FYI.

This story is over 5 years old.

Bertanya Buat Teman

Inilah yang Akan Terjadi Pada Tubuhmu Kalau Makan Mi Instan Tiap Hari

Walaupun tiap merek beda-beda, tapi bisa dibilang sebungkus mi instan biasanya mengandung 1.000 mg (atau lebih) sodium. Nah, dampak sodium itu yang kita bahas di artikel ini.
Sekeping mi instan siap masak
Foto ilustrasi via Stocksy/Jeff Wasserman 

Bertanya Buat Teman adalah rubrik khusus dari Tonic menjawab semua pertanyaan kalian seputar kesehatan, yang paling tolol sekalipun. Jadi, kalau ada teman yang punya masalah kesehatan tapi enggak berani tanya ke dokter, bisa kalian wakili lewat rubrik ini.


Mi instan adalah makanan andalan mahasiswa kere. Sebetulnya pandangan itu makin klise, tapi nyatanya mahasiswa (mau kere atau enggak) memang masih tergantung banget sama stok mi instan. Bukan apa-apa, alasannya karena mi instan gampang dimasak, bahkan oleh orang pandir sekalipun. Kalau kamu beli yang siap seduh pakai wadah styrofoam lebih simpel lagi. Wadahnya enggak perlu dicuci atau ngapa-ngapain lagi. Tinggal tuang air panas, santap, buang. Sederhana dan cepat, makanya mahasiswa yang kelaparan pas jam 2 pagi pasti menganggap mi instan sebagai penyelamat yang paling utama.

Iklan

Sayangnya, semua yang mudah, enak, murah, dan gampang dibuat tidak mungkin datang sepaket begitu saja. Pasti ada yang dikorbankan. Sesuai rumor yang sudah sering kamu dengar, pasti hal ini yang pertama kali terbayang: "kan dia instan, pakai pengawet, dan MSG ya? Aman enggak sih buat tubuh kita?"

Benar sekali. Itulah pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Apalagi kalau kamu atau kenalanmu ada yang hobi banget makan mi instan selama tujuh hari seminggu, alias tiap hari pasti minimal sekali makan mi instan sebungkus.

Maka, sosok yang kami hubungi segera adalah Abbey Sharp, pakar diet di Kota Toronto dan penulis buku Mindful Glow Cookbook. "Dalam setiap mangkok mi instan, kandungannya bukan cuma karbohidrat dan garam," ujarnya kepada Tonic. Ini mencakup mi instan yang harus dimasak lebih dulu ataupun yang tinggal seduh di wadah styrofoam.

Kelemahan terbesar mi instan sebagai asupan gizinya, menurut Sharp, karena nyaris tidak ada serat dan kandungan protein. Padahal dua nutrisi ini komponen penting makanan yang membuat seseorang merasa kenyang setelah makan. Jadi, kalaupun kamu kenyang sesudah makan mi instan, pasti rasa kenyang itu tak bertahan lama. "Selain itu, saat kalian mengonsumsi mi atau ramen instan, tiap porsinya tidak akan menyediakan cukup vitamin dan antioksidan yang diperlukan tubuh," ujarnya.

Oke-oke, mi instan sedikit sekali gizinya dan tidak akan bikin penikmatnya sehat. Tapi kan kita emang enggak mencari kesehatan dari mi instan? Mari beralih ke pertanyaan yang lebih sensitif, sekalipun enggk bergizi, apakah makan mi instan rutin tiap hari berbahaya?

Iklan

Jawabannya akan tergantung merek, karena tiap merek punya kandungan sodium beda-beda. Unsur inilah yang harus kamu perhatikan saat berencana mengonsumsi mi instan secara rutin. Dari merek yang beredar di negara kita, rata-rata kandungan sodiumnya mencapai 1.150 miligram (bahkan bisa lebih). "Kalau sudah lewat (1.000 mg) itu artinya tinggi banget," kata Jim White, dokter sekaligus pakar nutrisi.

Jika mengacu samapanduan nutrisi ideal yang dilansir pemerintah AS, seorang dewasa disarankan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 2.300 miligram sodium per harinya. Dua bungkus mi instan, atau malah tiga mi dalam bentuk cup, jelas sudah melampaui standar. Padahal, kamu tidak mungkin hanya makan satu jenis junk food sehari. Ada saja kan momen kamu makan pizza, burger, atau berbagai jenis makanan mengandung sodium lainnya.

Sodium—zat yang menciptakan sensasi asin di lidah—bisa berdampak buruk jika terlalu banyak dikonsumsi. Efek jangka panjangnya antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah (yang berarti memicu serangan jantung), serta gejala stroke. Bila ancaman itu terasa terlalu jauh (biasa, anak muda kan merasa punya umur panjang), maka waspadai sama gejala yang terasa dalam jangka pendek. Yakni tubuh mengalami penumpukan cairan alias water weight. Kelihatan kok, biasanya orang yang mengalami itu badannya akan gemuk dan sulit turun lagi. "Dia juga akan sering merasa lesu dan lunglai," kata White.

Iklan

Terlalu banyak mengonsumsi sodium tak terukur juga bisa membuat seseorang dehidrasi. Apalagi kalau si pecinta mi instan tadi suka minum alkohol. Dehidrasi adalah pemicu menurunnya kemampuan kognitif kalian, termasuk kemampuan menghafal dan memperhatikan sekitar. Dua jenis kemampuan itu tentu sangat dibutuhkan mahasiswa, terlepas dari mereka kere atau tidak, jika ingin lulus dengan IPK 3 koma sekian melewati musim ujian yang brengsek. Dehidrasi akibat kebanyakan mengonsumsi sodium juga bisa memicu sakit kepala ataupun konstipasi, merujuk hasil penelitiandari University of North Carolina.

"Mi instan juga mengandung MSG dan TBHQ, dua komponen ini tidak berbahaya tapi seringkali punya efek samping buruk jika dikonsumsi berlebihan," kata White. Apa yang dikatakan White memang benar. Monosodium Glutamat, bahan kimia yang disingkat MSG, sudah dipastikan tidak berbahaya oleh BPOM di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Namun, dari penelitian, sebagian konsumen merasa sakit kepala atau merasa mual setelah terlalu banyak makan sumber rasa umami itu. Begitu pula TBHQ. Sebenarnya aman, tapi ketika dikonsumsi melampaui batas, ada risiko dapat memicu kerusakan jaringan otak dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah tingginya asupan karbohidrat dari mi instan. Karbohidrat mi tidak mengandung serat sama sekali. "Padahal, kalau kalian ingin menjaga bentuk tubuh, maka setidaknya separuh sumber karbo harian kalian datang dari bahan baku yang mengandung serat juga," kata Sharp. Kebanyakan karbo, seperti yang sudah kalian pelajari sejak SMP, berpotensi memicu kenaikan berat badan tak terkendali dan dapat menjadi bibit diabetes tipe dua.

Iklan

Tapi, pakai tapi nih, semua penjelasan di atas tidak hendak bilang mi instan itu berbahaya. Bukan kok. White menyatakan mi instan mengandung riboflavin dan thiamin, yang tentu bermanfaat untuk tubuh. Selain itu, kalau dibandingkan junk food, mi instan masih relatif rendah gula.

Pesannya jelas kok: apa-apa yang berlebihan itu tidak baik, kecuali kalian makan sayuran organik melulu. Sementara makan yang dianggap sehat-sehat terus juga enggak bagus untuk tubuh, apalagi kalau kalian sampai anti sama karbo atau protein hewani (kecuali kalian vegan ya). "Konsumsi kalian harus seimbang, itu saja kuncinya supaya kita terus sehat," kata White. Saran klise, tapi nyatanya sering dilupakan banyak orang.

Pendek kata, mi instan itu enggak tabu. Tapi jangan dimakan tiap hari juga kali, jika kalian ogah naik berat badan dalam waktu singkat dan merasa lesu ketika bangun tidur. Kebanyakan mi instan juga membuat banyak orang gampang hilang konsentrasi.

"Aku sih memandang mi instan itu enggak beda dari donat atau kue," kata Sharp. Suka boleh saja, asal tidak berlebihan. "Makan mi instan itu harus dianggap kayak snack, jajan aja gitu. Bukan untuk mencari rasa kenyang, apalagi menganggapnya makanan utama sehari-hari."

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic