Artikel ini pertama kali tayang di VICE Magazine edisi Between Europe’s Borders . Edisi kali ini mengamati bagaimana konsep perbatasan di Eropa memisahkan dan memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar.
Perpecahan akibat Konflik Kosovo, yang dipicu perseteruan antara etnis Serbia dan Albania pada akhir 1990-an, masih sangat terasa. ‘Permusuhannya’ begitu kental terlihat di kota Kosovska Mitrovica. Sungai Ibar membelah kota ini. Orang Serbia tinggal di bagian utara, sedangkan orang Albania tinggal di selatan. Meski terhubung empat jembatan, mereka bersikap acuh tak acuh terhadap tetangga.
Videos by VICE
Mulai dari jalanan hingga kuburan, semuanya terpisah akibat konflik. Monumen di atas bukit yang menghadap kota adalah satu-satunya benda yang menyatukan kedua kelompok. Berupa dua tiang raksasa menampung wadah penambangan, monumen ini didirikan untuk menghormati buruh tambang Trepča yang membuka sumber mata pencaharian utama bagi penduduk kota. 70 persen kekayaan mineral Yugoslavia bahkan berasal dari lokasi tambang ini.
Satu tiang monumen merepresentasikan orang Serbia, sementara satunya lagi mewakili orang Albania.

Nama klub sepakbola lokal terinspirasi dari lokasi tambang Trepča. Sebelumnya hanya ada satu klub sepakbola Trepča di Kosovska Mitrovica, tetapi peperangan pada 1999 juga ikut membelah mereka. Kedua tim, baik dari sisi Serbia maupun Albania, tidak mau mengganti nama klub. Mereka sama-sama mengaku sebagai kelanjutan klub lama.
Klub sepakbola Trepča di belahan Albania memainkan pertandingan kandang di Stadion Olympic yang sudah direnovasi. Gelanggang olahraga terbesar di Kosovo itu dinamai setelah Adem Jashari, salah satu pendiri Tentara Pembebasan Kosovo.

Pesepakbola legendaris Kosovo, Ajet Shosholli, merupakan mantan pelatih “golden boys” Trepča pada 1977-1978. Pada masa itu, mereka memenangkan liga Yugoslavia dan memainkan final Marshal Tito Cup di Beograd. Dia sekarang menjadi direktur klub selatan. Ajet mengatakan klub ini hanya beranggotakan orang Albania. Meskipun demikian, mereka takkan menolak kehadiran orang Serbia yang murni ingin bergabung tanpa ada niatan tertentu.
Ajet dan istri sering jalan-jalan ke bagian utara kota. Dia juga masih suka ngopi bareng teman lama dan bekas tetangganya. Menurut Ajet, para politikus—terutama dari Beograd—adalah dalang perpecahan ini. Peluang perbaikan hubungan antara orang Serbia dan Albania dikorbankan demi kepentingan politikus dari kedua belah pihak.
Setelah ngopi bareng, Ajet mengajakku pergi ke stadion Trepča dan menunjukkan foto-foto mantan klub asuhannya, yang pemainnya berasal dari semua bangsa bekas Yugoslavia. Dia merindukan klub Trepča lama yang didukung orang Serbia dan Albania.

Dalam perjalanan, Ajet memperingatkanku untuk tidak parkir di depan gerbang utama. Mobil fixer saya menggunakan plat nomor Beograd, jadi sebaiknya berjaga-jaga saja. Mobil Opel ini sebenarnya belum pernah mengalami masalah ketika melewati jalanan sisi Albania, tetapi masih ada kemungkinan oknum merusaknya. Ajet bilang kebencian orang dewasa terhadap pihak lain diturunkan kepada generasi muda, khususnya yang lahir pascaperang.
Saya lalu menemui Milan, anak muda Serbia yang tinggal di bagian utara kota. Mahasiswa desain grafis ini merupakan anggota Pusat Inovasi Mitrovica, LSM yang sering menyelenggarakan seminar, festival dan lokakarya selama tiga tahun terakhir.

Baik anak muda di sisi utara maupun selatan sering mengunjungi lokakarya mereka. Tahun lalu, Pusat Inovasi Mitrovica menggelar kemah grafiti bersama kelompok selatan.
Milan sedih melihat sikap bersahabat yang muncul selama acara menguap begitu saja setelah selesai. Seniman dan anak muda Albania umumnya tidak pernah melewati jembatan penghubung itu. Milan sendiri juga hampir tidak pernah mengunjungi sisi Albania. Dia tidak punya teman di sana.

Milan berpendapat kendala bahasa adalah alasan terbesar anak muda Albania dan Serbia jarang berkomunikasi satu sama lain. Di masa lalu, orang Serbia belajar bahasa Serbia dari sekolah dan pergaulan. Kedua hal ini sangat langka sekarang.
Jembatan penghubung ini sekarang dilalui untuk keperluan bisnis saja. Fixer saya, Ješa, berujar tak ada satupun orang Albania atau Serbia yang melaluinya untuk main dengan ‘tetangga’. Keempat jembatan itu dijaga Polisi Kosovo (KFOR), pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin NATO untuk mempertahankan keamanan Kosovo. Selama kunjunganku di Kosovska Mitrovica, polisi militer nasional Italia menggantikan posisi mereka di malam hari.
Kosovska Mitrovica sebenarnya tidak punya perbatasan resmi. Penduduknya sendirilah yang membatasi interaksi mereka.
Berikut beberapa foto penampakan Kosovska Mitrovica.






Artikel ini pertama kali tayang di VICE Magazine
More
From VICE
-
J_art/Getty Images -
J Studios/Getty Images -
Mykyta Dolmatov/Getty Images -
Screenshot: YouTube/Nintendo of America