Kata Siapa Band Harus Bubar Setelah Merilis Tiga Album? Salah Besar!

Ayo duduk sini. Kakek mau cerita sebentar.

Dulu kala, waktu kalian masih kecil atau malah belum lahir, band-band tak langsung jadi keren ketika pertama kali mengeluarkan debut album. Merilis album perdana tanpa materi jelek, langsung jadi cetak biru sound dan citra sebuah band sepanjang karirnya, bukanlah hal lazim. Kalau ada, ya jumlahnya cuma satu-dua. Band-band di masa lalu mustahil langsung jadi keren seperti Interpol, The Strokes, atau Grimes. Kebanyakan band di album perdananya nampak secanggung the Beatles di masa mudanya yang mengenakan jaket kulit saat tampil di klub Cavern, Kota Liverpool.

Tentu saja, pengecualian selalu ada. Sex Pistols dan Joy Division misalnya. Dua band ini merilis album perdana dengan sound yang “matang”, langsung menjadi ciri khas masing-masing. Masalahnya yang seperti ini jarang terjadi. Lazimnya, band atau musisi di awal karir tampil seperti sekelompok orang yang bimbang, kalau tak bisa disebut kebingungan. Band dan musisi yang masih hijau punya masalah khas, yakni menyeimbangkan pengaruh dari musisi idola dan terus mencari-cari cetak biru sound yang sesuai karakter mereka sendiri.

Coba pikirkan nama-nama band atau musisi legendaris yang digilai kakak angkatan atau paman kalian yang hipster itu. Jangan lupa juga mengingat semua majalah, koran, atau publikasi yang membahas daftar ‘Band Terbaik Sejagat Raya’. Nah, sekarang mari mengingat semua ALBUM TERBAIK band-band itu. Beberapa di antaranya pasti sudah terbayang kan?

Semua album ini tentu saja sekarang menjadi mitos. Hype album-album itu diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Asal kamu tahu, album-album itu benar-benar bagus atau—kalau boleh kakek bilang—secara obyektif penting dari sisi artistik.

Saat mengatakan suatu album “bagus”, bukan berarti kalian harus menyukai album-album itu. Tak usahlah mati-matian mendengarkan sebuah genre musik, gara-gara kamu merasa wajib mendengarkannya. Kita cuma wajib memahami nilai kultural sebuah album yang lahir dari perkembangan artistik penggubahnya, sekaligus konteks sejarah yang melatarbelakangi kelahiran karya musik tersebut. Kegagalan memahami konsep ini sama saja gagal memahami prinsip dasar musik dan dinamika budaya.

Beberapa album melampaui nilai musikalitasnya (tentu maksudnya sound yang terekam dalam album itu) karena konteks dan pelbagai macam persepsi membuat nilai suatu album terus berubah. Ambil contoh, Sgt. Pepper’s Lonely Heart Club’s Band, album ini tak lantas jadi keren hanya karena proses penulisan lagu The Beatles sedang hebat-hebatnya di masa itu (ini yang namanya penilaian subyektif!). Album ini keren karena menunjukkan bagaimana musik didekati dan dipandang di kanal arus utama. The Beatles merekam album ini menggunakan pendekatan eksperimental pada masanya, walau tetap berada dalam kerangka musik pop. Apa yang dilakukan The Beatles di album Sgt. Pepper’s ibarat boyband One Direction tiba-tiba merilis album penuh pengaruh free jazz dan krautrock. Bayangkan seperti apa dampak kulturalnya? Tentu saja eksperimen semacam itu akan membuka jendela wawasan baru bagi pendengar One Direction dalam menikmati musik.

Begitu juga dengan Pet Sounds, The Dark Side of the Moon, atau yang lebih kekinian, Kid A, untuk menyebut deretan album-album dianggap monumental. Sebagai sebuah contoh yang cukup mutakhir—terlepas kamu suka Radiohead atau tidak—bagi mereka yang masih muda ketika Kid A dirilis tahun 2000, album itu punya peran krusial: menjadi gerbang menuju musik-musik yang tak terbaca radar.

Bagi para musisi, album-album keren memaksa mereka meningkatkan kemampuan, memperluas referensi, sekaligus mendorong nilai artistik karya mereka ke level yang lebih tinggi (sebagai contoh, coba perhatikan betapa “wah” mutu album pop akhir-akhir—maksud kakek tentu saja album terkini dari Kanye West, Grimes, dan Beyonce). Pergeseran persepsi ini pada akhirnya mengubah bagaimana “industri musik” bekerja kerena para penikmat musik mendambakan album-album yang keren. Masalahnya, butuh waktu buat melahirkan album yang “matang” secara artistik. Bikin album monumental jelas tidak bisa instan. Kalian juga pasti tahu, sebuah album “penting” hanya bisa digubah oleh band yang menyadari kekuatan dan kelemahan mereka, serta sigap membaca iklim musik yang mereka hadapi.

Pada akhirnya, adanya album-album “matang” dari masa lalu, menyebabkan kualitas album dituntut sangat tinggi di masa sekarang. Hanya bocah naif yang berharap album pertama atau kedua sebuah band langsung semonumental Pet Sounds—album KESEBELAS dari The Beach Boys.

Videos by VICE

Tentu saja, Kakek tidak sedang memandang sebelah mata kekuatan album pertama. Ada kemurnian dan semangat yang biasanya luntur, seiring menuanya sebuah band. Ini toh bukan satu-satunya cara menikmati musik. Kalau selalu berpikir tiga album pertama sebuah band adalah segalanya, kalian rentan terjebak dalam cara pandang romantik bahwa “album lama selalu lebih keren dari album baru mereka!”

Menurut kakek sih, cara berpikir semacam itu tak ada hubungannya dengan mutu sebuah album. Semacam sudut pandang yang akan selalu luput menghargai nilai artistik sebuah karya musik.

Akhirul kalam, untuk mengakhiri dongeng kakek, ini ada daftar album keren dan penting secara kultural yang mungkin bisa kalian dengarkan. Tidak usah didengar berurutan kok. Semuanya album kesekian dari musisinya, tidak ada yang berstatus album perdana, kedua, apalagi ketiga.

  • Grateful Dead – American Beauty
  • Led Zeppelin – IV
  • Kraftwerk – Trans-Europe Express
  • The Beach Boys – Pet Sounds
  • Can – Ege Bamyasi
  • Carcass – Heartwork
  • AC/DC – Back in Black
  • Miles Davis – Bitches Brew
  • Vangelis – Chariots of Fire (Soundtrack), Bladerunner (Soundtrack)
  • New Order – Brotherhood
  • The Beatles – Rubber Soul, Revolver, Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band, Abbey Road
  • Death – Human
  • Rachel’s – Selenography
  • Talk Talk – Spirit of Eden, Laughing Stock
  • Terry Riley – A Rainbow in Curved Air
  • Leonard Cohen – Death of the Ladies Man, Songs of Love and Hate
  • Ryuichi Sakamoto – Merry Christmas, Mr. Lawrence (Soundtrack)
  • Bonnie “Prince” Billy – I See Darkness
  • Pink Floyd – The Dark Side of the Moon
  • Animal Collective – Feels, Strawberry Jam
  • Charles Mingus – The Black Saint and the Sinner Lady
  • A Tribe Called Quest – We Got It From Here… Thank You 4 Your Service
  • Bob Dylan – Blonde on Blonde
  • Guided By Voices – Bee Thousand, Alien Lanes, Under the Bushes Under the Stars