Di sebuah tempat, di balik gerbang yang bertatahkan berlian dan permata, ada sebuah klub yang selalu memaminkan satu lagi yang sama saat akan tutup. Kira-kira begitulah yang saya bayangkan seandainya surga punya sebuah klub premier, setiap kali saya mendengar “So Much Love To Give” gubahan dua house Perancis asak Prancis Together—proyek sampingan yang didirikan okeh salah satu anggota Daft Punk Thomas Bangalter dan DJ aclon.
Beneran lho, tiap menyetel track ini, saya selalu terbayang party-party ngaco tapi keren pada 2002 saat lagu ini dirilis. Sedekade kemudian Fedde Le Grand merombak track ini jadi lagu wajib pesta bujang dalam liburan di kota-kota Eropa yang murah.
Videos by VICE
Tetap saja, bayangan tentang surga—atau tempat tanpa cela lainnya—jadi sesuatu yang melintas dalam pikiran saya saban kali mendengar kali mendengar lagi ini. Memang begitu sih kejadian—mungkin saya doang sih—tiap kali dance music terdengar lebih ngepop dan memicu euforia khas musik pop. Entah itu permainan piano surgawi di track “In Love With You” milik The Paradise atau liukan vokal Donna Summer di “I Feel Love”, track-track dance yang paripurna seakan punya kemampuan melontarkan pendengarnya ke surga atau tempat-tempat agung di luar Bumi.
Thomas Bangalter adalah salah satu musisi yang paling mumpuni menggubah track dance macam ini. Karya-karya paling hebat dari Bangalter bisa ditemukan di sekujur diskografi Daft Punk yang sejak bertransformasi menjadi robot kerap kali bikin pendengarnya berada di luar angkasa. “Digital Love” adalah soundtrack kisah percintaan di luar angkasa. “Around The World” merupakan sebuah track yang mungkin didengarkan cyborg pecandu olahraga saat mencari keringat di gym; “Instant Crush” terdengar seperti robot dari masa depan yang belajar menangis, mabuk dan menari sendiri di salah satu pojok planet yang dilupakan manusia (pada praktiknya, robot itu sebenarnya adalah Julian Casablancas).
“So Much Love To Give” berbeda sekaligus punya benang merah dengan track-trackdi atas. Seperti track-track keren yang dikeluarkan Daft Punk’, lagu ini juga dibangun dari sample track disco, kali ini “Love’s Such A Wonderful Thing” milik The Real Thing. Seperti “One More Time” (yang men-chop dan mengambil sample dari lagu Eddie John “More Spell On You”), sample tersebut diulang sepanjang lagu. Namun, jika “One More Time” terdengar lebih variatif—ada pergantian dari sample ke tambahan vokal dan kembali sample, begitu seterusnya, “So Much Love To Give” hanyalah pengulangan satu sample sepanjang sepuluh menit.
Menjemukan? Enggak dong. Justru di situ letak kekuatan utama lagu ini: komposisi musik berulang-ulang, monoton, dan nyaris tak punya variasi.
Kombinasi hook berulang yang menghipnotis—kalimat “So Much Love To Give” yang disudah ditambahi layer dan echo terdengar berulang kali, mirip seperti di gaung di sebuah lembah—dengan produksi yang orisinal dan hangat memang racun banget sih. Repetisi ini menciptakan kondisi mirip trance saat perubahan-perubahan detail yang kecil menghasilkan efek dalam skala besar. Sampai di titik tertentu, segala jenis musik memang dibangun dari repetisi. Bentuk repetisinya sendiri bisa bermacam-macam, dari pengulangan urutan akord, chorus yang dimainkan berulang-ulang sampai riff.
Dalam bukunya On Repeat: How Music Plays the Mind, Elizabeth Hellmuth Margulis menunjukkan bagaimana otak kita merespon saat sesuatu yang sama diputer berulang-ulang. Menurut Margulis, dalam situasi seperti ini, otak kita akan lebih awas terhadap perubahan sekecil apapun dan perasaan kita terhadap lagu itu makin intens. Kita bisa jijik atau sebalinya.
Kecenderungan macam ini banyak kita temui di belantika dance music. Apapun yang kalian dengarkan, entah track-track minimal techno, lagu Peggy Gou “It Makes You Forget (Itgehane)”, atau komposisi Aphex Twin yang palinh ambient sekalipun, kalian akan menemukan bagian konsisten yang terus diulang. Bagian inilah yang bertugas menciptakan vibe dari sebuah lagu sekaligus fondasi bagi bagian lain dari lagu itu.
Dalam “So Much Love To Give”, bagian yang konsisten itu adalah departemen vokal hingga lagunya terdengar agak ganjil sekaligus keren. Di saty sisi, pengulangan vokal ini terkesan murahan seperti dalam lagu Sigala “Sweet Lovin’”. Di sisi lain, ini adalah bentuk murni dari dance music. Tambahan lagi, mendengarkan satu kalimat yang terus menerus diulang selama sepuluh menit sama saja seperti merasakan ekstasi tanpa menelan satupun pil ekstasi. Atau mungkin setelah berkali-kali mendengarkannya, kalian akan mendengarkan kalimat lain. Sejumlah orang mengaku lama-lama kalimat tadi terdengar mirip seperti “I’ve got so much raw chicken”.
Manapun yang kalian rasakan, yang pasti kalian sudah trance. Dan jika itu terjadi, kalian dipastikan—seperti kata DJ Sammy—sudah masuk surga.
Ryan bisa diajak ngobrol ngalor ngidul tentang dance music di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di Noisey