Bayangkan kamu berada di kondisi seperti ini: sepupumu akan menggelar pesta pernikahan minggu depan dan kamu punya masalah besar—jerawat besar bercokol di dahimu. Selama beberapa hari kamu sudah menggaruk jerawat tersebut, membasuhnya dengan toner dan dengan rajin mengoleskan lotion anti jerawat yang kamu beli karena iklannya sangat meyakinkan. Dan, ini yang paling penting, kamu sering memencet-mencet jerawat itu.
Kamu sebenarnya tahu benar bunyi aturan itu: Jerawat enggak boleh sekalipun dipencet. Namun, kamu tetap melakukannya karena itu membuat kamu lebih tenang. Masalahnya, setelah dipencet, bukannya minggat, jerawat yang kamu pencet malah jadi bengkak dan makin kelihatan. Tak jera, kamu malah terus memencet jerawat karena kamu panik. Hari pernikahan saudaramu makin dekat dan kamu enggak ingin kelihatan jelek saat memakai gaun batik yang sudah lama kamu pesan.
Videos by VICE
Hasilnya, jerawat yang kamu benci itu enggak hilang. Lebih parah lagi, jerawat itu seakan beranak pinak di dahimu—sejumlah jerawat kecil mulai bermunculan di tempat yang sama. Intinya, jerawat-jerawat itu menjadikanmu makhluk paling hina dalam sesi foto keluarga.
Daripada kagok, kamu memutuskan untuk terus menggaruk jerawatmu—tak peduli besar atau kecil—agar tak keliahatan terlalu menonjol di hari H. Terus, lantaran foto keluarga tak bisa dihindarkan, kamu sudah bersiasat untuk menutupi jerawatmu dengan bedak yang tebal. Intinya, jangan sampai anggota keluargamu tahu kamu jerawatan di hari pernikahan sepepumu. Setelah itu mah bodo amat, kamu toh bisa mengurusi jerawatmu—jika bukan memencetnya—sampai tuntas.
Seberapa parah sih dampak memencet jerawat?
Singkatnya, memencet jerawat itu enggak bagus-bagus amat untuk kondisi kulit wajah kamu. Lagian, kamu pasti sudah tahu tentang hal ini. Memencet jerawat “bisa menyebabkan bengkak, memperpanjang umur jerawat dan bisa menyebabkan bekas luka,” jelas Tsippora Shainhouse, seroang dermatoog bersertifikat dan instruktur klinis dermatologi pediatrik di University of Southern California. Bekas jerawat lebih sering jumpai dan mudah terlihat pada orang dengan kulit berwarna gelap.
Apa yang terjadi bila kita memencet jerawat?
“Jerawat pada dasarnya adalah kantung kecil di bawah permukaan kulit yang berisi minyak alami, sel kulit mati serta kadang bakteri dan sel darah putih,” terang Shainhouse. “Kadang, kantung-kantung ini memiliki lubang permukaan kulit—dalam bentuk pori-pori kulit. Jika kamu memencet jerawat, itu akan menyebabkan robekan kulit, yang nantinya harus disembuhkan dan meninggalkan bekas.” Dia juga mengimbuhkan bahwa jika jerawat yang dipencet mengandung bakteri penyebab jerawat (bahasa kerennya Propionobacterium acnes), maka memencet jerawat bisa menimbulkan tumbuhnya jerawat di permukaan kulit wajahmu.
Nah, inilah penyebab kulitmu dipenuhi jerawat padahal awalnya cuma sebiji doang.
Terus, kenapa memencet jerawat itu asoy banget?
Memencet jerawat memberikan sensasi kalau kita memiliki pencapaian—sekecil apapun itu—dan di saat yang sama merangsang otak kita untuk memproduksi dopamin, kata Sanam Hafeez, seorang psikolog klinis dan staf pengajar di Columbia University Teacher’s College. Sensasi tersebut bakal makin terasa bila anda tipe orang yang suka memecahkan masalah dan diam-diam suka memegang kendali.
Ketika kamu menangani masalah jerawatmu sendiri, kamu mendapatkan gratifikasi langsung saat itu juga. “Dopamin diproduksi otak saat kamu merasa berhasil melakukan sesuatu. Bagian tempat dopamin diproduksi sering disebut sebagai reward center otak. Melihat nanah, darah atau cairan apapun yang keluar dari jerawat yang kita pencet membuat kita merasa berhasil. Kamu seperti bilang, “Yes, gue bisa!,’” katanya. “Jadi, ada semacam kombinasi aktivitas otak saat kamu berhasil memencet jerawat. Pertama keresahan karena kamu punya jerawat yang disusul dengan kelegaan saat jerawat berhasil dipencet dan rasa tenang dan kenikmatan saat jerawat lenyap.”
Masalahnya adalah memencet tak benar-benar mengenyahkan jerawat. Masalah kulit muka ini akan kembali, dan siklus tadi (panik karena ada jerawat—kelegaan saat jerawat bisa dipencet—rasa tenang dan kenikmatan saat jerawat lenyap) akan terulang. Dalam beberapa kasus, mereka gemar memencet jerawat perlahan-perlahan bisa mengidap kondisi mirip OCD yang disebut dengan Skin-Picking Disorder or Excoriation Disorder. The International OCD Foundation memperkirakan pada kondisi ini diidap oleh satu dari 20 prang dan bisa menyebabkan gangguan fisik, emosi dan psikologis yang parah.
Yang paling parah, seorang perempuan pernah nyaris meninggal karena encephalomalacia—kerusakan otak akibat pelunakan jaringan otak—karena dia tak mau berhenti memencet jerawatnya dengan jarum rajut. Asal tahu saja, memencet jerawat itu sebenarnya enggak berbahaya banget tapi akan lebih baik kalau kamu tahu semua kemungkinan di atas kan?
Tapi kalau mencetnya enggak sering dan hati-hati banget, boleh enggak?
Ya tergantung, Kamu bukan dermatolog kan? Kalau bukan, ya jangan!
Terus, kalau mesti banget dipencet, gimana sih cara mencet jerawat yang aman?
Okay, sebelum pertanyaan ini dijawab, camkan kalau memencet jerawat enggak pernah direkemondasikan dermatolog mana pun. Akan tetapi, kalau kamu harus banget melakukannya, berikut langkah-langkah memencet jerawat dengan aman yang diberikan Shainhouse.
1. Basuh area yang jerawatan dengan air untuk menghapus make up.
2. Usap jerawat dengan alkohol untuk mematikan kuman dalam permukaan wajah mati.
3. Cuci tanganmu agar bakteri di tangan dan kukumu tak menyeberang ke mukamu.
4. Gunakan jarum atau peniti. Celupkan ke dalam alkohol sebelum digunakan agar steril (membakar jarum dan peniti tak selalu membunuh bakteri).
5. Pencet atau tusuk bagian kulit yang “matang”—biasa bagian kulit yang bengkak berisi nanah berwarna kuning.
6. Pakai dua cottonbud dan sapukan dari arah luar luka untuk membuang nanah serta sisa-sisa sel kulit mati. Kalau bisa lakukan ini dalam satu gerakan untuk mengurangi kemungkinan iritasi dan mencegah robekan permukaan kulit wajah.
7. Coba oleskan salep anti bakteri atau krim anti jerawat di lokasi jerawat guna menyembuhkan luka dan mencegah infeksi.