FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Pemboman Kereta Bawah Tanah di Rusia Menewaskan 11 Orang

Belum ada kelompok mengaku bertanggung jawab atas insiden di St. Petersburg itu. Presiden Vladimir Putin berhati-hati untuk tidak menyebut ledakan ini sebagai terorisme.
Foto oleh Anton Vaganov/Reuters.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Setidaknya 11 orang tewas dan 47 orang lainnya luka-luka akibat ledakan bom di kereta bawah tanah St. Peterburg yang terjadi Senin (3/4) siang waktu setempat. Pihak berwenang Rusia kini telah menyebutnya sebagai sebuah serangan teroris dan tengah melakukan penyelidikan. Interfax menyebutkan bahwa perintah penangkapan bagi dua tersangka peledakan telah dikeluarkan oleh pemerintah Rusia. TKP ledakan terletak di antara dua stasiun metro paling sibuk di kota terbesar Negeri Beruang Merah tersebut. Gambar dan video yang tersebar di Internet menunjukan gerbong kereta dan  pintu hancur akibat ledakan. Komite Anti-Teroris Rusia menyatakan bahwa bom kedua ditemukan di dekat stasiun metro. Beruntung, seperti dilansir kantor berita Associated Press, pihak berwenang Rusia berhasil menjinakkan bom tersebut. Sampai saat ini, Presiden Rusia Vladimir Putin masih berhati-hati untuk menyebut insiden ini sebagai serangan teroris. Sementara Perdana Menteri Dmitry Medvedev tak ragu menyatakan bahwa ini adalah serangan teroris. "Semua korban serangan teroris di kereta bawah tanah St. Peterburb akan menerima segala bantuan medis yang mereka butuhkan," tulis Medvedev di akun Facebook resminya.

Iklan

Putin, yang kebetulan tengah berada di St. Peterburg, mengeluarkan pernyataan singkat, mengucapkan "belasungkawa kepada anggota korban dan mereka yang terluka dalam insiden tersebut."

Ledakan bom di St. Peterburg terjadi hanya beberapa bulan setelah Rusia menangkap empat orang yang disangka punya kaitan dengan grup militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang diduga tengah merencanakan serangan ke wilayah Kaukus, Rusia. Interfax, jaringan media Rusia, melaporkan rekaman kamera pengaman metro berhasil menangkap sosok yang diduga sebagai pelaku ledakan Senin lalu. Sampai laporan ini diturunkan, belum ada kelompok atau organisasi yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan di St. Peterburg.

Berikut detail informasi terbaru tentang ledakan di St. Peterburg:

  • Komite Nasional Anti Teroris Rusia memastikan bahwa ledakan yang terjadi pada pukul 2:45 siang waktu setempat disebabkan oleh alat pemicu bom yang belum diketahui. Ledakan terjadi ketika kereta tengah berjalan dari stasiun Sennaya Ploschad menuju stasiun Tekhnologichesky Institut. Pihak berwenang segera menghentikan operasi subway.
  • "Sampai saat ini, kami baru bisa mengatakan bahwa ledakan dipicu sebuah alat peledak yang belum bisa dikenali. Di samping itu, penyidik dan spesalis bom dari Agen Keamaann Federal tengah berusaha mengunggap penyebab ledakan sesungguhnya," ujar Andrei Przhezdomsky pada kantor berita pemerintah berbahasa Rusia, Rusisa 24.
  • Sebuah peledak lainnya berhasil dijinakkan setelah ditemukan di stasiun metro Ploshchad Vosstaniya, St. Petersburg, sekitar 3km dari stasiun Tekhnologichesky Institut. Komisi Nasional Anti-Teroris menyatakan bahwa "sebuah alat peledak kedua telah ditemukan dan segera bisa dijinakkan."
  • Fokus Kremlin kini beralih pada proses identifikasi dalang di balik serangan ini. Pada November 2015, ISIS sesumbar akan menyerang Rusia dengan mengatakan "Eropa sudah gemetar, Rusia sekarang dan Kremlin akan kami duduki." menyusul pernyataan ini, pada November 2016, Dinas Intelejen Rusia mencokok lima anggota ISIS yang diduga tengah merencanakan serangan ke Moscow.
  • Rusia adalah salah satu pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam pertempuran melawan ISIS dengan menginisiasi serangan udara pada beberapa daerah yang dikuasai ISIS di Suriah. ISIS juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap penerbabngan Metrojet Flight 9268. Pesawat diserang ketika sedang terbang di atas Semenanjung Sinai dalam perjalanan dari Sharm el-Sheikh menuju St. Petersburg. Seluruh 224 penumpang pesawat malang itu tewas.
  • Dinas Keamanan Federal Rusia memperkirakan sekitar 2.500 warganya bergabung menjadi anggota ISIS. Dengan demikian, penduduk Rusia, Chenchen dan pejuang Dagestani adalah anggota militan kelas atas ISIS.
  • Artikel ini akan terus diperbarui dengan data-data terbaru.