Pulau buatan Nodeul terletak tak jauh dari pusat keuangan Seoul, Yeouido. Terbentang di atas Sungai Han, pulau kecil ini dipenuhi pepohonan rindang dan ruang terbuka. Pulau Nodeul ramai dikunjungi anak muda sejak resmi dibuka tahun lalu. Popularitasnya kian melejit setelah drama Korea Start-Up mengubahnya jadi Sandbox, kawasan fiktif mirip Silicon Valley.
Tokoh utama Seo Dal-mi (Bae Suzy) bercita-cita menjadi Steve Jobs-nya Korea. Dia ingin merintis perusahaannya sendiri melalui Sandbox. Lee So-ae tak ada bedanya dengan Dal-mi di dunia nyata. Bersama rekan-rekannya, perempuan 29 tahun itu mendirikan startup perencanaan kota Urban Transformer.
Videos by VICE
Merekalah yang berjasa dalam pembangunan pulau ini, serta mengoperasikan dan mengelola semua fasilitas yang ada di sana. Pada akhir November, Lee sibuk mengawasi rencana pembangunan toko buku di Pulau Nodeul, yang akan menjual buku berdasarkan tema tertentu.
“Meski berada di jantung kota Seoul, suasana Pulau Nodeul masih sangat alami. Itulah keunggulannya,” Lee memberi tahu VICE dengan bangga.
“Pulau ini ada di tengah kota, tapi tidak kelihatan kayak kota karena pemandangan indahnya. Kalian bisa menikmati Seoul dari sudut pandang yang segar.”
Dari sini, kalian berhadapan dengan deretan gedung pencakar langit Yeouido dan landmark ikonik seperti Menara Lotte World, Menara Seoul dan 63 Square Building.
Start-Up mungkin menampilkan Sandbox sebagai pusat teknologi. Padahal, Pulau Nodeul yang sebenarnya adalah pusat budaya lengkap dengan kafe, toko buku, gedung kesenian dan panggung konser.
Pulau ini masih milik Seoul, tapi diurus oleh Urban Transformer sejak 2018. Desain pulau mereka menang kompetisi pada 2015. Pulau Nodeul dulunya adalah lahan pertanian yang sudah puluhan tahun ditelantarkan. Nasibnya berubah drastis begitu dirombak dan dibuka untuk umum pada September 2019.
Pulau Nodeul beberapa kali dipakai jadi tempat syuting, seperti acara Running Man, Hangout with Yoo dan yang terbaru Start-Up. Boyband BTS bahkan pernah bikin video di sana. Meski beberapa bagian pulau sudah di-CGI, produksi Start-Up kebanyakan berlokasi di Pulau Nodeul, baik di dalam gedung maupun di area terbuka. Salah satu adegan diambil pada Jembatan Hangang yang melintasi Sungai Han.
Sama seperti di tempat lain, pulau ini ditutup untuk umum selama hampir setengah tahun karena pandemi corona. Dengan penutupan ini, Pulau Nodeul bisa dimanfaatkan untuk syuting film dalam jangka panjang.
Start-Up menggambarkan Sandbox sebagai tempat “yang dibangun pengusaha sukses untuk membantu pemula”. Pulau Nodeul memiliki banyak kesamaan dengan Sandbox.
“Layanan yang kami berikan sepertinya memainkan peran Sandbox,” tutur Lee. Di sana ada Live House, sebuah panggung berskala menengah dengan kapasitas 456 kursi. Musisi yang sedang naik daun bisa mengadakan konser di sana untuk menggaet penggemar baru. Tak hanya itu, Live House berencana memberikan akses istimewa ke studio latihan untuk para anggota.
“Seoul punya banyak aula kecil dan besar yang menampung lebih dari 1.000 orang. Sayangnya, susah mencari aula berskala menengah di sana. Kami ingin menjadi batu loncatan bagi para seniman underground yang tertarik mengembangkan karier mereka,” lanjutnya.
Seniman bisa menggelar pameran di sana, sedangkan penulis dapat memanfaatkan ruang khusus menulis yang sudah disediakan — kurang lebih seperti program Tumbleweeds Shakespeare and Co..
“Seorang peserta menerbitkan buku. Dia berterima kasih kepada kami karena mendapat motivasi untuk menulis setelah rajin datang ke sini,” ungkap Lee.
Lee sendiri adalah pribadi yang kreatif. Dia bekerja di startup sama kayak Dal-mi, tapi dia mengakui Sandbox — yang berjanji akan “melindungi pengusaha dari keterpurukan” — terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Kehidupan jauh lebih sulit daripada kisah drama.
“Di dunia nyata, tidak ada yang kayak Sandbox yang menjamin keamananmu dan memberikan lingkungan menguntungkan,” Lee menegaskan. “Pengusaha startup harus membuktikan kemampuannya dan membujuk orang sepanjang waktu karena orang-orang menganggap pengusaha startup masih muda dan tidak berpengalaman.”
“Meskipun kurang pengalaman, kami percaya dengan semangat, ide dan keterampilan kami. Kami memutuskan untuk mencobanya dan akhirnya bisa menjadi operator [pulau].”
Hal yang paling disukai dari pekerjaannya adalah Lee bisa bertemu orang-orang yang satu prinsip dengannya untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. Sebagai salah satu pendiri Urban Transformer, dia menyaksikan bagaimana timnya berkembang dari enam orang jadi hampir 20 orang dalam waktu lima tahun saja. Kerja keras mereka membuahkan hasil.
Mereka mendapat proyek Pulau Nodeul setelah memenangkan kompetisi. Prioritas Lee saat ini adalah agar pulau tetap melayani publik, sekaligus menjaga kualitasnya supaya selalu trendi—sesuatu yang sulit didapat di kota dengan fasilitas jadul.
“Kami tidak mau menelantarkan fasilitasnya hanya karena pulau ini adalah ruang publik,” terangnya. “Saya harap Seoul bisa memiliki lebih banyak tempat seperti Pulau Nodeul.”
Follow Junhyup Kwon di Twitter.