FYI.

This story is over 5 years old.

Sains

Ilmuwan Bilang Kucing Sebenarnya Hewan Baik Hati, Tak Sombong Seperti Anggapan Selama ini

Jadi, mohon maaf ya para pembenci kucing. Propaganda kalian gagal total.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Aku merawat satu 'anak laki-laki' tampan, namanya Mizue. Iya, dia seekor kucing. Mizue sering ndusel-ndusel ke kakiku ketika ingin dibelai. Dia mendengkur dan ramah kepada setiap orang yang dia temui. Dia hewan peliharaan yang terbaik, serius deh. Makanya saya sebel banget tiap kali dengar orang-orang bilang kucing itu hewan yang sombong, angkuh, atau jahat. Kucing itu baik hati kok. Okelah, kalian boleh engga percaya omongan saya. Tapi kini ada penelitian baru dari Oregon State University, diterbitkan di Jurnal Behavioural Processesmenunjukkan bukti ilmiah bahwa kucing, menurut penelitian empiris, adalah hewan baik hati. Penelitian tersebut menyimpulkan bila kucing-kucing lebih senang berinteraksi dengan manusia, daripada makan. Coba deh pikirkan baik-baik: mereka lebih senang sama kita daripada makanan. Saya saja lebih doyan makan daripada berurusan dengan sesama manusia. Tujuan penelitian itu awalnya untuk mengaplikasikan tes-tes kognitif yang telah dicoba pada anjing dan kura-kura, demi meluruskan salah paham soal reputasi buruk kucing sebagai makhluk yang kurang suka bersosialisasi. "Penelitian kognitif kucing lebih lanjut memaparkan bukti dari sosio-kognitif mereka yang kompleks serta kemampuan menyelesaikan masalah," seperti ditulis sang peneliti. "Ada anggapan umum bahwa kucing tidak suka bersosialisasi dan sulit dilatih. Kesan ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan seputar stimulan yang digemari kucing supaya mereka mau beraktivitas." Tes tersebut mencakup 50 kucing di rumah maupun penampungan. Peneliti mengisolasi hewan-hewan imut itu dari makanan, mainan, dan manusia selama beberapa jam. Lalu, para peneliti menunjukkan kucing-kucing dengan stimulan berbeda dalam empat kategori: sosialisasi dengan manusia, makanan, bau, dan mainan. Para peneliti menyimpulkan tidak ada perbedaan sikap signifikan antara kucing-kucing di rumah dengan di penampungan. Sebagian besar kucing lebih memilih sosialisasi dengan manusia daripada kategori-kategori lainnya. Setengah kucing yang diteliti memilih interaksi sosial bersama manusia, sementara 37 persen kucing memilih makanan. "Kami telah menemukan data bila 50 persen kucing yang diteliti memilih interaksi dengan stimulan sosial [bersama mahluk lain], meski mereka punya pilihan langsung dengan stimulan-stimulan lainnya." Jadi, apa kesimpulannya? Intinya mah, kucing adalah hewan baik hati. Namun sang peneliti menulis, preferensi gaya sosialisasi masing-masing kucing sangat dipengaruhi oleh sejarah hidup atau pohon keturunannya. Satu penelitian terhadap beberapa lusin kucing mungkin belum bisa dijadikan landasan untuk kesimpulan-kesimpulan konkret yang valid. Baiklah. Tapi saya percaya sama studi ini. Seringkali, kucing saya kadang ngambek atau nggelosor gitu aja di sofa, nyuekin saya. Tapi dia selalu ramah dengan semua orang. Kami berdua juga punya momen yang intim yang akan selalu saya kenang. Jadi buat kalian orang-orang yang nganggap kucing itu songong—mikir deh. Emangnya kamu sendiri bisa langsung terbuka dan ramah dengan orang asing atau orang yang baru dikenal?

Kucing cinta kalian semua. Jadi, plis, balas cinta mereka ya.