FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Ghaust Merilis Album Terakhir Penuh Duka Cita Emosional

Ketika tulang punggung band sludge metal eksperimental ini meninggal, personel lainnya harus mengambil keputusan berat. Semua emosi itu tertuang dalam album Burning All The Gold.

Drummer Ghaust, Edward "Edo" Predico, tewas dalam kecelakaan lalu lintas tragis. Foto diunggah seizin band.

Selalu sulit bagi sebuah band pulih dari kematian seorang anggotanya. Bagi Ghaust menjadi 'normal' kembali bahkan sudah mustahil dilakukan.

Berkat album self-titled, berbagai split EP, dan aksi panggung memukau, duo yang memainkan kombinasi sludge dan metal eksperimental ini sukses menarik banyak penggemar hingga skala Asia Tenggara. Namun Mei 2016, drummer Edward "Edo" Predico tewas seusai tabrakan sepeda motor yang tragis. Kepedihan akibat kehilangan teman dekat sekaligus partner kreatif terlalu berat ditanggung gitaris Uri Putra.

Iklan

"Kecintaan Edo pada musik sangat kuat — jujur, saya belum menemukan orang lain dengan hasrat musik sebesar Edo," jelas Uri. "Edo selalu orang pertama yang sampai di studio latihan, tidak peduli apa situasinya."

Uri harus menyampaikan berita memilukan pada para penggemar bahwa Ghaust sudah tamat. Bagimanapun, keputusan ini amat logis mengingat Ghaust hanya terdiri dari dua personel. Keputusan juga emosional bagi Uri yang menghabiskan satu dekade terakhir bermain musik bersama almarhum Edo. Posisi Edo tidak akan bisa digantikan oleh drummer lain dan Uri menyadarinya. Uri kehilangan separuh jiwanya, dan Ghaust sekaligus kehilangan nyawanya.

"Saya tidak pernah memikirkan apa 'warisan' Ghaust nanti," kata Uri. "Ghaust merupakan bagian penting dari hidup saya. Sebelas tahun saya habiskan belajar dan bertambah dewasa bersama band ini. Terlalu banyak hal-hal yang saya 'dapatkan' dari Ghaust untuk diucapkan dan saya tidak akan tahu harus mulai dari mana. Yang pasti, tanpa kehadiran Ghaust, saya mungkin akan menjadi orang yang berbeda."

Warisan terakhir Ghaust selepas bubar adalah merilis Burning All The Gold. Dirilis oleh label milik Uri, Grieve Records, Burning All The Gold berisi 4 lagu yang belum pernah dirilis dan satu lagu remix. Track-track di dalamnya penuh perasaan-perasaan Uri seputar akhir mendadak bandnya. Album ini dapat dibilang bentuk perayaan hidup sekaligus penanda kematian Ghaust.

"Burning All The Gold merupakan judul yang tepat menggambarkan apa yang saya rasakan," ungkap Uri. "Judul ini mencakup banyak perasaan dan momen yang saya dapatkan sejak Ghaust dimulai hingga akhirnya tamat. Perasaan dan momen ini bagaikan emas terwujud dalam lagu. Lagu-lagu ini awalnya terpisah. Kini semuanya tergabung dalam satu rilisan yang emosional."

Meski aktif lebih dari satu dekade, Ghaust hanya memiliki satu album penuh (self-titled yang dirilis 2008). Mereka mengukir namanya lebih banyak melalui berbagai aksi panggung mereka — kebanyakan di gig-gig yang sering diadakan di Rossi Musik, di bilangan Fatmawati di Jakarta Selatan. Di Rossi Musik jugalah, Grieve Store bernaung. Popularitas mereka semakin meningkat berkat banyaknya rilisan split bersama band lain, single, dan keterlibatan Ghaust di berbagai album kompilasi. Melalui enam rilisan split, Ghaust membangun jaringan global yang akhirnya melejitkan nama mereka sebagai salah satu figur musik underground penting di kancah metal Asia Tenggara. Beberapa lagu terbaik mereka justru bisa ditemukan di album-album split dengan Pazahora, Vestiges, Kelelawar Malam, dan Iblis Kotor. Ghaust turut merilis karya mereka dalam pelbagai bentuk format; mulai dari vinyl 7", flexi disc, hingga kaset.

Memainkan musik heavy metal yang lambat dan minimalis, Ghaust sampai pada taraf dibandingkan dengan band-band "sludge/drone metal" kenamaan macam Earth, era awal Melvins, dan Sunn ((o)). Bedanya, Ghaust masih mengandalkan elemen-elemen metal tradisional — seperti efek gitar delay dan reverb untuk menambah efek psychedelia yang mengawang-awang ke dalam musik mereka.

"Saya ingin orang ingat Ghaust sebagai band yang berani mencoba hal baru; sesuatu yang out of the box," kata Uri. "Bisa dalam musik atau hal lainnya. Jangan takut untuk jadi berbeda."