Kamu Butuh Waktu Lama Banget Buat Ejakulasi? Pakar Menjelaskan Penyebabnya

Kamu Butuh Waktu Lama Banget Supaya Ejakulasi? Pakar Menjelaskan Penyebabnya

Bertanya Buat Teman adalah rubrik khusus dari Tonic menjawab semua pertanyaan kalian seputar kesehatan, yang paling tolol sekalipun. Jadi, kalau ada teman yang punya masalah kesehatan tapi enggak berani tanya ke dokter, bisa kalian wakili lewat rubrik ini.


Begini Skenarionya:
Temanmu sering banget membaca artikel atau nonton video berkaitan sama disfungsi ereksi dan ejakulasi dini. Tapi dia tidak pernah melihat pembahasan masalah yang dialaminya sendiri: ejakulasi yang tertunda terlalu lama. Dia merasa butuh waktu sangat lama untuk mencapai orgasme, selagi melakukan seks oral ataupun penetrasi.

Videos by VICE

Banyak orang mengira seks akan menyenangkan jika dilakukan sama seseorang yang “tahan lama”. Tapi temanmu merasa tidak banyak pasangan pengin berhenti di tengah-tengah seks, sekadar buat ngemil sebentar. Dia akhirnya tertekan setiap kali berhubungan seks, karena merasa khawatir apakah mampu mencapai orgasme atau tidak.

Sebenarnya apa yang dia alami dari kacamata medis?
Ejakulasi tertunda disebabkan berbagai faktor fisik dan mental, kata Seth Cohen, guru besar kajian seks di New York University. “Menurut beberapa penelitian, jangka waktu normal untuk ejakulasi adalah tujuh sampai sepuluh menit setelah melakoni kegiatan seksual,” ujarnya. “Kamu didiagnosis mengalami ejakulasi tertunda kalau butuh katakanlah 15, 20, atau 30 menit sebelum orgasme, atau malah tidak bisa berejakulasi sama sekali.”

Mayo Clinic biasanya mengidentifikasi ejakulasi tertunda, dengan mencari dulu penyebab utamanya agar dapat diatasi. Temanmu harus menentukan apakah kondisinya kronis atau sementara. Bila masalahnya kronis, ejakulasi tertunda merupakan isu sejak masa awal dia menjadi aktif secara seksual. Jika masalahnya baru-baru ini muncul, berarti ada yang salah dengan cara dia berhubungan seks sebelumnya.

Mengikuti saran Mayo Clinic, maka dia juga harus menentukan apakah pengalamannya bisa digeneralisasi. Artinya terjadi setiap kali melakukan kegiatan seksual, atau lebih dipengaruhi berdasarkan situasi dan hanya terjadi dalam keadaan tertentu.

“Ejakulasi tertunda bukan fenomena langka, tetapi tidak menonjol seperti ejakulasi dini atau disfungsi ereksi,” ujar Cohen. Mengalami ejakulasi tertunda sesekali adalah hal yang normal bagi sebagian besar laki-laki. Tetapi kondisi ini bisa menjadi masalah bila terjadi terus-menerus. Penyebabnya kemungkina akibat gangguan fisik. Dampaknya juga serius, karena bisa memicu stres bagi orang yang mengalaminya. Stres tadi dapat merambat ke pasangan.

Kira-kira apa sih penyebabnya?
Gangguan saraf atau trauma serius berpotensi menyebabkan ejakulasi tertunda yang dirasakan temanmu. “Ketika saraf yang melalui penis atau ujung penis terganggu bekas operasi atau trauma, [atau] bila ada gangguan pada aliran saraf tersebut, maka ereksinya memang normal. Tetapi sensasi kenikmatan seks jadi terbatas. Padahal pasien akan membutuhkan sensasi tersebut untuk menimbulkan reflek ejakulasi,” ujar Cohen.

Penyebab lainnya adalah tingkat hormon testosteron yang sedang rendah. “Selain mempengaruhi ejakulasi, rendahnya testosteron juga bisa berdampak negatif pada perkembangan hormon pubertas, pertumbuhan testis, libido, keinginan melakukan seks, serta kualitas ereksi,” imbuh Cohen.

Kenapa bisa sampai begitu?
Disfungsi seksual yang dialami temanmu kemungkinan bersifat psikosomatis. Bisa juga dipicu reaksi obat tertentu yang sedang dia konsumsi. “Banyak obat anti-depresan—misalnya jenis SSRI seperti Prozac, Zoloft, Lexapro—yang meningkatkan tingkat serotonin di otak,” kata Cohen. “Kenaikan tingkat serotonin bagus untuk mengatasi gejala depresi, tetapi [obatnya] juga dapat menimbulkan penurunan libido dan gejala seksual lainnya, seperti ejakulasi tertunda.”

Cohen menegaskan stimulan dan depresan berpotensi mempengaruhi kemampuan otak untuk menentukan waktu berejakulasi. “Obatnya depresan atau anti-depresan sama-sama bisa mengganggu neurokimia di otak dan ejakulasi,” katanya.

Kondisi psikis seseorang selama berhubungan seks juga berpeluang memengaruhi proses ejakulasinya. Pengalaman seksual yang buruk di masa lalu, turut menyebabkan ejakulasi jadi tertunda. “Kamu akan sulit berejakulasi apabila merasa cemas dengan pasangan,” tutur Cohen. “Ejakulasinya semakin sulit terjadi, ketika kamu cemas terlalu banyak mikirin apakah kamu sudah memuaskan pasangan di ranjang. Bahkan kamu bisa saja mengalami ejakulasi dini karena gejala awal orgasme yang kelamaan.”

Apa yang harus dia lakukan?
Sebaiknya konsultasi sama ahli urologi, walaupun Cohen yakin ejakulasi tertunda mayoritas bersifat psikologis. Setidaknya Dokter bisa membantu menyembuhkan kemungkinan masalah fisik yang jadi pemicunya, seperti testosteron rendah atau trauma.

“Setiap bertemu pasien yang mengalami masalah ini, dokter akan mempelajari riwayat kesehatannya lebih dulu, untuk melihat apakah mereka mengonsumsi antidepresan, pernah menjalani operasi di panggul, atau prostatnya telah diangkat,” kata Cohen. “Saya akan meneliti hormon mereka. Apabila tubuh mereka menunjukkan jumlah hormon yang tidak normal, saya akan memberi tahu mereka caranya meningkatkan testosteron.”

Jika tidak ada masalah hormon, trauma fisik, konsumsi obat-obatan dan antidepresan, atau kondisi fisik lainnya yang menyebabkan ejakulasi tertunda, Cohen menyarankan pasien untuk berobat ke psikolog atau terapis seks.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic