Kacau Nih, Pemerintah Cina Cabut Larangan Menjual Tulang Harimau dan Cula Badak

Een tijger

Pemerintah Tiongkok mencabut larangan konsumsi bermacam organ tubuh harimau dan badak untuk pengobatan tradisional. Padahal larangan ini sudah berlaku selama 25 tahun terakhir. Keputusan tersebut diumumkan Selasa kemarin (10/30) kendati kedua hewan langka tersebut semakin menghadapi risiko kepunahan di berbagai belahan dunia.

Larangan pemaanfaatan bagian tubuh harimau dan badak sebagai obat, pertama kali diberlakukan pada 1993. Aturan tersebut melarang perdagangan dan pertukaran bagian tubuh harimau dan badak untuk keperluan apapun di Cina. Pekan ini, Dewan Negara Republik Rakyat Tiongkok, seperti DPR di Indonesia, mengumumkan pencabutan larangan tersebut kendati belum menyeluruh. Sekarang jual beli dan pertukaran bagian tubuh dua binatang yang nyaris punah tersebut diperkenankan di Cina, selama diambil dari harimau dan badak yang diternakkan dan dipakai dalam konteks penelitian, pengobatan, atau sebagai bedan antik untuk kolektor.

Videos by VICE

Sayangnya, pengambilan keputsusan ini sepertinya mengabaikan fakta bahwa dasar pemberlakukan larangan tersebut masih relevan hingga saat ini. Baik badak maupun harimau—terutama spesies hariamu siberia dan badak hitam—tiap detik terancam punah.

“Dengan berbagai macam perlindungan malah lebih parah kondisinya di pasar gelap,” kata John Goodrich, Peneliti Utama dan and Tiger Program Senior Director di Panthera, organisasi konservasi kucing liar global. “Perdagangan hewan liar meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir—harimau dan badak termasuk di dalamnya.”

Sejak lama cula badak dan tulang harimau dianggap sebagai bahan baku berharga dalam khasanah obat-obatan tradisional Cina. Penggunaannya terhalang aturan yang diterapkan di Tiongkok, sehingga banyak orang melirik pasar ilegal.

Sayangnya, legalisasi sebagian juga tidak menyelesaikan masalah. Goodrich mengatakan penangkaran harimau tidak serta merta menyelamatkan harimua dari kepunahan lantaran kondisinya yang suram. Di saat yang sama, dia juga menegaskan bahwa pasar legal hewan langka bisa dijadikan kedok perdagangan hewan langka buruan—yang jelas lebih diminati dari hewan hasil penangkaran.

“Ambil contoh ginseng deh. Harganya murah dan mudah ditanam,” ujar Goodrocj. “Setiap tahun, banyak orang yang rela pergi melewati perbatasan Cina ke Rusia untuk mendapatkan ginseng liar. Masuk ke teritori Rusia secara ilegal sudah termasuk pelanggaran hukum yang tak main-main. Tapi, toh orang tetap nekat karena ginseng liar dinggap lebih berharga.”

Lebih jauh, Goodrich kaget mendapat kabar pemerintah Tiongkok menghapus larangan perdagangan bagian tubuh badak dan harimau. Belakangan seingatnya otoritas Cina menggalakkan upaya konservasi sejumlah hewan langka seperti melarang penjualan gading gajah dan mengumumkan rencana membangun sistem taman nasional yang ekspansif.

“Imbas keputusan ini akan mempersulit negara-negara yang masih memiliki populasi harimau untuk melindungi harimau dan mencegah penjualan organ tubuhnya,” kata Goodrich. “Dampaknya akan sangat buruk.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motheboard