Kenapa ya Kadang Kita Merasa Yakin Orang Lain Tuh Goblok Semua?

dumb superiority complex mental health inferiority insecurity insecure psychology personality disorder narcissistic npd intelligence

Kamu sedang menyetir di jalanan lengang ketika tiba-tiba ada orang menggeber motornya kencang-kencang dan menyalip mobilmu seenak udel. Seketika emosi kamu terpancing oleh bisingnya suara knalpot dan sikap pengendara yang ugal-ugalan. Caci maki keluar begitu saja dari mulutmu. “Dasar goblok! Emangnya ini jalanan mbahmu!”

Setibanya di kantor, kamu harus berhadapan dengan rekan kerja yang menurutmu tidak becus diajak kerja sama. Kamu tak bisa berhenti menggerutu betapa leletnya orang itu saat melaksanakan pekerjaannya. “Dasar dungu,” kamu membatin.

Videos by VICE

Selepas jam kerja, kamu nongkrong dengan teman-temanmu. Obrolan kalian yang ngalor ngidul mendadak panas karena kamu kekeh opinimu benar. Kamu tidak mau kalah dan menunjukkan kalau kamulah yang menguasai topik itu.

Namun, tahukah kamu? Sikap sok pintar hanya akan merugikan dirimu sendiri. Orang akan menganggapmu menyebalkan, sehingga akhirnya mereka malas mendekati atau bahkan mengajak kamu berteman. Kebiasaan ini juga tidak baik bagi kesehatan mental sebab dapat menyebabkan stres dan frustrasi.

Pertanyaannya, mengapa ada orang yang bertingkah laku seperti ini?

Kirk Honda, profesor psikologi yang membawakan podcast Psychology in Seattle, menyebutkan beberapa alasan seseorang merasa lebih segala-galanya dari orang lain. Pertama, kamu jengkel karena situasi tidak berjalan seperti yang kamu inginkan. Misalnya, proyek kerjaan sudah mendekati tenggat waktu, tapi rekan kerja tak kunjung merampungkan bagiannya. Karena kesal, kamu pun berprasangka buruk tentang mereka. Kamu langsung suuzan mereka pemalas, tanpa mempertimbangkan kemungkinan adanya faktor lain yang menyebabkan mereka lambat mengerjakan tugas.

Selanjutnya, kamu mungkin merasa tidak ada yang memahami sejak kecil, sehingga kamu cepat tersinggung jika orang tidak bisa cepat mengerti apa yang kamu katakan ketika sudah dewasa. Gara-gara muncul perasaan ini, kamu menjadi berpikir mereka kurang cerdas untuk memahamimu. Tapi jauh di lubuk hatimu, ada perasaan kesepian dan keterasingan yang bersarang. Orang yang diperlakukan bodoh semasa kecilnya dapat mengembangkan perilaku sok pintar, yang kemudian membuat mereka merendahkan orang lain.

Sikap tersebut bahkan bisa menjadi tanda gejala gangguan kepribadian narsistik (NPD). Orang yang mengalami kondisi kejiwaan ini cenderung percaya dirinya superior atau lebih baik dari orang lain. Mereka mudah marah dan menghina orang jika tidak mendapat perlakuan seperti yang mereka harapkan. “Tapi di balik semua itu, ada rasa rendah diri yang mendalam,” Honda menerangkan.

Menurut Honda, kamu wajar merasa pintar, apalagi jika kamu memang memiliki kualitas atau keterampilan yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Kamu bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang baik. Contohnya seperti membantu orang baru beradaptasi di kantor.

Namun, ada batasan untuk membanggakan kepintaranmu. Jangan sampai itu memengaruhi penilaianmu tentang orang lain, dan menganggap mereka lebih rendah daripada kamu.

Perilaku ini dapat berdampak buruk terhadap hubungan interpersonal. “Orang ogah bekerja sama denganmu. Mereka tidak mau berteman denganmu, atau lebih banyak diam saat berbicara denganmu. Percuma saja mereka berbicara, karena toh nantinya kamu yang akan menguasai obrolan,” kata Honda.

Terapis Peter Gordon menambahkan, orang yang memiliki sifat ini berisiko mengalami gangguan kepribadian, seperti NPD, gangguan kepribadian borderline, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau bahkan paranoia.

“Manusia sejatinya membutuhkan koneksi dengan orang lain. Tapi jika kita mempertahankan sifat-sifat yang membuat orang lain menyingkir dari kita, nantinya ini bisa menjadi tempat terciptanya perilaku maladaptif, serta sifat dan gangguan kepribadian lainnya,” ujar Gordon.

Gordon dan Honda sama-sama menyarankan untuk berkonsultasi ke terapis guna mengetahui kenapa sifat ini dapat terbentuk dalam dirimu. Kamu bahkan bisa belajar mengendalikan diri ketika muncul keinginan untuk berprasangka buruk. Ubahlah pola pikirmu dan pertimbangkan faktor-faktor lain kenapa sesuatu bisa terjadi.

Salah satu caranya yaitu dengan mengingatkan diri bahwa orang cerdas sadar diri mereka tidak serba tahu. Dengan kata lain, di dunia ini tidak ada yang lebih pintar maupun bodoh.

“Kalau ada yang berpikir semua orang di sekeliling mereka bodoh, maka orang itu secara sadar atau tidak sadar merasa mereka tahu segalanya. Padahal, kenyataannya tidak begitu. Kita semua dapat belajar hal baru dari orang lain, yang juga menandakan kecerdasan emosional dan intelektual,” pungkas Gordon.

Follow Romano Santos di Instagram.