Serunya Kejuaraan Dunia Pokémon: Ajang Bergengsi Pemersatu Para Nerd

Tom Haynes holding multiple Pokémon cards athe

Riuh penonton membahana saat komentator memperkenalkan kontestan pertama dalam pertandingan hari itu. Kiara, gadis mungil kelahiran Australia, akan berhadapan langsung dengan bocah laki-laki bernama Kosaku dari Jepang.

Diiringi lampu sorot dan musik yang berdentum-dentum, keduanya meninggalkan kotak telepon umum merah yang ikonik dan berjalan menuju arena pertandingan. Kiara, 10 tahun, duduk di tempat yang telah ditentukan di tengah panggung, lalu meletakkan boneka Pokémon favoritnya, Glaceon, di atas meja sebagai jimat keberuntungan.

Videos by VICE

Bukan, ini bukan ajang gelut anak-anak. Faktanya, saat ini saya tengah menyaksikan pertandingan Pokémon. Peserta lomba terlihat serius bertarung mengalahkan lawan dalam game-game rilisan Nintendo Switch, seperti Pokémon Sword dan Pokémon Shield.

Selama turnamen berlangsung, para pemain Pokémon (alias trainer) akan membentuk tim berisi empat monster favorit mereka untuk bertarung secara bergiliran melawan tim musuh. Buat yang kurang familiar, permainan ini ibarat tenis ganda, tapi atletnya diganti jadi monster yang mengeluarkan jurus macam ‘Behemoth Blade’ dan ‘Flare Blitz’. Sesekali terdengar suara “ups!” saat Pokémon muncul di layar raksasa, serta napas tertahan ketika trainer mendaratkan serangan kritis yang tak terduga.

Saya mengikuti jalannya pertandingan sepanjang akhir pekan. Kejuaraan Dunia Pokémon menjadi wadah bagi para penggemar yang tertarik bersaing dalam permainan kartu, game seluler hingga game pertarungan. Siapa saja boleh ikut, tidak pandang usia maupun latar belakang. Setelah tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19, ajang bergengsi ini sukses diadakan di ExCeL London, Inggris.

Penonton Kejuaraan Dunia Pokémon 2022

Kiara terpaksa menelan pil pahit kekalahan pada gelaran kali ini. Gigantamax Blastoise yang menjadi jagoan Kosaku menaklukkan tim lawan hingga KO, mengantarkan Kosaku merengkuh gelar juara dunia untuk kategori junior. Dengan bantuan juru bahasa lisan, bocah itu mengungkapkan kebahagiaannya sambil tersenyum sumringah. “Saya merasa sangat gembira. Saya ingin menyapa ayah yang menonton langsung di sini. Ayah selalu menyaksikan pertandinganku.”

Begitu kontestan turun dari panggung, layar lebar menampilkan dua komentator yang terlibat dalam diskusi seru membahas strategi dan keahlian tim Kosaku. Mereka membicarakannya dengan menggebu-gebu, seolah-olah kita sedang menyaksikan pertandingan Liga Utama Inggris. Sementara itu, para juri di belakang panggung tampak mengenakan headphone agar tetap fokus pada pertandingan.

Suasana tegang menyelimuti ribuan penonton yang datang hari itu. Banyak di antara mereka yang menggoyang-goyangkan bendera, atau memeluk erat boneka Pokémon warna-warni.

Penonton Kejuaraan Dunia Pokémon 2022

Saya pun berkeliling menikmati keseruan di sudut-sudut lain, dan berpapasan dengan Liam. Remaja 16 tahun yang datang dari Washington DC, Amerika Serikat, baru saja memenangkan lomba Trading Card Game (TCG) untuk kategori senior. Dia pergi ke London memboyong seluruh anggota keluarganya, yang sengaja mengatur waktu liburan mereka bertepatan dengan pertandingan Liam. “Perlu latihan yang keras untuk menguasai Pokémon,” tuturnya. “Saya sudah delapan tahun memainkan Pokémon — saya berlatih, menguji keahlian dan bermain selama delapan tahun itu. Saya akan main selama lima hari dalam seminggu menjelang turnamen.”

Pengunjung yang berkeliaran di aula utama akan disuguhkan deretan trainer yang asyik bermain TCG, Tekken crossover Pokkén (game Switch lain) dan Pokémon UNITE (game seluler yang menyerupai League of Legends).

Di antara mereka, terlihat seorang bocah dengan cekatan mengayunkan Pokémon Sword menggunakan satu tangan sambil memainkan Pokémon GO di tangannya yang lain. Semua peserta mengenakan visor dan kaus. Pemandangan tampaknya akan semakin lengkap bila ada Pokémon sungguhan di sana.

Para pemain Kejuaraan Dunia Pokémon 2022
Para pemain Kejuaraan Dunia Pokémon 2022

Luke, warga Plymouth di Inggris, bertugas sebagai panitia sukarelawan selama turnamen. Menurutnya, dia senang bantu-bantu dalam acara seperti ini di waktu senggangnya sebagai software engineer. Saking seringnya pemuda yang berusia 23 itu menghadiri perkumpulan penggemar Pokémon, dia kini menyandang status “Profesor Pokemon”. Adalah suatu kebanggaan tersendiri bisa berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia.

“Yang paling menarik dari acara seperti ini yaitu kerukunan penggemarnya,” terang Luke sembari membagikan kartu Pokémon gratisan. Senyum menyeringai terlukis di wajahnya saat seorang bocah menarik kartu rare. Anak laki-laki itu langsung membungkusnya dengan tangan gemetaran. “Saya bertemu banyak teman baru dari sini. Rasanya begitu spesial bisa berinteraksi dengan para pemain.”

“Semuanya sangat ramah.”

Lelaki berkaus putih memeluk boneka Pokemon

Di luar gedung, banyak orang yang memanfaatkan momen ini untuk berdagang trading card, album koleksi kartu rare dan aksesori TCG lainnya. Warga Liverpool bernama Sam sudah lama mengoleksi kartu dan berjualan koleksi rare. Lelaki 29 tahun ini bahkan sampai pensiun dari profesi desainer grafis untuk menekuni dunia tersebut. Dengan gaya sok keren, ia memamerkan kartu Pikachu yang katanya bernilai lebih dari £1.000 (Rp17,5 juta). “Saya sesuka itu dengan Pokémon,” katanya. “Sebagai seorang desainer grafis, saya mengapresiasi karya seninya.”

Album koleksi kartu rare

Kartu yang telah mendapat grade PSA (Professional Sports Authenticator), perusahaan AS yang memberikan grade/sertifikat pada barang koleksi berharga, bisa dijual dengan harga fantastis. Akan tetapi, kartu koleksi harus dikirim terlebih dulu ke Amerika untuk diperiksa keasliannya. Saat melihat-lihat ratusan kartu yang terpajang di atas meja, mataku mendadak menemukan Charizard. Saya penasaran ingin tahu harganya, dan Sam menjawab: 5.000 Pound sterling, setara Rp87,5 juta.

Saya berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mencibir. Bayangkan saja, uang sebesar itu cukup untuk menghidupiku selama sebulan. Saya akhirnya meminta izin untuk memegang kartu. Setelah berfoto-foto untuk kepentingan artikel, saya mengedarkan pandangan ke stan-stan lain. Saya membayangkan bagaimana jadinya kalau gedung itu kebakaran. Semua koleksi kartu yang harganya selangit akan lenyap begitu saja.

Lelaki berkaus putih memamerkan kartu langka Charizard

The Pokémon Company selaku penyelenggara kejuaraan tampaknya tidak mempermasalahkan keberadaan pedagang “aji mumpung” ini, mungkin karena penyelenggara sudah memasang mesin penyedot uang sesungguhnya tak jauh dari tempat kami berada. Toko merch resmi bernama ‘Pokémon Center’ dibuka sepanjang akhir pekan bagi yang tertarik belanja pernak-pernik asli (selain pengunjung bisa membuat janji terlebih dulu agar tidak kehabisan). Tingginya minat pembeli membuktikan betapa kejayaan Pokémon tak pernah padam sejak dipopulerkan pada 1990-an, menjadikannya waralaba paling sukses sepanjang masa.

Begitu melangkahkan kaki ke dalam area toko, saya disambut koleksi boneka, pajangan, pakaian hingga trading card berjejer di atas tembok. Alunan soundtrack game yang telah dibikin versi orkestra menggelegar di latar belakang. Seorang petugas lalu menyerahkan karung Sinterklas sebagai kantong belanja. Saya melihat karung orang-orang di sekitarku sudah penuh barang belanjaan.

Beberapa orang duduk di lantai sambil memeriksa isi karung mereka masing-masing, mungkin sedang menghitung uangnya cukup buat beli apa saja. Seorang petugas kasir memberitahuku, ada yang telah menghabiskan lebih dari 10 juta Rupiah hanya untuk merch. Beberapa bahkan sampai diminta mengembalikan merch karena telah melebihi batas yang ditentukan.

Anak muda membeli merch Pokemon

Di sana, saya bertemu banyak sepasang sejoli yang kisah cintanya bermula dari hobi bermain Pokémon, keluarga yang telah berteman dan main bareng sejak tahun 90-an, hingga influencer yang mengunggah konten main game dan memamerkan kartu sebagai ladang cuan.

Boneka yang dijual di Pokémon Center

Saya sendiri juga penyuka Pokémon — aneh rasanya jika kamu tidak menyukainya karena game ini sangat populer dan semua tokoh kartunnya menggemaskan. Tapi setelah dua hari penuh melihat tampang Pikachu di mana-mana, rasanya saya agak muak. Otakku butuh istirahat.

Lelaki berkaus putih naik kereta gantung yang dekorasinya penuh gambar Pokemon dan Pikachu

Jadilah saya pulang dengan menaiki kereta gantung. Di sepanjang perjalanan, saya memeluk erat-erat boneka Pokémon favoritku, Sceptile. Semua kereta telah di-Pokéfied alias didekorasi dengan gambar-gambar monster yang ada di Pokémon. Stasiun kereta yang terhubung dengan gedung acara juga memutar lagu tema “Pallet Town” dari game original GameBoy secara nonstop. Dengan senyum sumringah, petugas stasiun mengaku hampir gila mendengarnya.

Saya mengira Kejuaraan Dunia Pokémon ini hanyalah tempat perkumpulan anak nerd — memang benar, sih — tapi saya sepakat dengan ucapan Luke. Semua orang yang kutemui sangat ramah. Mereka dengan sabar mengajarkanku bermain kartu, memamerkan cosplay mereka penuh semangat dan menerima kehadiranku sebagai bagian dari mereka.

@T_Haynesy / @_yushy