Artikel ini pertama kali tayang majalah I-D edisi The Superstar, no. 354, musim dingin, 2018
“88rising adalah sebuah bola berisi energi rasa penasaran yang terus berubah akibat cinta dan orang-orang di dalamnya,” jelas Sean Miyashiro, penduduk New York berdarah campuran Jepang-Korea. Sean mendirikan 88rising, sebuah label rekaman yang merangkap menjadi kolektif musik, manajemen artis dan perusahan produksi musik pada 2015. “Daripada menantang status quo, kami lebih senang menantang diri sendiri. Jadi, aku ingin bilang 88rising itu perusahaan pencetak kebahagiaan—sebuah perusahaan yang ingin selalu menghasilkan karya, melepaskannya ke publik dan menularkan kebahagiaannya pada orang lain.”
Videos by VICE
Kian kemari, 88rising berhasil menggeser cara pandang global—terutama masyarakat barat—terhadap musisi Asia sekaligus menjembatani ruang kosong antara skena kreatif di belahan Bumi timur dan barat. 88rising bermula ketika Sean bertemu dengan aktor, model dan penyanyi yang banting stir jadi rapper berdarah Cina-Kanada Kris Wu.
Pamor Kris di kawasan Asia sudah tak bisa dianggap enteng lagi saat itu. Kendati begitu, dia tengah berjuang mati-matian menembus pasar Amerika. Tanpa ragu, Sean menyarankan Kris berkolaborasi dengan rapper asal Houston dan bapak dari anak Kylie Jenner, Travis Scott. Kriss mengikuti saran tersebut. Hasilnya, track kolaborasi dirinya dengan Scott “Deserve” meledak pada 2017, dalam sekejap merajai chart iTunes Amerika Serikat. Kriss jadi artis keturunan Tiongkok pertama yang berhasil melakukannya.
Sejak saat itu, keluarga musik Sean berkembang pesat, mencakup mantan YouTuber berdarah campuran Australia-Jepang sekaligus pencipta meme Harlem Shake dan kini dikenal sebagai seorang penyanyi slowjam jempolan Joji; pangeran rap dari Indonesia Rich Brian; kolektif hip-hop Tiongkok Higher Brothers. Tak lama setelah itu, Keith Ape rapper superstar Korea yang melejit namanya lewat single “It G Ma,” bergabung dengan 88rising.
Talenta-talenta lain yang menyusul jadi roster 88rising berikutnya adalah penyanyi R&B Indonesia NIKI, bintang pop Cina Lexe Liu serta roster non-Asia pertama mereka, August 08, penyanyi R&B melankolis berdarah Afrika-Amerika. Selain merilis karya-karya rosternya, 88rising juga berkolaborasi dengan rapper Jepang KOHH, produser Amerika keturunan Korea Yaeji dan penyanyi J-pop asal London Rina Sawayama.
“Teman-temanku bilang aku sudah ngomongin tentang 88rising dari dulu,” jelas Sean. “Tapi rasanya aku baru mulai mewujudkannya setelah aku melihat karya-karya keren musisi Asia. Nah dari situ aku mikir, musisi-musisi ini butuh rumah, tempat mereka merayakan apa yang kita kerjakan. Aku juga sadar tak ada yang akan membangun tempat seperti bagi musisi Asia. Makanya, aku mikir ‘ah bodo amat, kenapa bukan aku saja yang mengerjakannya? Kenapa enggak sekarang?’”
Tekad seperti ini, menurut Sean, tumbuh dari cara orang tuanya membesarkannya. “Mereka mengajariku melakoni apa yang aku yakini. Aku tahu cara berjuang dari nol dan mencari jalan keluar mencapai kesuksesan. Beginilah cara ciamik imigran asal Asia berjuang,” katanya. “Orang tua saya kerja keras banting tulang agar aku sampai di posisi ini. Inilah yang dinamakan American experience.”
Kini dengan satu tim penuh talenta yang bekerja di kantor mereka di New York, dan sejumlah cabang di LA dan Shanghai, 88rising makin moncer saja dari hari ke hari. Tahun ini, 88rising berhasil mengakomodasi tur Amerika dan Asia sejumlah sebagai sebuah kolektif, merilis album kompilasi Head in The Clouds yang mendapat sambutan semarak dan menyelenggarakan festival mereka sendiri. “Aku sedang menghidupi mimpi-mimpi,” aku Sean. “Tak bisa disangkal lagi. Tak ada yang lebih menyenangkan dari bangun tiap bagi dan menyadari kamu hidup dalam mimpi-mimpimu.”
Joji, musisi R&B New York yang lahir di Osaka yang baru saja merilis album debutnya yang ambisius BALLADS 1, menyetarakan kru 88rising dengan The Avengers dalam Marvel Cinematic Universe “karena kami berkumpul untuk mengerjakan proyek blockbuster tapi masing-masing dari kami punya karya tersendiri.”
Adapun bagi Sean perbandingan itu masih dirasa kurang. “Kami ini Avengers yang dioplos dengan The Office dan sedikit campuran The Care Bears. Tiap orang dari kami punya kekuatan super. Tiap orang membawa sentuhan unik ke dalam lingkungan kerja kami—Brian itu mirip Dwight atau Andy, Joji punya suara Jim dan NIKI sebenarnya adalah Pam.Gabungkan penggambaran itu dengan tokoh-tokoh dari Care Bears karena semua orang punya kualitasnya sendiri. Kami menyatukan semuanya dalam satu wadah dan menyajikannya di atas piring perak… silakan rasakan pelangi buatan kami.”
“Peraturan dasar yang berlaku di 88rising adalah ‘jadilah artis yang baik, tapi lebih penting lagi jadilah orang yang memahami sesamanya,” teran Sean. “Hati kami ada di tempatnya. Kami tak sempurna tapi kami punya soul.” Lanskap musik yang dimainkan oleh roster-roster 88rising begitu luas. Yang menyatukan mereka adalah “kesepakatan bahwa kami sedang mengerjakan sesuatu yang penting dan bahwa kami mewakili sesuatu yang keren.”
Hal seperti ini tak selalu dibicarakan dengan gamblang. “Kami seperti mengamini judul album Depeche Mode, Enjoy The Silence. Kami tak pernah membicarakan bagaimana perkembangan 88rising, atau bagaimana kami bisa menginspirasi orang lain.. tapi kami saling mengerti.” Dan Sean berkata apa adanya. Kini, 88rising memainkan peranan penting dalam menginisiasi perubahan positif yang terjadi di seantero industri film dan musik. Selain dikenal sebagai tahunnya bencana politik, 2018 bisa dibaca sebagai tahun kedigdayaan budaya populer Asia dalam kancah industri hiburan.
Crazy Rich Asians meledak di box office dan tercatat sebagai film komedi romantis dengan penghasilan tertinggi sejak The Proposal (2009) sedangkan To All The Boys I’ve Loved Before yang tokoh utamanya diperankan oleh aktris berdarah campuran Asia-Amerika menjadi buah bibir para remaja. “Memang sudah waktunya kok!” kata NIKI yang masih berusia 19 tahun yang materi demo-demo awalnya bikin Sean terperangah. “Kurangnya representasi orang Asia adalah masalah. Aku tumbuh besar sambil bertanya kenapa tak ada Barbie yang mirip orang Asia atau kenapa tak ada film Disney seperti Mulan lagi.
Jadi, ada semacam pembiaran terhadap ketidakberagaman ini. Ini yang bikin saya percaya bahwa enggak ada ruang bagi orang Asia untuk berkarir di bidang apapun kecuali bidang akademis.” Sementara itu, Brian yang tumbuh besar di Jakarta masih ingat ketika dirinya mengetahui seorang aktor Indonesia yang sudah cukup punya karir di kancah global memutuskan mengadu peruntungan di Hollywood. “Aku tahunya saat masih berusia 13 tahun. Dan itu sangat memotivasi aku,” katanya. “Sekarang, giliran orang-orang datang menemuiku dan bilang aku sudah jadi motivasi bagi mereka. Ini hal paling luar biasa yang aku alami.”
Meski pernah hidup dengan stereotip orang Asia yang merugikan, NIKI merasa masanya sudah jauh berubah saat ini. “Setelah 88rising dibicarakan banyak orang, setelah karakter Asia di Riverdale jadi tukang bully dan setelah tiket pertunjukan grup K-pop di Staples Center ludes, saya rasa kondisinya akan membaik bagi orang Asia di masa depan.”
Sean, sebaliknya, masih was-was. “Aku tak percaya pendapat bahwa segala macam representasi adalah representasi yang bagus. Taik kucing! Faktanya adalah orang Asia di dunia hiburan, musik dan film adalah anak bawang. Kini setelah ada satu saja yang sukses, Hollywood langsung latah mencari talenta Asia berikutnya,” ujarnya.
“Ini yang kemudian melahirkan talenta-talenta Asia yang jelek. Kita harus awas dengan akan hal ini. Aku setuju kesuksesan satu orang Asia akan membuka jalan bagi sesamanya. Cuma jangan mudah terperangkap jebakan industri.” cara pandang inilah yang mungkin membuat 88rising—perusahaan Asia dengan roster-roster Asia—berada di atas angin.
“Bagi kami, ada orang berpikir kami kekuatan besar dalam bidang apapun saja sudah bikin kami terpukau, beneran deh,” ungkap Sean. “Kalau kami bisa menginspirasi orang lain untuk berpikir positif, aku sudah sedang. Kalau kami bisa mendobrak halangan, membuka pintu dan membuat seorang anak di manapun itu berpikir bahwa tak ada salah mengambil pulpen dan menulis beat..jelas kami senang. Begitulah cara dunia bisa maju—dengan membiarkan seseorang, siapapun itu, berpikir bahwa segala sesuatunya itu mungkin.”