Di banyak negara, sedang tren program kesejahteraan karyawan. Konsep ini adalah hal terburuk yang pernah kudengar. Selain diskriminatif dan enggak efektif, programnya juga sangat mengerikan. Judulnya memang “program kesejahteraan karyawan”, tapi yang diutamakan malah keuntungan buat perusahaan. Pekerja sama sekali enggak dianggap makhluk hidup, makanya program kayak begini mending dimusnahkan saja.
Reuters melaporkan ada penelitian yang menguraikan manfaat berolahraga bagi perekonomian global. Dengan mendorong karyawan lebih giat berolahraga, perusahaan dapat meningkatkan ekonomi dunia sebanyak $100 miliar (setara Rp1,4 kuadriliun) per tahun.
Videos by VICE
Berolahraga memperpanjang harapan hidup seseorang, sehingga waktu bekerja mereka lebih lama. Produktivitas mereka pun meningkat karena jarang sakit, jadi pekerja enggak perlu keseringan cuti.
Aku setuju berolahraga bagus buat tubuh. Rutin berolahraga bahkan terbukti mengurangi kemungkinan terkena penyakit kronis. Akan tetapi, sangatlah salah apabila perusahaan berpura-pura peduli dengan kesehatan karyawannya demi memperkaya satu pihak.
Konsepnya bagus bagi kapitalisme, tetapi enggak untuk pekerja. Kesehatan mereka menjadi tolak ukur produktivitas kerja. Itu berarti kesehatan yang buruk dapat merusak produktivitas mereka di tempat kerja, dan “mengurangi keuntungan perusahaan,” tulis Lena Solow dalam artikel The New Republic tentang program kesejahteraan karyawan.
Kesehatan mental dan fisik tidak boleh dijadikan bahan penilaian bagus tidaknya kinerja kita dan seberapa besar kontribusi kita terhadap perekonomian.
Tak peduli seberapa giat kalian berolahraga, hasilnya tetap takkan bagus apabila sistemnya buruk. Kalau kalian dipaksa rajin berolahraga, bilang saja sudah melakukannya.
Follow Harron Walker di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.