Lupakan Filmnya yang Bapuk Banget, Seri Game Transformers Jauh Lebih Keren
‘Transformers: Devastation’ screenshot dari Activision.

FYI.

This story is over 5 years old.

Game

Lupakan Filmnya yang Bapuk Banget, Seri Game Transformers Jauh Lebih Keren

‘The Last Knight’ disebut sampah abis sama kritikus film. Namanya juga film Michael Bay. Supaya kalian ga kecewa banget, mending main game Transformers yang keren-keren.

Artikel ini pertama kali tayang di Waypoint.

Seperti diduga banyak orang, ulasan film Transformers terbaru, The Last Knight, mengundang banyak cercaan kritikus. Uniknya, setiap reviewer seakan berlomba mengejek film tersebut dengan pilihan kata terbaik yang bisa mereka sajikan. "Kepanjangan, ruwet, tak berjiwa," demikian kesimpulan Majalah Film Empire. Surat kabar The Guardian lebih sadis lagi: "Film ini berdurasi 149 menit, setiap menitnya terasa seperti periode kekuasaan Raja Charlemange di Prancis Abad pertengahan yang panjangnya ga ketulungan." Kesimpulan terbaik tampaknya disodorkan ulasan International Business Times yang menyatakan "film ini terhitung salah satu yang terbaik dari seri Transformers" sambil memberi skor satu dari lima bintang. Ntab!

Iklan

Tak perlu kaget. Ser film Transformers sejak yang pertama tayang 2007, selalu menjadi cercaan kritikus. Film arahan sutradara Michael Bay itu memang laris, tapi penuh CGI, ledakan lebay, dan dan gambar bikin pusing, serta cerita yang tak jelas juntrungannya. Anak-anak yang tumbuh dengan animasi Transformers telah dikhianati. Michael Bay mengubah kenangan indah itu menjadi kentut. Saya malah sudah lama ikhlas dan merelakan Bumblebee berubah jadi rongsokan di live action-nya Bay.

Begini, di artikel ini, saya ingin lebih konstruktif. Tidak perlu lah kita menghina-hina film Transformers (yang memang jelek banget). Kalau kita ingin mengalami adaptasi Transformers yang keren dan membawa semua hal-hal bagus dari animasi dekade 80-an dulu, maka solusinya cuma satu: mainkan video game Transformers, jangan nonton filmnya.

Saya sampai terheran-heran sendiri. Drama tak bermutu dari semua film Transformers bikinan Michael Bay, bisa kalah keren dari game buatan High Moon Studio: War for Cybertron. Game sekuelnya, Fall of Cybertron, bahkan menyajikan shooter yang penuh momen menegangkan. Optimus Prime dan kawan-kawan dalam game tersebut diceritakan berupaya mempertahankan planet asal mereka, Cybertron, yang di ambang kehancuran. Para robot alien itu akhirnya terpaksa lari ke bumi setelah berjuang habis-habisan.

Plot dua game itu cenderung gelap. Banyak karakter utama mati dan ada adegan sadis (untuk ukuran pertarungan antar robot). Namun tak bisa dipungkiri, desain game-nya keren banget. Suasana perang antar robot yang kacau tak pernah memusingkan seperti di filmnya. Asal kalian bisa menerima cerita sedih para karakter game tersebut, semua gamer sejati pasti sepakat kalau War for Cybertron itu bagus. Sayangnya, game ini muncul di akhir masa hidup Playstation 3, console yang kurang disambut pasar. Untung Fall of Cybertron muncul di PS4 dan Xbox One, serta tersedia secara digital sehingga masih bisa diakses oleh gamer yang belum sempat menikmatinya di era console generasi ketiga.

Iklan

Saya pribadi, dibanding dua game keren itu, lebih menyukai Transformers: Devastation. Game buatan Activision itu dirilis 2015. Sayang sekali, saat game ini muncul, rilis juga Bayonetta 2 dan Star Fox dari Nintendo Wii U sehingga menutupi gaungnya di pasaran. Jika Cybertron terasa seperti film drama gelap yang pilihannya hanya hidup dan mati, maka Devastation adalah mimpi basah para gamer penggemar Transformers. Tidak ada pertarungan yang kelewat serius. Game ini sederhana dan menyenangkan. Desain robot-robotnya lebih setia pada citarasa kartun lawasnya. Bahkan musik orisinal dari Vince DiCola ikut dimasukkan ke dalam game. Ada lima karakter yang bisa kita mainkan dalam Devastation, semuanya tentu saja Kubu Autobots: Optimus Prime, Bumblebee, Sideswipe (robot Transformers favorit saya sepanjang masa), Wheeljack, dan Grimlock.

Where the Cybertron pair go for do-or-die action, staying true to that whole "no sacrifice, no victory" mantra that underpinned 2007's Transformers flick, Devastation is pure Saturday morning Runamuck fun and games. (Oh yeah, you see what I did there, wink etc.) It's styled to look like the old, "Generation 1" cartoons, features original music from The Movie composer Vince DiCola, and is clearly set in the 1980s (look at all those Griswold Family Trucksters). And while its environment art and identikit Decepticon foes are repetitive and dull, there's great personality to the five controllable Autobots—Prime, Bee, Sideswipe (my boy, my best boy… maybe after Ironhide), Wheeljack (RIP) and Grimlock.

Iklan

Gameplay Devastation sederhana banget. Intinya robot-robot itu akan diadu di lanskap perkotaan. Mereka tentu saja bisa berubah dari robot menjadi mobil balap atau truk (tenang engga ada lagi dinosaurus yang tolol itu). Engine yang dipakai membuat adegan tarungnya mulus abis, tak kalah dari adegan pertarungan game Bayonetta. Kalian pasti akan selalu puas setiap kali menghajar robot musuh dan menghancurkan mereka berkeping-keping. Supaya makin puas, kalian masih punya mode strong attack, combo, serta transformasi khusus per karakter memakai kombinasi tombol di joystick.

Lalu, seperti apa plot cerita Devastation? Hmm, intinya Optimus Prime dan Megatron berebut sumber daya energi plasma. Pertempuran mereka terjadi di Cybertron, bumi, hingga luar angkasa. Sederhana sih. Tapi kan Transformers dikenal bukan karena ceritanya dalem gitu. Sayang, ketika dirilis game ini hanya terjual 240 ribu kota di PS4, sehingga kemungkinan adanya sekuel sangat-sangat minim. Huuu….

"Saya belum bisa menjelaskan kelanjutan proyek game ini," kata Juru Bicara Activision Robert Conkey saat saya hubungi beberapa waktu lalu. Benar saja, sekarang 2017 sudah separuh jalan, sama sekali tidak ada kabar akan muncul game Transformers terbaru. Tapi, anda akan sulit membantah bila Devastation bukan game yang bagus. Game semacam inilah yang sejak lama didambakan oleh penggemar Transformers. Plotnya yang agak tolol justru menjadi nostalgia bagi penggemar kawakan.

Satu lagi faktor yang membuat saya selalu menyarankan game ini bagi penggemar Transformers: Devastation bisa ditamatkan sangat cepat. Jauh lebih cepat daripada nonton semua adaptasinya Michael Bay. Kalian pasti akan tersenyum saat memainkan game ini. Senyum itu sangat kalian butuhkan, apalagi kalau kalian nekat nonton The Last Knight dalam waktu dekat.

Ajak ngobrol Mike soal film kartun lawas di Twitter.