Fotografer asal Selandia Baru Jenny O’Connor mulai merenungkan apa artinya berumur 60 ketika dia berulang tahun. Dia memikirkan keterlibatan perempuan tua, apakah ada atau tiada. Bagaimana dengan transisi fisik dan mentalnya, apa yang sudah dan belum terjadi.
“Saya di kafe lagi memikirkan proyek selanjutnya,” kata Jenny. “Tiba-tiba saya teringat, ‘Saya sudah 60 tahun sekarang…’ Saya penasaran menjadi perempuan 60 tahun itu seperti apa. Saya merasa ada yang berbeda dari lainnya.”
Videos by VICE
Buah dari pemikiran itu adalah Visible: 60 women at 60, buku dan pameran foto yang merayakan perempuan 60 tahun di setiap keagungan mereka secara apa adanya. Kami berbincang dengan Jenny soal proses pencariannya, apa yang memotivasi dia memulai proyek ini, dan dampaknya baik terhadap subjek di dalam buku maupun perempuan muda yang melihatnya.
BROADLY: Bagaimana proses pemilihan subjeknya?
Jenny: Saya awalnya cuma menawarkan ini ke empat atau lima orang saja, karena ingin apa adanya. Perempuan manapun yang sudah 60 tahun boleh menjadi modelku. Proyek ini mengangkat keseharian para perempuan. Siapa mereka, dan bagaimana mereka menilai diri sendiri saat itu.
Apa lagi tahapan selanjutnya?
Kami mulai membicarakan bagaimana mereka ingin tampil dalam fotoku—potret mereka adalah semua gambaran diri saat itu. Sering kali mereka mengekspresikannya lewat pakaian atau alat peraga. Ada juga yang tentatif. Mereka curhat, “Saya enggak tahu kenapa menyanggupinya. Edan banget. Saya enggak menyangka mau difoto orang seperti ini.”
Terkadang saya harus menggali jati diri subjek karena mereka kelewat gugup. Saya harus bikin mereka lupa sedang difoto, dan seolah-olah kamera adalah orang yang berhadapan dengannya. Itu alasannya semua modelku melihat ke arah kamera.
Saya bakalan bilang, “Apa yang ingin kamu sampaikan?” Dari situ, mereka akan melupakan kegugupannya dan mulai bercerita melalui lensa kamera.
Seperti apa umpan balik yang kamu terima dari para lansia itu?
Banyak perempuan di seluruh dunia yang mengirim pesan ke saya. “Jenny, buku kamu menyadarkanku kalau saya enggak sendirian.” Sedangkan perempuan yang masih muda berkata, “Dulu saya takut menua, tapi gambar-gambar ini menghilangkan rasa takutku.”
Sekarang saya bisa melihat sendiri kekuatan perempuan sebayaku yang berani menunjukkan dirinya. Perempuan cantik yang rambutnya beruban mungkin saja punya cerita menarik, tapi kita enggak akan pernah tahu karena enggak menanyakannya.
Apakah kamu punya gaya tertentu di proyek ini?
Dalam hal penampilan, saya enggak mau menyembunyikan hal-hal yang mereka kurang sukai. Proyek ini bertujuan menunjukkan diri perempuan 60 tahun apa adanya. Tubuh kami sudah berubah, tak lagi seperti dulu.
Saya juga meminta mereka untuk melihat ke arah mereka supaya pesannya tersampaikan pada orang-orang yang melihat fotonya. Enggak boleh malu dan melihat ke samping. Saya membebaskan mereka cara menampilkan diri. Terkadang saya harus ikut campur juga, sih.
Apa yang kamu harapkan dari proyek ini? Selain spoken word untuk pameran foto, apa lagi selanjutnya?
Saya ingin proyeknya mendunia, dan memiliki aspek lokal yang sama seperti foto-foto dari Selandia Baru ini. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bukunya bukan sekadar seri foto perempuan di usia 60-an biasa. Saya mau memulai pembicaraan tentang penuaan, terutama pada perempuan. Topik ini masih jarang dibahas. Kami ingin mendorong semua orang untuk merenungkan dan membicarakannya, agar stigma yang melekat bisa disingkirkan.
Kalau ada orang yang bilang, “Akhirnya ada juga yang bahas!” Saya akan jawab: “Ini, lho, alasan saya melakukannya.”
Artikel ini pertama kali tayang di Broadly