FYI.

This story is over 5 years old.

Seks

Seks Bisa Membuat Kalian Bahagia dan Produktif Saat Bekerja

Dibaca lagi woy hasil penelitiannya, bukan seks pas jam kerja ya. Dasar mesum!
Sumber gambar: FPG / Getty

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Seks itu bagus untuk kesehatan manusia. Semua juga tahu kali. Tapi jangan salah. Ada penelitian baru punya kesimpulan menggembirakan. Orang yang rajin berhubungan badan dengan pasangannya ternyata akan memiliki performa lebih baik saat bekerja.

Penelitian ini dilakukan oleh Keith Leavitt, guru besar kesehatan masyarakat di Oregon State University's College of Business. Dia menyurvei 159 karyawan yang statusnya sudah menikah selama dua pekan. Semua pertanyaan terkait kehidupan seks responden. Para responden yang menyempatkan berhubungan badan disimpulkan memiliki kondisi yang lebih prima keesokan harinya. Peserta penelitian yang rajin melakoni seks bukan cuma lebih bahagia dibanding karyawan lain, tapi juga menyukai pekerjaan mereka.

Iklan

Sejak lama para peneliti sudah mengetahui jika seks akan memacu pasokan oksitosin dan dopamin ke otak. Oksitosin adalah hormon yang berkaitan dengan semua kegiatan menyenangkan, yang membuat seseorang merasa terikat dengan individu lain. Ketika seks terjadi, stres dan tekanan darah menurun, membuat pikiran seseorang menjadi lebih rileks. Sementara dopamin adalah neurotransmitter yang mengendalikan sistem otak untuk urusan penghargaan. Jika dopamin aktif, otak akan menerjemahkannya sebagai kepuasan. Leavitt menyatakan kombinasi dari bekerjanya dua unsur ini membuat mood seseorang akan selalu lebih baik serta positif setelah melakukan seks.

Sekalipun yang dilakukan cuma ho'oh 10 menit misalnya, kerja hormon dan syaraf otak yang meningkatkan perasaan positif bisa bertahan 24 jam sesudahnya. Leavitt dan timnya kemudian memilah lebih dulu, bagaimana kualitas tidur serta kepuasan pasangan dalam pernikahan, sebagai faktor lain yang membuat mereka lebih giat dan senang bekerja. Hasilnya, seks ternyata masih menjadi faktor penentu lebih besar dibanding indikator lain dalam penelitian tersebut. Di sisi lain, aktivitas seks dipengaruhi kondisi kerja. Jika pekerjaan mereka melelahkan, dampaknya akan terbawa ke rumah dan sekaligus ke atas ranjang. Profesi yang menuntut seseorang masih membalas email dari kantor saat jam istirahat, berdasarkan penelitian ini, lebih rentan mengalami aktivitas seks yang kurang memuaskan. Tapi setidaknya jika seseorang masih mengupayakan berhubungan badan, kondisi psikologis mereka akan lebih baik. Yang paling merana adalah pekerja yang betul-betul mengabaikan seks dan hanya fokus pada pekerjaan. Kondisi psikologis mereka dinilai yang terburuk.

Kaitan antara seks dengan produktivitas kerja serta kebahagiaan pekerja ini tampaknya sudah diketahui lebih dulu oleh pejabat Eropa. Politikus Swedia bernama Per Erik Muskos mengusulkan Rancangan Undang-Undang yang memberi kesempatan pekerja pulang pada jam istirahat siang untuk melakukan seks. Kata Muskos, kebijakan ini bisa membuat mood setiap pekerja produktif membaik, serta menggenjot populasi penduduk Swedia. Kalau dipikir-pikir asoy juga gagasan si politikus.

Rupanya, kesimpulan akhir Leavitt dalam penelitiannya tak jauh beda. Dia menyarankan pemerintah manapun mendorong kebijakan yang bisa mengarahkan warga untuk lebih mengupayakan hubungan badan rutin. Tidak harus setiap malam, asalkan rutin. Sebab, dari penelitian tersebut, seseorang yang mampu menjaga kehidupan seks-nya tetap sehat akan meningkatkan potensi "keberlangsungan hidup" bahkan ada efek positif lain "keuntungan bagi karir dan pekerjaan."

Kalau rajin gituan sekarang dianggap kunci kesuksesan, kayaknya nanti aku masukkin keterangan itu ke LinkedIn deh.