Selasa lalu awal Juni lalu, Variety melaporkan bahwa Jared Leto akan melanjutkan perannya sebagai Joker dari film Suicide Squad dalam sebuah film lepas tentang musuh bebuyutan/ikon emo tersebut. Kala berita ini menyebar, penggemar Batman dan kritikus film seperti berlomba-lomba mencemooh Leto. “Maaf sidang pembaca, saya sudah memimpikan film Joker sejak berusia 13 tahun. (Munculnya film Joker yang dibintangi Jared Leto) ini murni kesalahan saya,” sindir reporter budaya New York Times Dave Itzkoff. “Bukannya lebih gampang mengumpulkan budget untuk bikin film ini, menaruhnya di tempat sampah dan membakarnya ya?” kata seorang kontestan Drag Race. “Ini sih namanya kejahatan kebencian,” canda sejumlah pengguna Twitter.
Respon negatif terhadap film Joker yang bahkan belum diketahui judulnya ini adalah sebuah keniscyaan. Pasalnya, performa Jared Leto sebagai joker di Suicide Squad dicaci maki kalangan kritikus film. Suicide Squad juga bernasib sama. Di Rotten Tomatoes, fim ini cuma beroleh rating 27 persen (untungnya, film ini lumayan laku). Dalam film tersebut, screen time Leto tergolong pendek dan sekalinya muncul di layar, Joker yang diperankan vokalis 30 Second to Mars ini kelihatan lebay.
Videos by VICE
Berbeda dengan mendiang Heath Ledger, yang sepertinya langsung nyetel dengan peran Joker yang sinting, Leto seperti berusaha terlalu keras untuk menampilkan Joker yang gila. Penampilan Leto sama berlebihannya dengan kostum Joker dalam Suicide Squad—rambut hijau neon, tato HAHA yang terlalu besar, dan bibir merah merona. Dalam sebuah adegan flashback saat Joker menyiksa seorang psikiater yang kelak jadi kekasihnya, Harley Quinn, justru setelah Quinn membantunya kabur dari penjara, Joker ngomong—nyaris cuma berbisik—sambil tersenyum lebar, memperlihatkan gigi logam yang mirip brace, “Oh, I’m not gonna kill ya, I’m just gonna hurt ya really, really bad.” Mengenai adegan ini, Anthony Lane, kritikus film New Yorker menulis dalam review, “Usahanya (Leto) untuk terliha jahat sama menyeramkannya seperti dongeng anak-anak ‘Goodnight Moon.’”
Dalam sebuah adegan lainnya, Joker merebahkan diri di lantai dikelilingi pisau yang ditempatkan sedemikian rupa. Joker tertawa terbahak-bahak akan kekonyolan dirinya sendiri. Adegan ini tak bikin kamu bertanya dari mana Joker mendapat sebegitu banyaknya pisau? yang ada, kamu bakal bertanya: apakah Joker sendiri yang mengatur penempatan pisaunya? atau apakah dia menyuruh anak buahnya melakukannya? Lalu, buat apa juga Joker melakukannya? Joker versi Heath Ledger di The Dark Knight-nya Nolan selalu punya rencana di balik kelakuannya yang antik. Sebaliknya, Joker versi Leto cuma pengin bersenang-senang. Itu saja!
Leto, seperti Ledger, juga menerapkan method acting guna menyelami karakter Joker. Rumor yang beredar tentang kelakuan antik Leto di set Suicide Squad mengatakan bahwa aktor berusia 46 tahun itu menghadiahkan kondom bekas dan dildo—Leto menyangkal kebenaran desas-desus ini—menambahkan level kekonyolan dari Joker versi Jared Leto. Memberi seseorang kondom bekas itu bukan perbuatan mengerikan, melainkan mengganggu dan itulah kata yang tepat untuk menggambarkan Joker versi Jared Leto.
”Yang ditawarkan Leto adalah versi ringan dari Joker versi Heath Ledger, kejahatan dalam dosis tinggi tanpa didasari sesuatu yang lebih menarik atau mendalam,” tulis kritikus film The Atlantic Christopher Orr.
Joker yang diperankan Leto, seperti anggota Suicide Squad lainnya, adalah manusia rusak yang sedemikian rupa dihias hingga kelihatan menarik dan ujungnya lucu. Joker dalam film ini tak punya karakteristik yang pelik. Jared Leto membuat subtext menjadi supertext dan mengubah karakter Joker menjadi penjahat gagal yang tak ada keren-kerennya.
Nah, jika film standalone Joker akhirnya akan jadi lebay, cupu, dan diganyang habis-habisan oleh kritikus, setidaknya film ini punya satu fungsi: menjadi cermin realitas di Amerika Serikat yang lebay, cupu dan dibenci banyak orang. Presiden Amerika Serikat saat ini adalah seorang bintang televisi yang susah ditebak dan harus memimpin upacara kenegaraan padahal dia sendiri tak hapal lirik lagu kebangsaan AS. Presiden AS saat ini adalah seorang lelaki narsis yang tak bosan-bosannya nonton seri TV tentang dirinya sendirinya.
Baru pagi ini, penasehat Gedung Putih Kellyanne Conway kelepasan memanggil Donald Trump dengan sebutan “Commander of Cheese.” Pejabat negara umumnya tak pernah memanfaatkan kuasanya untuk menjalankan rencana bengis para penjahat di komik. Yang mereka lakukan paling banter adalah memberikan waralaba makanan siap saji pada istri-istri mereka.
Ini kan mirip plot film kartun, cuma bedanya dalam film kartun kelakuan tokohnya lebih mudah ditebak. Di masa kini, rasa-rasa kurang ideal membayangkan musuh-musuh Batman sebagai sekumpulan orang pinter keblinger. Sebaliknya, akan lebih realistis jika musuh-musuh Batman adalah sekelompok orang bodoh yang bikin rencana bodoh dan tetap bisa petantang petenteng. Malah, faktanya, ada kaitan langsung antara Trump dan Joker—eksekutif film itu, Steve Mnuchin, kini menjabat sekretaris keuangan Amerika Serikat.
Era Trump membutuhkan Joker yang saking jeleknya sampai bikin kita ketakutan. Dan Jared Leto-lah yang bisa kita harapkan menghadirkan Joker semacam itu!