To Hell And Back adalah kolom mingguan asuhan editor metal Noisey Kim Kelly yang berisi rekomendasi band metal keren dari pojok skena metal global.
Pernah ngarep kalau musik baru berhenti datang barang sejenak? atau engak ada rilisan baru yang harus kalian dengerin selama beberapa saat?
Videos by VICE
Ini memang sentimen yang konyol. Saya yakin banget jutaaan musisi di luar sana yang mencurahkan seluruh jiwa raganya buat bikin musik enggak akan sependapat dengan sentimen tersebut. Tapi, justru itu yang saya rasakan akhir-akhir ini. Saya digaji untuk mengamati perkembangan terbaru heavy metal—baru heavy metal ya, bukan kategori yang lebih luas lagi macam “rock” atau “pop.” Itu saja sudah bikin saya kewalahan. Pasalnya, saya terus dibanjiri promo dan demo baru yang wajib saya simak tiap hari.
Jadi, misalkan saya kebelet menyetel album lama Entombed, atau Black Flag, atau lagu-lagu yang bikin saya kangen ayah, saya harus berani mengorbankan kesempatan mendengarkan demo atau single heavy metal paling anyar saat ini. Duduk sambil mendengarkan album Aretha Franklin kesayangan kalian atau demo band emo teman SMA kalian yang cupu sama saja berartinya dengan menyetel keras-keras track baru Exhumed, tapi tiap kali melakukannya, saya kok merasa seperti sedang berbuat curang.
Intinya, saat kita diwajibkan untuk memprioritaskan rilisan baru saat kecepatan kita mengonsumsi musik seluar biasa belakang ini—hingga album yang beredar tiga bulan lalu terasa seperti sudah berumur tiga dekade, saya kerap bertanya-tanya: terus gimana dong caranya biar bisa tetap update?
Musik-musik yang bagus—juga yang jelek, sudah kelewat banyak di luar sana. Belum lagi, musik-musik yang masih dalam proses pengerjaan atau atau diperam dalam otak para musisi dalam setiap jam tiap harinya. Alhasil, mengisolasi ketertarikan kalian pada satu atau dua genre saja seperti yang saya lakukan enggak menjamin kalian bisa mengerem banjir bandang rilisan baru.
Imbasnya, jawaban buat pertanyaan tadi sepertinya sederhana saja (dan pahit): kita enggak akan bisa terus update. Kita enggak akan bisa mengkhatamkan semua album death metal, hip-hop atau experimental noise yang pernah dibikin manusia. Jangan kan mengkhatamkan satu genre (atau sub-genre deh), membereskan diskografi Iron Maiden saja butuh usaha yang sungguh-sungguh karena selalu ada track-track B-side atau demo yang menarik untuk didengakan. Intinya kita enggak bisa mengimbangi kecepatan rilisan album baru.
Tonton dokumenter VICE mengenai sejarah anak punk di Kuba sengaja menyuntik dirinya dengan HIV demi menghindari kekerasan aparat:
Kita enggak bakal mampu menyimak segala macam aspek atau angle genre kesayangan kalian sesimple karena waktu akan terus berjalan dan musisi-musisi kalian yang jumlah bejibun itu akan terus bikin karya. Belum lagi, kalian toh enggak bisa menyimak musik 24 jam sehari dalam seminggu itu. Masih banyak kewajiban lain yang harus kalian penuhi sebagai manusia normal, dari lari pagi, sarapan bubur ayam, pacaran, pergi ke bank atau tidur. Hemat kata, waktu kita terbatas sementara jumlah musik baru enggak.
Makanya, percayalah, kami dari tim redaksi Noisey sudah melakukan yang terbaik saat mengabarkan musik-musik metal yang layak simak. Kali ini, kami menggabungkan rilisan anyar (Bosse-de-Nage, Dödsrit, Ancst, Pallbearer), yang enggak baru-baru amat (Tragedy, Communal Misery) serta beberapa rilisan lawas (Fall of the Bastards, Corrodead). Setelah mencicipi semua rekomendasi kami ini, luangkan waktu kalian untuk menyimak rilisan terbaru Thrawsunblat dan Set and Setting. Lagu-lagu mereka keren dan layak banget kalian simak
Bosse-de-Nage
Unit black metal asal San Francisco Bosse-de-Nage masih tetap salah satu band paling aneh di skena yang sejak dulunya dipenuhi musisi yang berpikir yang jauh ke depan dan sekumpulan orang aneh. Album baru mereka adalah album mereka yang paling straightforward sampai saat ini. Tentu saja, album nomor lima Bosse-de-Nage ini bukanlah Transilvanian Hunger.
Hanya saja, kali ini mereka menyuguhkan black metal berapi-api yang lebih ramping dan rock-oriented, seperti yang kentara terlihat di lagu “Crux” yang perkusif. Siapkan diri kalian untuk dihajar habi-habisan oleh track-track bengis dalam album Further Still, yang resmi dirilis label The Flenser 14 September lalu.
Dödsrit
Proyek solo asal Swedia ini menyajikan oplosan d-beat, crust, screamo, sludge dan atmospheric black metal—resep yang sebelumnya pernah diuji band sekelas Oathbreaker. Dödsrit memenuhi segala prasyarat musik yang galak abis sekaligus indah enggak ketulungan. Dengarkan lagu “A Drowning Voice” dari album baru Dödsrit, Spirit Crusher, dan juga menyabet albumnya dari Prosthetic Records (yang menurut saya sih sedang on fire belakangan ini) 28 September nanti.
Tragedy
Terlepas dari kontroversi perilisan album ini lewat Bandcamp (anak punk kok ngandelin kanal korporat), Fury tetaplah anugrah dari dewa-dewa crust punk kolot. Saya gembira bukan kepalang Tragedy merilis album ini karena di masa-masa seperti ini. Album baru Tragedy memang selalu penting (dan tentu saja keren—namanya juga albumnya Tragedy).
Fall of the Bastards
Aslinya, album ini keluar tahun 2004, dan Fall of Bastards sendiri bubar setahun kemudian. Kendati sudah lawas, saya sudah kadung jatuh cinta dengan album ini dan saya rasa kalian harus menjajalnya. Dusk of An Ancient Age adalah album black/thrash jempolan.
Semua musisi yang menggubahnya mendirikan atau masuk jadi anggota band semacam Oakhelm, Knelt Rote, Aldebaran, Wolves in the Throne Room, dan sejumlah band penting lainnya. Anggap saja ini sebagai pelajaran sejarah metal singkat tentang bagaimana metalhead di Portland, Oregon bertahun-tahun bikin album metal yang nendang.
Ancst
Saya sudah lama menggemari komposi black metal Ancst yang kental dengan imbuhan neo-crust dan hardcore. Makanya, saya gembira abis mendengar kabar mereka segera mengeluarkan album baru, Abolitionist. Kolektif asal Jerman ini sudah lama mengusung panji-panji black metal anti fasisme. Abolitionist akan dirilis bertepatan dengan tur Eropa Ancst bersama band black metal anarkis Dawn Ray’d November depan. Jajal single baru Ancst “Vicious Cycle,” sebuah surat terbuka mengkritik banalitas kehidupan di dalam penjajahan kapitalisme.
Communal Misery
Pendeknya, Communal Misery adalah band yang aneh. Vokalnya mirip teriakan (atau auman?) brutal death metal (dengan selipan gang vocal di sana-sini). Riffnya sendiri condong ke arah death metal. Tone gitarnya seperti dimatangkan di Sunlight Studios, studio di Swedia yang melahirkan album-album band semisal Dismember, Entomed, Katatonia, Grave dan Tiamat. Sementara itu, rhythm section-nya kental berutang banyak hardcore. Hasilnya adalah oplosan extreme metal yang dinamis dengan kejutan yang enggak terduga—tapi efisien.
Corrodead
Corrodead juga sudah bubar. Tapi musik mereka wajib banget kalian simak dengan konsentrasi penuh. Meski kita enggak akan bisa nonton band ini manggung, bukan berarti kita bisa seenaknya melewatkan komposisi blackened crust band asal Edmonton, Kanada ini. Album mereka “Thrash the Fash” bisa diunduh dari bandcamp dengan harga sesuka kalian (oh ya, jangan kaget kalian kalian merasa familiar dengan pegaruh Iskra dalam Corrodead).
Pallbearer
Ada banyak hal yang lebih masuk akal daripada Pallbearer mengcover lagu “The Wall” milik Pink Flyod. Track teranyar band asal Little Rock, Arkansas ini diambil dari album tribute Pink Floyd yang sedianya akan dirilis Magnetic Eye Records dalam waktu dekat. Musisi lain yang mengisi album kompilasi ini di antaranya adalah The Melvins, Mark Lanegan, ASG, Year of the Cobra, dan masih banyak lagi. Jujur saja, saya biasanya enggak tahan ngedengerin Pink Floyd. Tapi, “The Wall” yang dicover Pallbearer ini nendang abis!
Kim Kelly adalah editor metal di Noisey; di berkeliaran di Twitter pakai akun ini.
Artikel ini pertama kali tayang di Noisey