Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengimbau lomba tujuh belasan warga dilakukan secara virtual saja. Hati kami berkecamuk, mana mungkin lomba tujuh belasan dilakukan virtual?
Kompetisi tahunan ini baru bisa dibilang semarak kalau melibatkan teriakan warga yang berkumpul sambil menertawai kocaknya pose anak kecil jongkok sambil berupaya sekuat tenaga memasukkan pensil ke botol (pencetus lomba ini siapa sih? Absurd banget).
Videos by VICE
Meski tidak mewakili refleksi apa pun dari kenangan Proklamasi Kemerdekaan, kehadiran lomba udah jadi bagian penting sekaligus paling berkesan dari perayaan ulang tahun Republik Indonesia. Di banyak lingkungan, lomba 17-an bahkan jadi satu-satunya waktu orang tua dan anak muda bisa bergembira bersama. Kemasannya emang kompetisi berhadiah, tapi yang pernah jadi panitia pasti tahu bahwa berbagai pertandingan 17-an aslinya dirancang sebagai hiburan lucu-lucuan.
Pandemic membuat semarak lomba 17-an hilang dan kami pun tenggelam dalam nestapa. Tanpa disangka, anak-anak SMA di berbagai daerah Indonesia tetap menolak menyerah pada keadaan. Mereka hidupkan dua lomba tujuh belasan paling prestisius, panjat pinang dan tarik tambang, secara daring. Memanfaatkan media sosial, kemeriahan lomba hadir secara virtual. Kalau ada satu hal yang bisa bikin bersyukur terlahir WNI, jelas kemampuan masyarakatnya melihat celah-celah hiburan dalam setiap keterbatasan.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 3 Kabupaten Tangerang, lewat akun Instagramnya @osistrikabta, sukses menghibur warganet setelah mengadakan lomba tarik tambang di story Instagram. Menggunakan fitur polling, peserta kelas diminta mencari sebanyak mungkin orang untuk berpartisipasi agar kelasnya menang. Tindakan gerilya ini sampai ke Twitter.
SMAN 3 Tangerang bukan satu-satunya yang terpikir bikin acara tarik tambang daring. Masih ada SMA Pius Bakti Utama di Purworejo dan SMKN 2 Baleendah di Kabupaten Bandung yang bikin kompetisi serupa. Meski tetap tak bisa menggantikan kemeriahan lomba fisik, semangat peserta lomba yang berjuang menang sampai promosi ke platform lain jelas bikin kagum.
Adaptasi terhadap tragedi oleh muda-mudi ini patut dapat acungan jempol. Senjata boomer lewat template “Anak sekarang lemah-lemah, jamanku dulu…” terpantau makin tak relevan.
Fitur polling di Instagram juga digunakan Kabupaten Karawang untuk menghelat kompetisi panjat pinang daring. Antar-kecamatan bertanding dengan mengajak sebanyak mungkin warga buat ikutan voting. Alhasil, lumpur di arena digantikan keringat di jempol. Tidak sama meriah, tapi menghibur dan jelas berkesan. Lomba panjat pinang daring juga dilakukan SMAN 2 Kota Kediri di Instagram.
Enggak melulu tentang lomba klasik yang divirtualkan, sebuah akun Twitter bernama @wayvjowo turut merayakan Hari Kemerdekaan dengan kompetisi adu cupang daring. Popularitas cupang yang semakin menurun di tahun kedua pandemi coba diangkat kembali lewat inovasi ini sebagai pengingat bahwa cupang punya jasa besar di awal pandemi agar kita punya kegiatan selama di rumah aja. Empat cupang terbaik diadu, juga secara daring lewat polling, di Twitter.
Melihat potensi kreativitas warganet, VICE memancing ide dari para pembaca tentang lomba virtual apa yang ada di benak mereka. Berikut daftarnya, semata-mata agar Pak Tito Karnavian bangga.
“Lomba tahan ketawa sambil nonton video lucu.” — Efan, karyawan swasta 28 tahun yang butuh asupan hiburan.
“Lomba menuhin semua kolom Excel dengan angka 9.” — Feby, ASN 27 tahun yang kelihatan suka direpotin atasan.
“Lomba main binomo.” — Acil, penyiar 28 tahun yang tidak menyadari bahwa jutaan orang ternyata bisa menghasilkan seribu dolar tanpa meninggalkan rumah.
“Lomba pasang kunci pintu. Gagang sama perintilannya dicopot dulu, nanti lomba masang lagi gitu.” — Rahmita, mahasiswa 22 tahun yang hobi bikin repot.
“Lomba mewarnai rumah tangga orang lain secara daring.” — Babas, musisi Yogyakarta 32 tahun yang suka keributan.