Aku tersesat, kali ini secara harafiah. Itu adalah hari pertamaku di New York University. Sekolah ini menyebut diri sebagai bagian penting dari kota itu. Kampus ini tidak terasing dari bagian New York lainnya ataupun berada di pinggiran kota.
Tetapi, karena kampus ini begitu melebur dengan kota New York, mahasiswa sepertiku jadi mudah tersesat. Selain itu, ada pula cerita-cerita yang sudah akrab di telinga. Misalnya, pada sebuah acara keakraban, aku menyebutkan asal-usulku: Indonesia. Orang-orang di situ memandangiku kebingungan. Seseorang bertanya apakah Indonesia bagian dari Polinesia? Lalu, tiba-tiba ada satu orang yang antusias mendengar aku dari Indonesia. Dia bilang, bukannya itu tempat asal Rich Brian? Ya, boleh lah.
Videos by VICE
Aku berkesempatan melakukan sesuatu yang diimpikan sebagian besar orang Indonesia: kuliah di luar negeri. Dan aku beruntung bisa melakukannya di New York. Tentunya, ini tidak serta merta menjadi kemenangan. Aku masih harus menjalani kuliah, ujian, dan begadang selama empat tahun sebelum nanti lulus. Artinya, aku akan menghabiskan empat tahun di salah satu kota termahal di Bumi, menghadiri kuliah-kuliah soal hal-hal yang tidak diajarkan di kampung halaman, dan bersosialisasi di negara yang tengah dilanda frustasi dan amarah.
Tapi, ya, tetap saja: aku sudah berhasil masuk universitas ini! Gimana caranya? Nah, ini adalah hal-hal yang kupelajari selama percobaan panjangku untuk masuk universitas di luar negeri. Silakan disimak, siapa tau bermanfaat dan kamu segera bisa tinggal di asrama kampus di suatu kota nun jauh di sana.
Ujung-Ujungnya (Soal) Uang
Universitas-universitas di AS mahal sekali. Dalam sebuah daftar universitas paling mahal di Bumi, empat dari lima universitas teratas berlokasi di AS. Biaya kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah US$51.520. Bayangkan biaya yang harus dikeluarkan sampai wisuda, dan ini semakin gak masuk akal saat kita konversi ke Rupiah, setara Rp740 juta (nolnya banyak banget!).
Hal pertama yang perlu kamu lakukan yaitu mencari informasi biaya kuliah di situs web universitas pilihan. Dari sini, kamu bakalan sadar kalau kuliah di luar negeri sangat mahal. Di Amerika Serikat, mahasiswa Amerika yang memilih PTN akan mendapat diskon. Sedangkan pelajar internasional harus membayar penuh.
Aku kuliah di NYU dan harus bayar $50,644 (Rp733 juta) per tahun. Aku sempat kepikiran cari kampus yang lebih murah saja. Tapi, ini universitas idamanku dan tidak mungkin aku membuang impian begitu saja. Jadi aku memutuskan cari cara lain agar bisa kuliah di sana.
Cari Bantuan Dana
Kamu bisa pilih antara beasiswa, financial aid (setara dengan beasiswa penuh), dan student loan (dibayar setelah lulus). Saranku sebaiknya ambil financial aid. Pelajar Indonesia bisa mengambil program ini. Keunggulan financial aid yaitu biaya kuliah dan hidup ditanggung penuh. Kamu tidak perlu mengembalikan uang sama sekali.
Kamu harus cermat mencari kampus atau universitas yang menyediakan paket bantuan finansial terbaik bagi pelajar Indonesia (dan internasional lainnya).
Wesleyan University menawarkan program Wesleyan Freeman Asian Scholarship, yang membiayai kuliah 11 pelajar Asia. Sayangnya, kamu harus menanggung sendiri biaya perjalanan, tempat tinggal, buku pelajaran, dan hidup.
Tenang, masih ada kok universitas yang menawarkan paket financial aid buat siapa saja, tidak peduli kamu dari mana. Emerson College bersedia memberikan beasiswa dengan total biaya $6.000-$18.000 (Rp86-260 juta) kepada pelajar internasional.
Begitu juga dengan Tulane University di New Orleans. Universitas ini menawarkan beasiswa bagi pelajar yang bersedia bekerja di community service selama beberapa jam dalam seminggu.
Masih banyak kampus dan universitas lainnya yang menawarkan program serupa. Kamu bisa memilih sendiri sesuai keinginan dan kemampuanmu.
Selalu ada cara lain untuk menyelesaikan masalah biaya kuliah di kampus-kampus AS—student loans. Mayoritas temanmu akan memiliki minimal satu student loan di tahun-tahun awal kuliah. Sayangnya, kebanyakan mahasiswa internasional tak berhak menerima pinjaman yang disediakan oleh pemerintah Negeri Paman Sam. Dengan demikian, satu-satunya opsi yang tersisa tinggal private loan, yang jelas bukan pilihan yang menggiurkan.
Fokus pada apa yang kamu ‘butuhkan’
Kamu harus belajar membedakan universitas “needs-blind” dan universitas “needs-aware.” Universitas needs-blind adalah universitas yang menerapkan aturan yang tak mempersalahkan kondisi finansialmu, atau orang tuamu, saat kamu mendaftar menjadi mahasiswanya. Artinya, universitas-universitas ini menyediakan berbagai macam paket bantuan finansial dari universitas-universitas pada umumnya.
Hanya saja, pada prakteknya, tak semua universitas “needs-blind” benar-benar tak mempermasalahan kesiapan finansialmu. Maksudnya, dalam beberapa kasus, universitas-universitas ini akan menanyakan bantuan finansial macam apa yang kamu butuhkan, jika kamu seorang mahasiswa asin. Nah, pada universitas macam ini, kebijakan “needs-blind” hanya berlaku bagi mahasiswa lokal.
Jadi, meski Cornell University dan University of Southern California (USC) adalah universitas “needs-blind” sejati, kampus-kampus seperti University of Pennsylvania dan nahasnya almamater saya, NYU, bukanlah tipe univeritas yang royal dalam memberikan bantuan finansial kepada mahasiswa asing.
Mulai Lebih Awal
Waktu yang paling ideal untuk melamar dan menerima beasiswa atau bantuan pembiayaan kuliah sejenisnya adalah di tahun terakhir SMA-mu. Kamu akan punya banyak waktu untuk memikirkan cara lain yang bisa kamu tempuh untuk membiayai kuliah atau bertahan hidup selama belajar di luar negeri. Jamaknya pemegang visa pelajar memang tak diperkenankan bekerja di AS, namun mahasiswa asing masih diperbolehkan bekerja di kampus. Kamu, misalnya, bisa bekerja shift-shiftan di perpustakaan kampus. Dalam seminggu, mahasiswa asing hanya diizinkan bekerja selama 20 jam. Namun, tambahan uang yang kamu peroleh dari pekerjaan-pekerjaan ini dijamin sangat berguna guna menyambung hidup di negeri orang.
Jangan Kuper
Kuliah di luar negeri membutuhkan upaya yang tak sedikit, makanya semua akan mubazir kalau kamu tak bisa menikmati hidup selama kuliah? Jadi, jangan ragu masuk kelas-kelas yang kamu inginkan, rajinlah mengobrol dengan sesama mahasiswa dan teruslah bertanya, sebanyak-banyaknya malah kalau bisa. Jangan segan untuk ngobrol dengan seseorang mungkin dengan dosen. Lagipula, kalau kamu berpikir apa yang kamu lakukan itu terhitung lebay, ingat ini: kamu harus berdarah-darah dan membayar mahal untuk mendapatkan semua ini.
Cicipi makanan-makan baru. Kenalan dengan orang baru. Pokoknya, lakukan semua yang kamu inginkan. Dan jangan sekali-kali kamu malu akan dirimu sendiri. Lagipula, New York mungkin gudangnya makanan-makanan lezat, tapi bagiku, rice cooker milik teman sekamarku adalah benda paling berharga di asrama kampus.
Beberapa hal seperti kecintaanku pada nasi memang tak akan berubah.