Selamat datang kembali di kolom Shit Indonesians Say. VICE berusaha menelisik kebiasaan verbal orang-orang di Indonesia yang tumbuh subur, diinternalisasi, dimaklumi, sampai dianggap wajar dalam pergaulan sehari-hari. Padahal kata atau istilah itu bermasalah banget. Kali ini yang terlintas di pikiran kami adalah ucapan berikut: “Kasih harga temen bisa kan?”
Buat sebagian orang, hari ulang tahun menciptakan sedikit ketakutan, termasuk aku. Buatku mungkin cuma ‘hari kematian’ dan ‘hari kiamat’ yang bisa melebihi segala rasa khawatir teramat sangat yang terjadi pada ‘hari ulang tahun’. Buatku, hari ulang tahun punya semacam ilusi yang mengaburkan diriku dari kengerian-kengerian sebenarnya. Terutama kengerian akan mendekatnya kematian ketika aku belum berbuat apa-apa. Kengerian lainnya adalah, ketika hari itu juga justru kita berpesta merayakan insekuritas diri karena kita makin tua. Semua hal yang aku sebutkan sangatlah menyebalkan, eh ini ditambah dengan adanya yang menyindir bilang, “Selamat ulang tahun ya… Traktirannya dong!”
Videos by VICE
Aku harus bilang, sepertinya bagi yang kebiasaan minta traktiran harus berhati-hati. Karena tidak semua kebudayaan menganut kepercayaan ”orang yang berulang tahun mentraktir teman-temannya’. Indonesia punya konsep perayaan ulang tahun yang berbeda dari beberapa negara, sebut saja Amerika Serikat. Mayoritas di negara barat menganut kebiasaan ‘mereka yang berulang tahunlah yang ditraktir’.
Editor in Chief VICE, Jonathan Vit yang orang asli Amerika Serikat bilang padaku bahwa ketika dirinya berulangtahun, kawan-kawannya lah yang yang membuat acara dan memberi traktiran padanya.
“Pokoknya terbalik lah dengan konsep traktiran di Indonesia,” kata Jonathan. “Tapi sebetulnya, kalau konsep traktiran Indonesia enak juga sih, soalnya walaupun pas ulang tahun kita traktir orang lain. Kita bisa dapat traktiran terus dari teman-teman setiap kali ada yang berulang tahun,”
Tradisi tersebut tidak cuma berlaku di Amerika Serikat. Sahabat-sahabatku yang berkewarganegaraan Taiwan dan Cina pun punya prinsip serupa. Mereka enggan aku traktir ketika aku berulang tahun. Mereka bilang bahwa tidak seharunya aku yang memberi mereka traktiran. Jika aku yang berulang tahun, maka aku yang seharusnya ditraktir. Pada saat itu aku tetap keukeuh untuk mentraktir mereka. Hasilnya jadi aneh, karena bagi mereka, “kok aku yang ulang tahun tapi aku yang merayakan sendiri.”
Memang enak kalau ternyata kita rutin kena traktir orang-orang yang juga merayakan ulang tahun. Syukur-syukur kalau rutin ditraktir. Permasalahannya datang ketika yang minta sudah maksa, tanpa memperhatikan kondisi perekonomian yang ulang tahun. Kadang, momen ulang tahun di Indonesia dianggap jadi momentum pemerasan pihak yang ‘berbahagia’ (baca: berulang tahun).
Fitria Sungkar, jurnalis 27 tahun ini mengaku sebal banget dengan kultur selebrasi ulang tahun yang banyak dianut masyarakat di Indonesia. Menurutnya, seringkali selebrasi ulang tahun berupa traktiran, malah meleset jadi momentum untuk ‘morotin’ pihak yang sedang ‘berbahagia’ (baca: yang berulang tahun). Ia mengaku kini tidak pernah lagi mentraktir kawan-kawannya ketika Ia berulang tahun.
“Kultur kita itu seakan memaksakan kalau kita lagi merayakan hari bahagia bisa ulang tahun, nikah, atau apapun itu, traktiran seakan-akan jadi bentuk rasa syukur,” kata Fitria kepadaku. “Jadi enggak makna aja sih lo ngerayain diri sendiri tp lo yg bayarin,”
Sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Yusar menjelaskan bahwa memang benar kultur traktiran ulang tahun di Indonesia, tidak lepas dari pengaruh tradisi ‘selamatan’. Syukuran di Indonesia dilakukan dalam berbagai acara penting termasuk hari kelahiran.
“Saat seseorang berulang tahun, agaknya kebiasaan selamatan itu menjadi melekat. Yang namanya syukuran, ya tuan rumah yang menyediakan segalanya.”
Yusar menambahkan bahwa selebrasi ulang tahun di Indonesia erat kaitannya dengan rasa syukur. Misalnya rasa syukur bahwa seseorang masih diberikan umur panjang, dan masih bisa bertahan melewati beragam hal hingga usia tertentu. “Di permukaan terlihat seperti bersenang-senang saja. Tapi di balik itu ada semacam pengingat bahwa kita harus bersyukur kita masih hidup dan dikelilingi oleh kawan-kawan baik kita,”
Baca juga art ikel lain tentang kebiasaan-kebiasaan yang Indonesia banget
Yusar menambahkan bahwa perbedaan kultur selebrasi ulang tahun di Indonesia dan di Amerika Serikat misalnya, terletak dalam teknis pelaksanaannya saja. Kultur Indonesia terbiasa untuk meluapkan rasa syukur melalui beragam jenis perayaan. Sementara itu, sebaliknya di negara-negara barat penghargaan terhadap orang-orang terdekat sangatlah tinggi, sehingga yang berulang tahun lah yang berhak mendapatkan traktiran.
“Selebrasi yang dirayakan sebaliknya kan bentuk penghargaan atas kerja keras, jika Anda mampu bertahan sampai usia yang sekarang, maka Anda layak mendapatkan hadiah dari saya. Itu sebetulnya hanya masalah teknis memberikan penghargaannya saja.”
Bisa kita simpulkan bahwa tidak ada hal negatif dari kedua kultur perayaan ulang tahun tersebut. Cuma saya mengingatkan saja untuk berhati-hati, jangan sampai ada yang minta traktiran ketika teman kalian yang berasal dari negara lain berulang tahun. Karena bisa jadi, kulturnya berbeda, dan justru kita yang semestinya memberi apresiasi bagi mereka yang merayakan.
Tidak ada hal negatif dari kultur perayaan ulang tahun, baik yang berupa ucapan syukur dan yang berupa penghargaan bagi kawan. Cuma ya tahu diri saja, jangan sampai momentum syukur seseorang bikin yang lain kebablasan ‘morotin’ orang.