bahasa Asing Jadi Ramalan Religius

Para ahli pemrograman komputer menduga Google Translate mendadak jadi peramal kiamat gara-gara sifat jaringan neural database-nya.
Ilustrasi oleh Chris Kindred 

Coba kalian ketik kata "dog" ke dalam Google Translate 19 kali, pilih Bahasa Maori lalu terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Hasilnya? Ramalan religius.

"Kiamat akan terjadi pada pukul 12 lewat tiga," demikian hasil terjemahannya. "Kita mengalami perkembangan karakter yang dramatis di dunia, yang mengindikasi bahwa sebentar lagi kiamat datang dan Yesus akan bangkit kembali."

Itu hanyalah satu dari sekian banyak terjemahan janggal yang disebarkan pengguna Reddit dari Google Translate, layanan Google yang berusia satu dekade yang kini bisa menerjemahkan teks ke dalam lebih dari 100 bahasa.

Iklan

Dalam Bahasa Somali, misalnya, serangkaian kata “ag” diterjemahkan menjadi “putra Gershon,” “atas nama TUHAN,” dan rujukan pada terminologi Injil seperti “hasta” dan Pengulangan.

Di Twitter, orang-orang menganggap kekeliruan ini sebagai ulah hantu dan setan. Pengguna pada subreddit berjudul TranslateGate berspekulasi bahwa sebagian hasil terjemahan aneh ini boleh jadi merupakan teks yang dihimpun dari surel atau pesan-pesan pribadi.

"Google Translate belajar dari contoh-contoh terjemahan di website dan tidak menggunakan ‘pesan-pesan’ untuk mempelajari terjemahan. Selain itu, sistemnya juga tidak memiliki akses pada konten semacam itu," kata Justin Burr, juru bicara Google, saat merespons fenomena ini melalui surel. "Ini terjadi karena input yang tidak masuk akal, sehingga outputnya juga tidak masuk akal."

Saat Motherboard mengirimkan contoh-contoh terjemahan aneh tadi kepada manajemen Google, terjemahan itu segera hilang dari Google Translate.

Ada beberapa penjelasan atas output yang aneh ini. Mungkin saja bahwa pesan-pesan mengerikan ini adalah hasil perbuatan mantan pegawai Google yang sakit hati, misalnya, atau pengguna-pengguna usil yang menyalahgunakan tombol “Suggest and edit,” yang menerima saran atas terjemahan-terjemahan yang lebih baik dari teks tertentu.

Akan tetapi, Alexander Rush, asisten profesor di Harvard yang mempelajari pemrosesan bahasa alami dan penerjemahan komputer, menyampaikan bahwa filter internal seharusnya bisa mendeteksi manipulasi macam itu. Menurut Rush, hasil terjemahan aneh boleh jadi berkaitan dengan perubahan pada Google Translate beberapa tahun lalu, saat mereka mulai menggunakan teknik bernama "neural machine translation."

Iklan

Tonton dokumenter VICE mengenai sebuah gereja yang berusaha menjalankan proyek membuat manusia abadi:


Dalam neural machine translation, sistem dilatih dengan teks dalam jumlah besar dalam satu bahasa dan terjemahannya dalam bahasa lain, untuk menciptakan model untuk pergerakan di antara kedua bahasa. Namun, saat sistem ini diberi masukan yang tidak masuk akal, kata Rush, ia bisa “menghalusinasikan” output yang aneh—mirip dengan bagaimana DeepDream Google mengidentifikasi dan menonjolkan pola-pola pada gambar.

"Modelnya adalah kotak hitam, yang dipelajari dari sebanyak mungkin contoh-contoh pelatihan yang bisa ditemukan," ujar Rush. "Mayoritas contoh ini tampak seperti bahasa manusia, dan saat ia diberikan sebuah bahasa baru, sistem terlatih untuk memproduksi sesuatu yang juga tampak seperti bahasa manusia. Meski demikian, kalau kamu memberikannya sesuatu yang sangat berbeda, terjemahan terbaiknya adalah sesuatu yang tetap fasih, meski tidak berhubungan dengan inputnya."

Sean Colbath, ilmuwan senior di BNN Technologies yang fokus pada penerjemahan mesin, sepakat bahwa output aneh kemungkinan besar hasil algoritme Google Translate yang mencoba mencari keteraturan dalam kekacauan. Dia juga mengungkapkan bahwa bahasa-bahasa yang memberikan hasil paling aneh—Bahasa Somali, Bahasa Hawaii, dan Bahasa Maori—memiliki tubuh teks terjemahan lebih kecil dibandingkan bahasa-bahasa lain yang umum digunakan, seperti Bahasa Inggris atau Bahasa Mandarin. Jadi, mungkin saja Google menggunakan teks-teks religius seperti Injil, yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, untuk melatih modelnya dalam bahasa tersebut, sehingga menghasilkan konten religius.

Iklan

"Kalau mereka mencoba membangun model dari hal tersebut, boleh jadi ini karena modelnya memasukkan doa-doa sehingga mengeluarkan hal yang sama akibat latihan itu," kata Colbath, yang menekankan bahwa ini merupakan pendapat pribadinya, dan tidak mewakili perusahaan, lewat chat.

Rush sepakat, kalau Google menggunakan Injil untuk melatih modelnya, itu bisa menjelaskan hasil-hasil aneh ini. Memang, beberapa terjemahan aneh dalam Bahasa Somali mewakili beberapa ayat dari Perjanjian Lama. Ekodus 27:18 merujuk pada ratusan hasta, dan beberapa ayat termasuk Numbers 3:18 membahas soal anak-anak Gershon.

Burr, juru bicara Google, menolak mengatakan apakah materi pelatihan Google Translate termasuk teks religius.

Tetapi, terkadang rasanya seperti algoritma ini menyalurkan energi-energi spiritual—atau justru sedang melawak.

Lagipula, Google Translate menerjemahkan "w hy ar e th e tran stla tions so wei rd" dalam Bahasa Somalia, hasil terjemahannya menjadi "It is a great way to make it so much better" dalam Bahasa Inggris.

Sungguh aneh.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard