Kenyataan bahwa Prancis berada di ambang lockdown jilid 2 tidak menghentikan ratusan anak muda di Paris untuk berpesta pada malam terakhir di bulan Oktober.
Orang-orang ini sadar pandemi belum berakhir, tapi kenapa masih nekat melakukannya?
Seorang PNS bernama Luce* mengungkapkan bukan cuma ingin senang-senang saja.
“Berpesta juga kental politik,” tuturnya. “Orang bisa tertular virus di mana saja, tapi yang ditutup cuma diskotek.”
Perempuan 30 tahun itu menambahkan “para pejabat melupakan kehidupan malam begitu saja” dan tidak menawarkan alternatif lebih aman agar orang bisa tetap berkumpul dan berpesta.
Pesta rave ilegal di Paris
Ariane*, 22 tahun, menghadiri pesta ilegal ini demi kesehatan mentalnya. “Lockdown merenggut kebebasanku,” ujarnya. Dia tidak sabar keluar rumah begitu dunia luar kembali seperti sediakala, dan mulai bereksperimen dengan ekstasi.
“Ini akan menjadi pesta terakhir untuk waktu yang lama. Saya menyukai sensasi terlarangnya” lanjutnya. Dia sadar penuh akan risiko tertular virus, tapi ini satu-satunya yang bisa dilakukan untuk membuat perasaannya membaik.
Ali*, 30 tahun, merindukan suasana Paris sebelum pandemi. “Sudah lama sekali tidak keluar rumah,” katanya. “Saya merindukan Paris yang dulu, serta pesta-pestanya sebelum COVID melanda.”
Polisi membubarkan pesta pada pukul 06.30, tapi sebagian besar orang sudah meninggalkan lokasi. 15 pengunjung diberi peringatan, dua orang panitia ditangkap dan sound system disita.
Berikut foto-foto yang sempat kami ambil sebelum razia polisi.
*Nama telah diubah.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE France.