Amerika Serikat kembali mengalami kerusuhan dan penjarahan massif yang terakhir kali terjadi pada 1992. Penyebabnya sama, kekerasan polisi yang secara sistematis mencurigai warga kulit hitam sebagai kriminal, sampai menewaskan tersangka. Sosok martir yang pada akhir Mei 2020 memicu kemarahan warga dan aktivis adalah George Floyd.
Insiden ini bermula Senin pekan lalu, ketika Floyd yang dicurigai polisi Kota Minneapolis, Negara Bagian Minnesota, mengedarkan uang palsu ditahan semena-mena. Lehernya diinjak salah satu petugas bernama Derek Chauvin dalam rekaman video yang viral.
Videos by VICE
Floyd tidak pernah melawan selama ditahan, berbeda dari keterangan awal polisi. Dia bahkan meminta tolong agar tak diinjak lehernya karena kesulitan bernapas, tapi polisi itu menghiraukannya. Selama 8 menit 48 detik leher Floyd terus diinjak. Ketika ambulans datang, lelaki 46 tahun itu sudah tidak bernyawa.
Viralnya video itu membuat kerusuhan pecah di 20 kota besar AS. Di Minneapolis sendiri, markas polisi setempat dibakar massa Kamis malam pekan lalu.
Selain unjuk rasa damai, sebagian massa kulit hitam melakukan penjarahan di jaringan toko-toko besar. Meski semua polisi yang terlibat penangkapan Floyd dipecat, sementara Chauvin akhirnya ditangkap dan dikenai pasal pembunuhan, kemarahan massa tak kunjung mereda. Hingga artikel ini dilansir, gelombang unjuk rasa masih terjadi di kota utama seperti Washington D.C, New York, hingga Los Angeles. Presiden Donald Trump sampai mengerahkan garda nasional untuk membantu kepolisian di beberapa kota yang kewalahan mengadang pengunjuk rasa.
Gerakan #BlackLivesMatter, untuk mendorong dihormatinya hak-hak dasar kulit hitam, kembali menggema di seluruh dunia. Demonstrasi juga digelar negara lain, termasuk London dan Paris
Kemarahan massa dipicu keyakinan polisi tak pernah berubah dalam memperlakukan warga kulit hitam. Ada rasisme sistemik, mengasumsikan semua kulit hitam cenderung melawan ketika ditangkap, sehingga para tersangka yang belum tentu bersalah tewas akibat ditembak atau mengalami kekerasan parah seperti Floyd. Kerusuhan tahun ini menyamai skala ketika Los Angeles dilanda chaos pada 1992 karena massa marah melihat video seorang warga kulit hitam bernama Rodney King dikeroyok polisi.
Fotografer VICE merekam kemarahan dan gelombang unjuk rasa menentang rasisme kepolisian itu yang kini kembali membakar Amerika.
Seri foto ini pertama kali tayang di VICE US.