Kalian Harus Melatih Diri Berhenti Memeriksa Email Kantor di Luar Jam Kerja

Kalian pasti pernah lagi asyik nonton Netflix, dan tiba-tiba ada email masuk di HP. Ternyata itu atasan yang menanyakan seputar pekerjaanmu hari ini. Kalian sontak membalas emailnya. Cuma sebentar gapapa lah, batinmu. Pasti bos akan senang jika kalian loyal kepadanya.

Kepinginnya, sih, menyingkirkan urusan kantor setelah pulang. Tapi terkadang atasan mengirim email di luar jam kerja. Kemajuan teknologi dan perangkat seluler memaksa kita untuk “siap kapan saja” ketika dihubungi atasan, bahkan setelah jam pulang kantor sekalipun. Sudah banyak studi yang membeberkan dampak negatif dari sistem kerja seperti ini. Studi terbitan 2018 menunjukkan rajin mengecek email di luar jam kerja tak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat merusak hubunganmu dengan orang terdekat.

Videos by VICE

“Mentalitas semacam ini bisa menimbulkan masalah jika dibiarkan,” ujar William Becker, assistant professor jurusan manajemen Pamplin College of Business di Virginia Tech, yang menulis penelitian.

Masalahnya semakin parah jika kalian merasa berkewajiban menjawabnya saat itu juga. “Ketersediaan konstan membuat seseorang beranggapan mereka harus selalu aktif di luar jam kerja,” bunyi penelitiannya. “Pada kenyataannya, ‘jam kerja fleksibel’ kerap berubah menjadi ‘bekerja tanpa batas’ yang akhirnya merugikan kesehatan mental dan kesejahteraan pegawai serta keluarga mereka.”

Mentalitas ini tidak bagus, karena atasan akan melihat kesigapan kalian sebagai nilai tambah. “Perusahaan senang punya karyawan responsif. Mereka memanfaatkan ketersediaan kalian dan mengabaikan kekurangannya,” terang William. Akan tetapi, hal ini bisa membuat karyawan burnout dan jarang masuk kerja. Kalian juga berisiko mengalami masalah kesehatan terkait stres, seperti penyakit jantung, kenaikan berat badan, penurunan daya ingat, masalah pencernaan, dan depresi.

Orang lain ikutan cemas

Kecemasannya tak hanya dirasakan karyawan, tetapi juga orang terdekat kalian. “Kami menemukan tingkat kecemasan keluarga meningkat akibat menyaksikan kalian sering mengecek email kantor,” lanjutnya.

Siapa sangka, melihat pacar atau suami/istri sibuk dengan kerjaan saat makan malam bisa meningkatkan stres dan kecemasan bagi kedua belah pihak.

Studi juga menemukan meski email atasan bikin stres dan cemas, karyawan cenderung tidak sadar hubungan pribadi mereka rusak karena alasan itu. “Masalahnya akan semakin besar jika seseorang tidak melihatnya sebagai masalah,” William menjelaskan. Hubungan pun bertambah tegang. “Ada semacam feedback loop. Stres yang timbul dalam suatu hubungan dapat meningkatkan kecemasan,” katanya.

“Selalu aktif” bisa menurunkan produktivitas

Ini bukan studi pertama yang menunjukkan keseringan mengecek email di luar jam kerja dapat merugikan kesehatan mental. Pada 2016, Future Work Center menerbitkan penelitian

yang mensurvei hampir 2.000 orang dari berbagai industri di Britania Raya. Mereka ditanyakan caranya mengelola email dan seberapa sering mereka stres karena harus membalasnya. Mereka ternyata merasa sangat cemas dan tertekan, di saat emailnya terorganisir dan cepat dibalas.

Penelitian lain mengusulkan “kesiapsiagaan” seseorang menanggapi urusan kantor dapat mengganggu kesehatan dan menurunkan produktivitas. Menurut studi yang diterbitkan oleh ekonom John Pencavel dalam Economic Journal, bekerja 70 jam seminggu tak serta merta menyelesaikan lebih banyak tugas daripada bekerja 55 jam seminggu.

Intinya, siap membalas email kapan saja tidak ada untungnya, dan atasan yang baik seharusnya menyadari itu. “Akan lebih baik jika pemimpin memberi tahu dari awal kapan karyawan bisa meninggalkan urusan kantor dan menjalani hidup mereka,” tutur William. “Karyawan ingin atasan menunjukkan mereka boleh melakukan itu.”

Kesimpulannya, segera nonaktifkan email kantor selepas kerja dan di akhir pekan. Dijamin langkah ini tak hanya menguntungkan dirimu, tetapi juga keluarga di rumah.

Follow Melissa Locker di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.