Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard
*PERINGATAN: Terdapat bocoran plot serial Westworld dalam artikel ini
Videos by VICE
Episode Westworld berjudul “The Riddle of the Sphinx” rasanya patut dinobatkan sebagai episode terbaik di season kedua serial fiksi ilmiah tersebut. Karakter Bernard digambarkan bertemu kembali dengan Elsie (yang terakhir kali kita lihat pada season pertama), dan memahami latar belakang lahirnya proyek taman hiburan Delos sesungguhnya.
Faktor yang membuat saya terpukau sama episode ini berkat adanya sindiran tajam terhadap dunia modern yang sangat mengandalkan teknologi. Selain itu, kayaknya baru Westworld serial TV yang secara gamblang menggambarkan problem etis wacana transhumanisme, alias kepercayaan bahwa manusia bisa hidup abadi di masa depan lewat bantuan teknologi.
Dalam episode tersebut, kita bisa melihat keseharian James Delos — seorang miliarder pemilik Westworld — seperti bersepeda, merokok, masturbasi, hingga mendengarkan lagu rock era 1970-an di sebuah ruangan berwarna putih. Ternyata orang yang kita lihat ini bukanlah Delos asli, melainkan kloningannya. Delos yang asli sudah mati dan pikirannya disalin ke mesin. Tapi semua salinannya tidak berfungsi dengan baik.
Tonton dokumenter Motherboard soal gereja unik di Florida, para jemaatnya percaya keabadian dapat dicapai lewat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi:
Kloningannya dibakar setiap kali Delos gagal dalam sesi wawancara. Delos palsu sudah dibuat dan dibunuh ratusan kali selama berpuluh-puluh tahun. Delos memutuskan untuk turut berperan dalam eksperimen ini agar dia bisa hidup abadi, tetapi kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan.
Transhumanisme adalah gerakan intelektual yang meyakini manusia mampu mengatasi keterbatasan fisik dengan mengadopsi teknologi sampai akhirnya hidup abadi. Jenis teknologi yang digambarkan dalam episode ‘The Riddle of the Sphinx’ adalah landasan transhumanisme—sebuah proses yang dapat mengunggah kesadaran kita ke mesin di masa depan.
Episode ‘The Riddle of the Sphinx’ menekankan jebakan dari transhumanisme sekilas bisa meningkatkan kualitas hidup manusia. Selama ini kita berasumsi teknologi yang maju akan membuat dunia jadi lebih baik. Padahal, tidak peduli secanggih apa teknologinya, manusia cenderung memiliki niat jahat dan mengacaukan segalanya karena menyalahgunakan teknologi untuk kepentingan pribadi.
Lihat saja apa yang terjadi pada Facebook. Platform media sosial yang awalnya diciptakan demi menghubungkan penduduk dunia, kini berujung jadi mesin penebar kebencian. Pembelahan atom yang bisa menghasilkan energi baru malah disalahgunakan menghasilkan senjata nuklir. Smokestack atau cerobong memang berfungsi untuk melindungi kota dari asap berbahaya, tapi gas limbahnya memicu terjadinya hujan asam.
Bukan berarti saya menentang konsep ini atau menghalangi transhumanis dalam bereksperimen. Saya hanya ingin menegaskan hidup abadi tidak seindah kedengarannya jika kita masih menggunakan teknologi secara tidak bertanggung jawab. Episode terbaru Westworld ini seakan mengingatkan bahwa ada bencana yang menunggu dibalik kecerobohan kita. Dan seiring bertambah majunya teknologi, kita bisa memasukkan pikiran kita ke dalam mesin.