The VICE Guide to Right Now

Lama Tak Terdengar Kabarnya, Esemka Disebut Rumahkan dan Potong Gaji Karyawan

Perusahaan otomotif nasional misterius ini kerap dicemooh, dianggap cuma jadi alat politik pencitraan Joko Widodo. Warga sekitar Pabrik Esemka kini dapat kabar manajemen sedang limbung.
Pabrik Mobil Nasional Esemka Kebanggan Jokowi Rumahkan Karyawan dan Potong Gaji
Logo Esemka dan purwarupa mobil Rajawali bikinan Esemka yang dipamerkan pada 2014 lalu. Foto oleh Sboedhie/Wikimedia Commons/lisensi CC 4.0

Sejak PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mendirikan pabrik perakitan pada September 2019, perusahaan tersebut seolah menutup diri dari dunia luar. Lalu-lalang aktivitas pabrik di Desa Demangan, Boyolali, Jawa Tengah segera terlihat sepi hanya  beberapa hari setelah pabrik diresmikan Presiden Jokowi. Lalu Senin (27/7), tersiar kabar Esemka kena imbas pandemi, sehingga manajemen memberhentikan dan memotong gaji karyawan.

Iklan

Adalah S (41), seorang warga yang tinggal sekitar pabrik seluas 11,5 hektare tersebut, yang menyampaikan dugaannya kepada wartawan Tribunnews

“Dulu ada yang dari jauh, ada dari Surabaya juga. Sekarang tidak kelihatan, entah di mess atau di mana, sejak corona muncul tidak kelihatan lagi. Dengar-dengar seperti itu [karyawan dipotong gaji], dipotong 50 persen karena masuknya hanya 2-3 kali dalam seminggu. Itu yang dari karyawan sekitar sini, kalau yang luar kota saya kurang paham,” kata S.

Jangankan soal punya pabrik, masih tidak banyak yang tahu kalau Esemka itu sudah merilis mobil pick-up yang dinamai Bima. Sebagai perusahaan mobil yang punya kewajiban jualan, tak adanya promosi dan hubungan kehumasan yang terjaga dengan media jelas menimbulkan kecurigaan. Apalagi pihak perusahaan kerap menolak dihubungi dan petugas keamanan pabrik juga melarang wartawan masuk tanpa janji terlebih dahulu.

Situasi terkini soal perusahaan mantan calon mobil nasional tersebut malah datang dari pemerintah. Kesaksian Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Pertahanan (IMATAP) Kemenperin Putu Juli Ardika pada Juni lalu, pandemi menghambat laju produksi pabrik Esemka. 

“Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini di industri secara umum menyebabkan perusahaan [Esemka] melakukan pengurangan produksi,” kata Putu kepada CNN Indonesia

Saat tak jelas produksi mobil apa yang sedang dilakukan manajemen Esemka. Bagi konsumen awam, seri Bima yang harusnya sudah bisa dibeli lewat sistem pre-order tidak jelas gimana cara memesannya. Tidak ada situs resmi, tidak ada mekanisme yang jelas di internet. Tidak ada kabar lebih lanjut bagaimana Kementerian Pertahanan dan TNI AU (yang udah membeli mobil Esemka) menggunakan Bima untuk suatu keperluan tertentu.

Iklan

Satu-satunya sumber informasi langsung dari perusahaan hanya dari akun Instagram resmi Esemka, itu pun terakhir mengunggah konten 26 minggu yang lalu.

Kemenperin juga yang mengabarkan bahwa per Juni kemarin, 190 karyawan Esemka bekerja dari rumah selama pandemi. Namun, pihak Kemenperin meminta wartawan agar menghubungi Esemka sendiri kalau butuh informasi mendalam. 

Sementara menurut Kementerian Perhubungan, Esemka belum mengajukan permohonan uji tipe kendaraan baru pada 2020. Terakhir, permohonan diajukan pada Agustus 2019 untuk seri Garuda, seri mobil SUV Esemka yang digadang-gadang sudah siap jual pada 2020.

Misteriusnya Esemka juga tampak pada April lalu. Tadinya Esemka diundang untuk memamerkan produknya dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) pada 9-19 April. Namun, panitia penyelenggara yang menghubungi Esemka malah digantung. Ajakannya urung diterima, ditolak juga enggak. 

“Setiap di-follow up sama tim, pasti jawabannya sedang dipelajari pimpinan,” ujar Hendra Noor Saleh dari pihak penyelenggara IIMS.

Respons perusahaan terhadap ajakan pameran cukup aneh, khususnya setelah manajemen mengklaim sudah mampu menghasilkan 40 mobil per hari. Ya meski bisa juga sih, Esemka merasa tidak perlu ikutan pameran sebab Presiden Joko Widodo sudah punya feeling bahwa produk Esemka bakal laku keras di pasaran. Jadi, buat apa repot-repot ikut pameran?

Serangan atas kebijakan menutup diri membuat Esemka kerap memancing kritik. Pengamat otomotif Ridwan Hanif heran bagaimana mungkin perusahaan otomotif bisa berjalan kalau serbatertutup kayak Esemka ini.

“Masalahnya ada di komunikasi. Selama ini [Esemka] selalu tertutup, tidak terbuka. Sementara, kalau bisa otomotif, trust itu penting. Biasanya, kalau pabrik mobil, saat peletakan batu pertama sudah ditunjukkan ke masyarakat. Terus bikin show mobil-mobil yang bakal diproduksi. Spesifikasi mobilnya [Esemka] kita belum lihat, baru lihat di televisi dari hanya orang yang diundang yang tahu, dan enggak semua jurnalis otomotif yang diundang,” jelas Ridwan.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro udah sampai tahap menganggap Esemka sebagai politik pencitraan Jokowi. Esemka memang konsisten disebut Jokowi dalam kampanye politiknya sejak mencalonkan diri sebagai gubernur DKI hingga pilpres 2019.

“Esemka itu sudah bagian dari politik pencitraan. Sudahlah, itu tidak perlu dikedepankan lagi. Kita sudah tahu akhirnya, bahwa itu masih kontroversial. Masih debatable, bahkan questionable. Masih dipertanyakan kebenarannya, akurasinya, dan sebagainya. Itu ujung-ujungnya public distrust. Nah, sekarang fokus saja lima visi Indonesia itu. Apa Esemka masuk di situ? Kalau enggak masuk, ya sudah,” tutur Siti kepada Kumparan.