Mungkin, kelak di masa depan, umat manusia akhirnya bakal bosen juga ngedengerin hit soft rock milik Toto yang keluar pada 1982 “ Africa.” Mungkin juga, di masa depan kita bakal kebingungan menjelaskan kenapa lagu itu jadi track paling banyak diputar di layanan streaming sepanjang 2017—alias 35 tahun setelah lagunya dirilis?
Atau anak-anak kita akan mencecar kita dengan pertanyaan ini: kenapa Weezer tiba-tiba ngover lagu ini setahun kemudian? Kok lagunya bisa bercokol di posisi teratas chart iTunes? Dan kenapa lagu cover itu bisa nangkring di posisi 69 jajaran lagu terbaik 2018 versi Noisey?
Videos by VICE
Tapi, itu masih nanti-nanti sih. Sekarang sih, kita mesti menghargai karya instalasi di Gurun Namib, yang dirancang untuk memainkan lagu “Africa” (versi asli ya, bukan covernya Weezer) terus-menerus sampai kiamat tiba, Bumi dihancurkan alien, matahari meledak melumat umat manusia atau instalasinya rusak.
Karya instalasi itu dibuat oleh seniman 27 tahun berdarah campuran Jerman-Namibia Max Siedentopf. Menurut pengakuannya, Siedentopf ingin menghormati hit Toto itu dengan menyetelnya tanpa henti. Instalasi rancangannya Siedentopf terdiri dari enam speaker bertenaga matahari yang tersambung ke sebuah ipod yang berisi satu lagu doang. “Sebagian warga Namibia menyukai karyaku tapi sebagian lagi menganggapnya sebagai seni instalasi sound art terburuk,” kata Siedentopf kepada e BBC. “Aku pikir itu pujian yang keren.”
Oh ya, jika kalian punya waktu luang—atau kebetulan cukup dekat—silakan coba keberuntungan kalian untuk menemukan lokasi pasti instalasi ini. Kalian bisa berpatokan pada peta asal-asalan yang dibikin oleh Siedenstopf. Kalau mau buruan deh, sebelum instalasi hancur dimakan cuaca ekstrem gurun.
“Sebagian besar bagian instalasi ini dipilih karena bisa bertahan lama. Tapi, aku yakin kondisi lingkungan gurun ujung-ujung akan menghancurkan karya saya,” katanya seperti dikutip BBC.