Money

Kiat Mempertahankan Karirmu Ketika Otomatisasi dan Robot Menguasai Industri

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Impact

Robot akan merebut lapangan pekerjaan manusia. Itulah bagian paling mengkhawatirkan jika teknologi otomatisasi semakin mengalami kemajuan. Tak peduli apakah kamu bekerja sebagai buruh pabrik, pengelola dana, atau pelayan di bar? Semua manusia terkena dampaknya. Inovasi bisa menyaingi kita dalam sekejap, tidak peduli seberapa siap kita menghadapi perubahan. Sialnya, banyak negara juga belum siap menangani perubahan tersebut.

Videos by VICE

“Manusia modern belum yakin harus melakukan apa,” kata Oliver Libby, pemodal ventura dan Ketua Dewan di Resolution Project, saat VICE Impact menanyakan pendapatnya tentang kemajuan robot dan otomatisasi. “Kebanyakan orang hanya berdebat soal ada tidaknya pekerjaan baru yang bisa dilakukan manusia. Meskipun ada, belum tentu mereka bisa cepat beradaptasi dengannya, karena keterampilan mereka sudah tersaingi atau tidak berguna lagi.”


Tonton kuliah umum Jeremy Rifkin khusus buat VICE tentang dampak revolusi industri ketiga terhadap dunia yang mencakup otomatisasi industri:


Pakar manajemen Jeremy Rifkin, berpendapat manusia sedang berada di tengah Revolusi Industri Ketiga, yang didasarkan pada perubahan drastis dan hampir bersamaan dengan tiga unsur utama kehidupan ekonomi modern: komunikasi, produksi energi, dan logistik. Kemunculan internet mengubah cara kita berkomunikasi; dengan kemajuan tenaga angin/matahari, produksi energi sudah bisa diambil alih dari pasar monopoli dan hyperlocalization; dan jika Elon Musk benar-benar berhasil meluncurkan mobil tanpa awak, maka drones, kereta dan kendaraan tanpa awak akan menyusul kemajuan. Biaya marjinal berbagai produk akan menukik tajam. Meskipun bisa menguntungkan sebagian orang, ini juga sangat meresahkan.

Rifkin mengambil contoh konsep ekonomi berbagi yang menumbangkan berbagai industri yang dulunya tidak mudah goyah. Orang-orang yang berprofesi di bidang penerbitan, angkutan umum, universitas, atau industri musik kehilangan pekerjaannya. Napsterisasi sebagai sistem ekonomi baru, yang pertama muncul sejak kapitalisme dan komunisme, bukan masalah sepele bagi Rifkin. Selain itu juga tidak bermanfaat. Orang-orang semakin tertinggal. Ini bahkan sudah memakan korban.

Kristin Sharp, Direktur Eksekutif Shift, sebuah komisi yang mendalami persinggungan bidang pekerjaan dan teknologi, mengatakan bahwa sekarang masa yang mudah berubah.

“Kita mencoba berbagai hal baru, tetapi tanpa alur cerita yang jelas bagi manusia. Inilah yang membuat kebanyakan orang frustrasi,” katanya kepada VICE Impact. “Semuanya lebih jelas dulu.”

Tidak Semua Orang Bisa Meniru Jalan Hidup Mark Zuckerberg

Contoh alurnya seperti ini: kamu mendapat pekerjaan, bekerja di perusahaan tersebut, menabung dari sisa gaji, membeli rumah, menguliahkan anak, dan pensiun setelahnya. Keadaan frustrasi yang dibicarakan Sharp berkisar di beberapa istilah ini: eksodus masyarakat, epidemi opioid, dan kemarahan masyarakat. Isu-isu ini bukan sepenuhnya tanggung jawab para futuris.

“Perasaan tertinggal adalah pilihan kebijakan,” kata Joe Dinkin, salah seorang anggota Working Families Party. “Yang jadi pertanyaan, apakah perkembangan teknologi tersebut hanya menguntungkan para pengusaha teknologi dan investor Wall Street, atau bisa tersebar merata bagi seluruh masyarakat. Hal-hal ini bisa terjadi dan harus kita atasi.”

Menurut Sharp dan Libby, pekerjaan di masa depan akan bergantung pada etos kewirausahaan. “Secara umum, orang-orang tidak akan lagi mencari pekerjaan yang memiliki tanggung jawab jelas. Mereka harus mencari tahu sendiri apa yang harus mereka lakukan, melatih keterampilan, dan mempromosikan usaha sendiri. Mereka akan menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri,” kata Sharp.

Kesulitan terbesar yang dialami saat menjalani kehidupan sebagai entrepreneur yaitu seperti yang kami ceritakan sebelumnya. Kamu harus berperan aktif dalam kancah ekonomi modern, baik sebagai supir Uber atau pendiri perusahaan start-up, tetapi jalan menuju keberhasilan tidak selalu mulus.

“Lucunya, kendati kita harus bersikap sebagai entrepreneur, masih belum ada gambaran jelas apa makna entrepreneurship itu sebenarnya,” kata Libby.

Di masa depan, orang harus mencari tahu sendiri apa yang harus mereka lakukan, melatih keterampilan, dan mempromosikan usaha sendiri. Mereka akan menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri.

Tentu saja, tidak semua orang bisa seperti Mark Zuckerberg. Paling banter, mayoritas orang masih bisa mendirikan bisnis sendiri di kelas UMKM. Sayangnya, menjadi entrepreneur berarti tidak ada jaminan mereka akan hidup nyaman dan memiliki pendapatan yang stabil. Mereka pun akan bertanya-tanya bagaimana menghindari risiko yang dihadapi entrepreneur.

Dinkin menganggap adanya jaminan fasilitas kesehatan merupakan cara termudah untuk melindungi manusia dari pergeseran ekonomi, karena biasanya orang takut kehilangan pekerjaan karena tidak mau kehilangan fasilitas ini. Saran lainnya terdengar lebih sistemik. Rifkin menyangka proyek infrastruktur besar-besaran yang berfokus pada udara bersih dan komunikasi bisa membantu transisi bidang konstruksi.

Sedangkan Sharp melihat adanya manfaat yang dapat diperoleh seseorang, serta sistem pendidikan yang bisa mengidentifikasi keterampilan yang sedang dibutuhkan, dan komunikasi yang lebih efisien dari keterampilan tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan perubahan.

Masalahnya, seberapa cepat kamu mendapatkan ini semua? Apakah manusia bisa mempelajari dan mengikuti laju kemajuan yang tidak manusiawi macam mesin? Libby menyarankan dibentuknya sistem pendidikan berkelanjutan yang mencontoh program militer. Anggota militer selalu membutuhkan tenaga baru setiap beberapa tahun sekali, dan mereka memiliki metode pelatihan yang bisa dilakukan di tingkat pendidikan mana saja. Kamu juga tidak perlu memikirkan biaya pelatihannya.

Otomatisasi adalah proses rekalibrasi besar-besaran secara sosial. Definisi pekerjaan akan berubah sepenuhnya. Namun, kita harus mempersiapkan diri karena masa depan sudah di depan mata. Libby mengibaratkan kebutuhan perubahan sosial sebagai masalah kesehatan. Kalau kamu mengecek kesehatanmu, kamu bisa saja menghindari serangan jantung. Sedangkan kalau kamu terkena serangan jantung sekarang, kamu harus menghabiskan uang agar sembuh dan ada kemungkinan kamu terserang lagi di lain waktu.