Dua bom bunuh diri meledak berurutan pada 26 Agustus 2021 sore waktu setempat, di tengah proses evakuasi warga sipil di Bandara Hamid Karzai, Ibu Kota Kabul, Afghanistan.
Selepas ledakan, beberapa orang berpakaian sipil menembaki warga yang berkerumun hendak masuk bandara. Tragedi ini menandai kembalinya organisasi teror Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang lama tak terdengar aksinya, selepas kekhalifahan yang mereka dirikan runtuh dua tahun lalu.
Videos by VICE
Serangan di kawasan luar bandara Kabul tersebut menewaskan 150 orang merujuk data terbaru saat artikel ini tayang. Korban tewas mencakup 90 warga sipil Afghanistan, serta 13 personel militer Amerika Serikat yang tengah mengamankan proses evakuasi.
ISIS Cabang Provinsi Khurasan (sering dijuluki ‘ISIS-K’) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, lewat jaringan Telegram Amaq yang mereka kelola. Mereka adalah jaringan ISIS yang berada di Afghanistan, dan terkenal sebagai musuh bebuyutan Taliban. Adapun Taliban, organisasi Islam garis keras yang menjadi penguasa de-facto Afghanistan saat ini, mengutuk pemboman ISIS tersebut karena mengganggu transisi kekuasaan damai yang sedang mereka upayakan.
Beberapa jam selepas insiden tersebut, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengaku tidak akan diam saja. Dia berjanji segera mengerahkan kekuatan untuk membalas aksi pemboman dan penyerangan di bandara Kabul.
“Kami akan memburu siapapun yang bertanggung jawab atas insiden ini,” ujar Biden dalam jumpa pers di Gedung Putih, Kamis malam waktu setempat. “Saya telah menginstruksikan petinggi militer AS untuk segera merancang serangan balik terhadap seluruh aset, jajaran organisasi, dan semua fasilitas yang dimiliki oleh ISIS-K.”
Joe Biden tampak sangat emosional saat berpidato merespons serangan ISIS di Kabul yang menewaskan prajurit AS. “Camkan ini, Amerika tidak akan lupa pada apa yang kalian lakukan [di Kabul]. Kami tidak lupa. Kami akan memburu kalian semua, dan kalian harus membayar atas tragedi ini,” kata Biden berapi-api.
Bom bunuh diri pertama diledakkan oleh seorang lelaki yang berada di saluran air dekat Gerbang Abbey, pintu masuk sisi timur menuju Bandara Hamid Karzai yang dipadati warga sipil. Bom bunuh diri kedua meledak di depan Hotel Baron, yang hanya berjarak puluhan meter dari gerbang bandara.
Di lokasi tersebut, menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS John Kirby, ratusan warga dan tentara berkerumun dalam rangka evakuasi. Banyak penduduk sipil Afghanistan mencoba kabur lewat bandara, memohon agar diangkut pesawat militer asing, supaya tidak tinggal di negaranya yang kini hampir pasti kembali dikuasai Taliban. Tentara AS sendiri berada di lokasi untuk memastikan evakuasi seluruh warga Negeri Paman Sam yang berada di negara tersebut berjalan mulus hingga akhir bulan ini.
Hingga artikel ini dilansir, ribuan orang masih berkerumun di bandara Kabul. Jenderal Frank McKenzie, sebagai pemimpin tertinggi operasi evakuasi di Afghanistan, mengatakan semua jalur dari dan menuju bandara tengah diamankan agar tidak terjadi serangan susulan. Intelijen beberapa negara sudah memperingatkan AS, bahwa ada potensi serangan teror di bandara Kabul, mengingat situasi sedang hiruk pikuk. Nyatanya, ISIS sudah langsung menyerang hanya beberapa jam setelah laporan intelijen itu dimuat media.
“Kami menduga ini bukan akhir dari upaya serangan dari jaringan ISIS,” kata Jendral McKenzie saat dikonfirmasi kantor berita Associated Press. Dengan terjadinya bom bunuh diri dan penembakan tersebut, sebagian sisa militer AS yang masih berada di Afghanistan akan dikerahkan untuk memburu jaringan ISIS-K. Seharusnya, bila tidak ada insiden di bandara, seluruh tentara AS bakal enyah dari Afghanistan maksimal September 2021.
Follow Gavin di Twitter.