Kancah Metal Ekstrem Kathmandu Adalah Harta Karun Nepal Terbaik

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Pada era ketika semua manusia bisa terhubung, tidak banyak lagi daerah yang belum terjamah metal di dunia. Pada akhir 90-an, musik ekstrem telah menyebar ke berbagai area di Bumi—untungnya tidak semua kancah mengalami kejenuhan. Di beberapa daerah, scene metal masih berada di tahap awal, sehingga eksperimentasi dan eksplorasi para pegiatnya masih segar-segarnya. Segelintir penggemar metal membentuk band metal ekstrem pertama di daerahnya masing-masing, memperkenalkan gaya musik yang kasar dan asing bagi banyak orang di sekitar. Banyak dari pendengar tertarik dengan gaya metal yang masih segar di kuping mereka. Salah satu dari daerah yang dimaksud adalah Himalaya di Nepal.

Videos by VICE

“Scene musik ekstrem Nepal dimulai di akhir 90-an ketika Ugrakarma terbentuk di Kathmandu dan Suicide Theory mulai manggung di Hetauda,” kata Visha Rai, promotor metal ekstrem di Ibu Kota Kathmandu dan mantan vokalis band grindcore Nepal Wakk Thuu.

“Ugrakarma merilis album debut Blood Metal Initiation di awal 2000-an. Suicide Theory sempat manggung beberapa kali. X-Mantra juga meramaikan scene lewat albumnya, Crying For Peace,” ujar Rai ketika menjelaskan era awal band-band Nepal dimana mereka merilis demo dan single terlebih dahulu sebelum akhirnya menelurkan album penuh. Penyebaran musik keras di Nepal terjadi secara old school, kata promotor lainnya, Zivon Gurung, yang bekerja sama dengan Rai untuk menyebarluaskan musik metal ekstrem di Nepal.

“Dulu kita tidak punya internet,” ingat Gurung. “Dulu orang-orang beli kaset bajakan, saling barter dan belajar memainkan musik metal sambil mendengarkan kaset-kaset itu. Mereka saling berbagi ilmu, membuat sesi listening bareng, ngejam, dan seterusnya.”

Wakk Thu dari Kathmandu

Rai dan Gurung memulai komunitas penggemar musik metal ekstrem mereka sendiri-sendiri. Rai mengepalai Extreme Underground Metal Society di Nepal sementara Gurung memimpin Brutal Pokhara. Keduanya menjalin kekuatan dan berharap scene kecil mereka bisa tumbuh menjadi scene aktif di jaringan Asia Tenggara. Tentunya semua dimulai sederhana.

“Acara pertama EUMSN hanya dihadiri 20 orang,” kata Rai perihal gig pertama mereka yang dinamai Brutal Lunchbox dan diadakan di sebuah studio ngejam. “Dua puluh orang ini bergabung dengan anggota band yang manggung malam itu dan memulai kultur baru di Nepal. Mosh pit di acara ini sangat liar dan brutal. Setiap band yang manggung malam itu ingat betul keriuhan yang terjadi. Semua orang saling bertubrukan dan meloncat-loncat. Ada yang moshing telanjang, ada yang cedera, penonton perempuan ikut berteriak-teriak menyanyi, pintu jebol, namun tidak ada yang berkelahi.”

Dimulai sederhana, kata Gurung, scene Nepal berkembang lumayan cepat. Band-band semakin rapi mainnya dan jumlah pendengar meningkat tajam. Atmosfir di gig pun berubah, penggemar yang tadinya menonton sambil duduk di lantai—bingung tidak tahu bagaimana harus menikmati musik seperti ini—mulai jadi lebih energetik.

“Scenenya sudah berkembang pesat,” kata Gurung. “Jumlah acara meningkat, tidak hanya di Kathmandu dan Pokhara tapi juga di kota-kota lainnya. Jumlah orang yang datang ke acara pun bertambah banyak. Penggemar mulai semakin suportif menghadiri acara dan membeli CD dan merchandise. Most pitnya semakin besar dan rusuh. Sekarang kami bisa berbangga mengatakan bahwa most pit di Nepal adalah salah satu yang paling rusuh di dunia.”

Sekarang Nepal menjadi bagian dari jaringan tur bagi band lokal maupun internasional . Rute ini pertama kali diuji oleh rangkaian Extreme Underground Tour di 2013 ketika band-band metal terbaik Nepal macam Dying Out Flame dan Aakrosh menjabani Kathmandu, Nepal dan Hetauda. Kini, EUMSN aktif di enam kota Nepal dan mulai menjajaki negara tetangga mereka, India.

Band Dying out of Flame

Baru dalam beberapa tahun terakhir band-band internasional mulai menyambangi event metal ekstrem besar Nepal. Di 2010, band death metal Swiss, Enigmatik merupakan yang pertama mampur. Legenda death metal Polandia, Vader membintangi Silence Fest II di Kathmandu tahun berikutnya. Setelah itu giliran legenda grindcore Inggris, Napalm Death dan Decapitated yang mampir. Bagi penggemar musik metal di Nepal, penampilan band-band internasional memberikan mereka kesempatan yang langka untuk menonton mengingat sulitnya warga Nepal bepergian keluar negeri untuk alasan ekonomi dan politik.

“Warga Nepal selalu bersemangat menonton band-band internasional karena mereka tidak bisa bepergian ke luar negeri untuk nonton, walau di India sekalipun,” kata Rai.

“Keadaan politik yang tidak stabil di sini tidak membantu, belum lagi masalah nilai tukar uang,” urai Gurung. “Nepal punya salah satu mata uang dengan nilai terendah sedunia. Kebanyakan orang asing  mengira tidak ada scene yang oke ataupun musik ekstrem di sini. Tapi ketika mereka datang, kami selalu memberikan mereka pengalaman yang luar biasa.”

Pegiat metal Kathmandu ketika menggelar Deathfest.

Lalu apa masa depan bagi scene musik ekstrem Nepal? Edisi Nepal Deathfest berikutnya—event tahunan yang dimulai sejak 2014—akan diadakan di 10 dan 11 Maret di Kathmandu. Untuk 2017, atraksi utamanya adalah Defeated Sanity, veteran brutal death metal asal Jerman. Sama seperti kebanyakan komunitas metal dunia lainnya, basis Jacob Schmidt mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa perihal scene metal ekstrem di Nepal sampai bandnya diundang main.

“Saya berteman dengan beberapa orang Nepal di Facebook dan sempat melihat poster Nepal Deathfest di situ,” kata Schmidt mengingat-ingat. “Itu doang yang saya tahu tentang Nepal sebelum kami akhirnya dihubungi dan diajak main di festival ini dan melakukan tur.”

Salah satu daya tarik bagi band-band internasional bermain di Nepal adalah gairah untuk manggung di wilayah baru. Tentu saja kesempatan mengunjungi gunung tertinggi di dunia juga menjadi daya tarik lebih. Sayangnya kali ini anggota Defeated Sanity tidak akan sempat mengunjungi Base Camp Mount Everest. Tapi siapa tahu apa yang akan terjadi di tur-tur selanjutnya?

“Sayangnya kami tidak punya waktu lebih di Nepal karena kami harus manggung di Bangkok setelah itu,” kata Schmidt. “Kalau ada kesempatan lagi, saya ingin sekali mendaki Himalaya!”

Pegiat kancah metal di Kathmandu

Scene metal ekstrem di Nepal pun terus berkembang. Kini, setiap bulannya ada satu atau dua gig di Kathmandu. Kini ada sekitar 100 band metal underground dari berbagai jenis subgenre di Nepal. Di luar ibukota, di kota-kota seperti Dharan dan Biratnagar, gig terjadi secara sporadis berkat usaha EUSMN yang kini bahkan mempunyai beberapa pecahan kelompok—salah satunya berisikan perempuan semua.

“Baru-baru ini, sekelompok perempuan dari Kathmandu bergabung dan memulai EUMSN Sisters sebagai bentuk dukungan terhadap musik ekstrem, jelas Rai. “Memang masa depan musik ekstrem terlihat cerah sekarang, tapi ini tergantung cara pikir pegiat scene. Apakah mereka akan terus berpartisipasi, atau melanjutkan hidup mereka dengan normal? Perlu banyak pengorbanan untuk bertahan di scene musik ekstrem. Kalau anda tidak punya gairah dan keinginan yang kuat, cepat atau lambat anda akan meninggalkan scene.”

“Kalau scene akan terus berkembang dalam laju ini, kami akan jadi sangat besar,” tambah Gurung. “Kami akan mempunyai salah satu scene terkuat di Asia. Secara finansial, kami tidak bisa bersaing dengan Jepang atau Indonesia, tapi dalam hal gairah kami tidak kalah. Sudah banyak band asing yang manggung di sini dan banyak juga yang akan menyambangi Nepal di 2017. Mereka semua senang manggung di sini dan kami senang mereka datang. Masa depan kami cerah.”

X-Mantra

X-Mantra, salah satu band metal aktif Nepal saat ini memulai perjalanan mereka hampir 20 tahun yang lalu. Mereka memainkan campuran old school dengan thrash modern dengan sedikit sentuhan death metal, terdengar seperti campuran era awal dan akhir Sepultura. Lirik mereka dinyanyikan dalam bahasa Ibu dan mereka mempunyai banyak penggemar di Nepal. Mereka adalah band favorit Kathmandu Valley.

Ugrakarma


Terbentuk di hari-hari awal scene Nepal di akhir 90an, Ugrakarma terbentuk dan memainkan apa yang disebut “Himalayan Metal of Death,” yang juga menjadi judul demo pertama mereka yang dirilis di tahun 2000. Nama Ugrakarma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tindakan jahat,” dan mereka mengusung old school death metal murni dengan sentuhan dataran tinggi, seperti tergambar dalam lagu-lagu mereka yang berjudul “Annapurna the Serial Killer” dan “Mount Blasphemy.” Muncul dari Kathmandu, band ini pernah menoreh kesuksesan internasional. Vinyl 7″ terbaru mereka, Mountain Grinders dirilis oleh label asal Perancis, Legion of Death.

Dying Out Flame


Dying Out Flame adalah band ekstrem Nepal yang sudah masuk level dunia, berkat kerja sama dengan Xtreem Music dari Spanyol, dan keberhasilan mereka menyambat penghargaan tahun 2014 untuk kategori Album Metal Asia Terbaik yang diprakarsai oleh Global Metal Apocalypse dari Inggris. Dying Out Flame berhasil memperkenalkan death metal versi mereka yang terinspirasi oleh ritual Vedic, filosofi Hindu, dan nyanyian Sansekerta ke komunitas internasional. Terbentuk di 2011, band ini menggunakan pendekatan mistis dan spiritual dalam memainkan death metal mereka yang teknikal dan modern. Gitar digunakan untuk meniru suara sitar dan sektor rhythm mereka dipengaruhi nuansa ketimuran yang unik, dipadukan dengan elemen tipikal genre ini: blast beat dan alternate picking chug.

Binaash


Berisikan gitaris Prateek Raj Neupane yang juga bermain di Ugrakarma, Binaash memainkan campuran brutal death metal dan grindcore humoris a la Birdflesh. Terbentuk di 2009, nama band ini mempunyai arti “Penghancuran” dalam bahasa Nepal. Mereka juga menyebut musik mereka sebagai “ramailo death metal” atau “death metal ceria.” Sejauh ini, mereka telah merilis satu album penuh (Binaashkaari, 2012), sebuah split dan sebuah EP yang keluar 2016 lalu.

Nude Terror

Dari semua subgenre metal ekstrim di Nepal, banyak yang mengatakan bahwa grindcore adalah yang paling populer. Salah satu pemain grindcore terbesar di Nepal adalah Nude Terror. Memainkan musik grind yang tegas melibas dengan lirik sadar sosial, Nude Terror kerap diundang manggung di acara dan mini festival Nepal seperti Brutal Lunchbox dan Nepal Deathfest. Dibentuk di 2012, band ini sudah pernah menyambangi India, Hyderabad, Bangalore dan Kurseong, menikmati jalur tur regional yang terbentuk berkat kerja keras akar rumput selama bertahun-tahun.

Aakrosh

Biarpun belum punya rilisan apa-apa, Aakrosh mempunyai banyak penggemar setia di kota kelahiran mereka Kathmandu dan di Nepal secara umum. Penikmat musik memuja musik metal old school/technical death mereka seperti kambing gunung memuja tangga gunung Himalaya. Aktif sejak 2012 dan mengasah sound mereka, video mereka manggung di YouTube mungkin adalah salah satu gig studio paling penuh sesak di kontinen Asia.

Undefined Human


Undefined Human adalah band lainnya yang berhasil menggaet penggemar hanya berdasarkan aksi manggungnya. Lahir di kota Hetauda, sekitar 130 kilometer barat daya Kathmandu, Undefined Human membawa sound old school metal Finlandia dan Swedia ke Nepal. Tidak modern ataupun tendi, Undefined Human membawakan musik metal mereka sesuai dengan era awal genre ini.

Disorder

Salah satu pengibar bendera modern thrash metal terbesar Nepal adalah Disorder yang berasal dari Lalitpur/Kathmandu. Mengingatkan kita akan sound thrash berikat pinggang peluru ala Sodom dengan sentuhan punk seperti D.R.I dan Suicidal Tendencies, Disorder sibuk manggung di Nepal sejak 2013, serta telah menelurkan sebuah demo. Baru-baru ini mereka menyelesaikan mini tur di Nepal sepanjang Desember lalu.