Meski sekarang orang-orang mulai sadar standar kecantikan bukanlah segalanya, masih ada saja yang memandang seseorang hanya karena penampilan fisiknya. Mereka menyindir bentuk tubuh seseorang, seolah-olah itu adalah urusan mereka. Body shaming memang bisa menimpa siapa saja tanpa pandang bulu, tapi perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan.
Mirisnya lagi, masyarakat takkan pernah puas dan selalu mencari kesalahan bahkan setelah perempuan melakukan segalanya untuk “mempercantik” diri. Keadaannya semakin buruk jika mereka memiliki kondisi fisik tidak biasa, baik karena bawaan maupun penyakit.
Videos by VICE
Empat perempuan dari segala usia menceritakan betapa menyakitkan dihina bentuk tubuhnya, serta perjuangan mereka menghadapi komentar pedas yang diterimanya.
Theo
VICE: Bagian tubuh mana yang paling sering disindir?
Theo: Orang-orang menuduh saya cari perhatian karena punya bekas luka self-harm di tangan dan pundak. Padahal saya melakukan itu saat masih muda dan belum bisa mengendalikan emosi. Saya belum paham gimana caranya membicarakan permasalahan yang dihadapi. Dulu saya malu dengan bekas luka ini, tapi terapis menyadarkanku bahwa itu adalah bagian dari diri saya. Sejak itu, saya berhenti menyembunyikannya dari orang yang tidak tahu apa-apa tentangku. Kalian semua yang menghadapi hal serupa sebaiknya segera mencari bantuan.
Apa yang biasanya mereka katakan?
Bekas lukanya jelek dan seharusnya disembunyikan biar orang lain tidak jijik. Cowok-cowok yang biasanya berkomentar seperti itu. Perempuan cenderung kepo apa yang terjadi denganku. Buat saya, orang kayak begini sama menjengkelkannya. Sekarang saya memilih diam saja dan tidak memedulikan apa kata orang. Saya justru kasihan sama mereka karena hidupnya penuh kepahitan.
Apakah bekas luka ini mempersulit kamu dalam menjalin hubungan?
Saya beruntung dikelilingi orang yang menyukaiku apa adanya. Pacar dan mantan tidak pernah mempermasalahkannya. Teman-teman dan keluarga juga mendukungku.
Sayangnya, hal itu tidak berlaku secara profesional. Saya diminta mengenakan kemeja lengan panjang saat bekerja di restoran dulu. Alasannya supaya tidak mengecewakan pelanggan. Saya menurut saja karena tidak mau cari masalah, dan lagi pula manajer juga seperti itu kepada orang-orang bertato.
Fotini
VICE: Hinaan macam apa yang biasa kamu terima?
Fotini: Saya menderita psoriasis sejak 16 tahun. Penyakit autoimun ini bisa kambuh kalau saya stres atau mengalami faktor psikologis lainnya.
Yang paling bikin kesal yaitu saat orang mengira penyakitnya menular. Ada juga yang menatapku jijik dan kasihan. Saya bisa membedakannya setelah bertahun-tahun menerima tatapan menghina itu.
Saya sering diejek kayak reptil, dan kulitku menjijikkan. Sindiran ini kebanyakan datang dari perempuan, sedangkan laki-laki menatapku aneh.
Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah kamu jadi lebih pede dengan tubuh?
Saya belum sepenuhnya mampu mengatasi minder, tapi sekarang saya merasa lebih nyaman dengan tubuhku. Terapi benar-benar membantu saya menerima kondisi tubuh apa adanya.
Apakah kondisi ini memengaruhi kehidupan sosial dan seksualmu?
Mereka mungkin tidak mengatakannya langsung, tapi saya sadar banyak cowok menolakku karena kondisi ini. Teman-teman dan pasangan adalah sumber kekuatan besar untukku. Berkat mereka, saya bisa menghadapi sindiran dengan lebih baik. Dulu saya gampang tersinggung, tapi sekarang saya tidak akan menghiraukan omongan orang.
Despina
VICE: Seperti apa reaksi orang ketika mereka tahu kamu operasi angkat payudara?
Despina: Mereka bergurau betapa enaknya jadi diriku karena bisa “operasi payudara gratis”. Beberapa rekan kerja bahkan pernah menyuruhku “membuang payudara kanker” saya sewaktu mengobati bekas operasi di toilet.
Apa yang kamu lakukan ketika ada yang berbicara seperti itu?
Awalnya kaget, tapi lama-lama jadi terbiasa. Saya belajar menerima keadaan dan mencintai diri sendiri. Saya sekarang berpikir siapa saja bisa mengidap kanker.
Apa pengaruhnya terhadap hubungan pribadi dan profesional kamu?
Saya tidak tahu bakalan kayak gimana tanpa dukungan dari pasangan, keluarga dan sahabat. Saya beruntung sekali punya mereka, karena tak semua orang memiliki dukungan sekuat itu.
Elina
VICE: Bagian tubuh mana yang paling sering dihina?
Elina: Ukuran paha dan bokong saya.
Memangnya orang-orang ngomong apa tentangmu?
Bukan hanya menghujat, mereka juga melemparkan tatapan sinis. Orang tua selalu memperhatikan tubuhku setiap kali kami bertemu, dan akhirnya kami bertengkar karena berat badanku. Rekan kerja bilang saya harus menurunkan berat badan kalau mau naik jabatan, sedangkan teman-teman mengatakan saya takkan mungkin bisa punya pacar kalau masih gemuk. Sementara para cowok mengolok-olok paha dan bokong saya, perempuan berusaha meyakinkan saya akan jauh lebih bahagia jika berbadan langsing.
Saya jadi tidak percaya diri dengan bentuk tubuh, tapi saya juga tidak takut untuk membalas ucapan mereka. Waktu itu pernah ada kolega yang minta makananku. Katanya itu untuk kebaikanku sendiri. Saya jawab saja ucapannya tidak pantas, dan dia berhenti ngomong.
Apakah kamu jadi kesulitan menjalin hubungan karena ini?
Saya mencari teman yang bisa memberikanku kenyamanan dan takkan menilai penampilanku. Saya juga berhubungan seks dengan orang-orang yang menghargai bentuk tubuhku. Tapi saya masih suka minder. Contohnya saat pergi ke pantai bersama orang-orang yang tidak dekat denganku. Saya akan mengenakan pakaian tertutup.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Greece.