Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS ke-45 pada pemilu 2016 mengejutkan banyak pihak di seluruh dunia. Saham-saham bursa efek Amerika Serikat maupun pasar keuangan global anjlok, sementara media sosial ramai sindiran dan kecaman. Tak terkecuali di Indonesia.
Netizen Indonesia rata-rata merespons negatif kabar kemenangan Trump. Hal ini dipicu kampanye Trump yang kerap melontarkan visi dan misi kontroversial: membangun tembok di perbatasan Meksiko, menarik diri dari program PBB soal perubahan iklim, mendeportasi semua imigran gelap, serta yang paling penting: wacananya melarang muslim masuk ke AS seandainya nanti terpilih.
Videos by VICE
Masa depan seolah-olah bakal suram di bawah pemerintahan sosok penuh kontroversi ini. Sebagai negara dengan ekonomi kedua terbesar sejagat, politik domestik Negeri Paman Sam akan berpengaruh pada banyak negara, pada banyak manusia. Kebijakan politik Trump, selain bermacam kontroversi dan kabar miring, relatif kurang dipahami banyak orang Indonesia. Apa yang akan dia lakukan dalam jangka pendek? Benarkah dia sosok yang anti-Cina? Dia sahabat atau musuh Indonesia?
VICE bertanya kepada Philips J. Vermonte—Direktur Eksekutif lembaga penelitian Center for Strategic and International Studies (CSIS)—untuk mencari gambaran sekilas alasan Trump bisa telak mengungguli Hillary Clinton dan dampak terpilihnya sang miliarder kontroversial itu pada hubungan AS-Indonesia.
VICE: Kemenangan Trump sepertinya sangat mengejutkan, padahal banyak media besar di AS jauh-jauh hari ‘mendiskreditkan’ sosok tersebut
Philips: Sebenarnya tidak terlalu mengejutkan juga. Trump sudah berkampanye dengan keras. Saya pikir pemilu kali ini adalah sebuah protest vote dari masyarakat terhadap established politicians karena berbagai masalah yang melanda AS. Clinton termasuk established politician jika melihat rekam jejaknya. Trump ini outsider. Sementara media juga dianggap sebagai bagian dari sistem yang mapan.
Kira-kira kebijakan jangka pendek seperti apa yang bakal dijalankan Trump
Kita belum tahu. Masih belum bisa memprediksinya. Semua bakal terjawab ketika Trump sudah memilih menteri-menteri dalam kabinetnya.
Akan seperti apa kebijakan AS terhadap isu Laut Cina Selatan?
Bagaimanapun AS itu kan negara adidaya, polisi dunia. Pertanyaannya apakah AS akan menjaga komitmen untuk menjaga perdamaian atau tidak. Karena Cina belum memiliki kekuatan militer sebesar AS. Saya rasa isu soal Laut Cina Selatan terletak di negara-negara ASEAN. Bagaimana negara-negara ASEAN bisa menciptakan dan menjaga situasi dan kondisi.
Trump disebut-sebut sebagai anti-imigran, apakah hal tersebut akan memengaruhi kebijakan-kebijakan politik?
Kemungkinan AS juga akan menjadi lebih selektif dalam soal imigran. Tapi sebenarnya kan persoalan imigran bukan terletak di AS, tapi bagaimana negara asal imigran tersebut bisa memecahkan masalah dalam negerinya. Beda soal jika yang dipermasalahkan adalah pengungsi atau pencari suaka. AS memiliki undang-undang keimigrasian untuk menyediakan perlindungan terhadap pengungsi atau pencari suaka. Tentu saja AS tidak bisa menolak jika negaranya dijadikan tujuan pengungsian.
Apa keuntungan yang bisa didapatkan Indonesia dari Trump?
Yang jelas secara ekonomi Indonesia akan diuntungkan. Trump itu kan business oriented. Dia akan mendorong investasi tentu saja. Indonesia itu berbeda dengan Cina. Perekonomian Cina itu berkembang secara organik. Sementara kita harus aktif dan perlu didorong oleh pemerintah dengan sederet kebijakan dan investasi.
Apakah benar masa depan bakal suram di bawah Trump?
Kita belum bisa bilang bakal seperti apa. Yang jelas AS juga bakal fokus ke isu-isu global seperti perdagangan dan keamanan.